CHAPTER 43

3.3K 164 23
                                    

"Ikat saja dengan erat!" perintah Dealova, meskipun merasakan sakit saat corset ballet di kencangkan.

Dealova tetep menahannya, ia berpegangan pada dinding dengan mata yang ia paksa terpejam. perutnya sudah mulai membesar. Kehamilan yang harus dirinya sembunyikan demi untuk tetap bisa tampil dia atas panggung teater.

"Dealova, apa kau yakin ingin tampil?" ucap salah satu partner ballet Dealova yang menyadari akan kondisinya.

"Aku sangat yakin! Tidak ada yang dapat melarangku untuk tampil." Dealova berdiri tegap dengan pakaian ballet yang sudah terpasang di tubuhnya. Dia menatap pantulan wajah serta postur tubuhnya, tidak ada yang berubah sejauh ini. Perutnya sedikit tertekan tetapi Dealova yakin, ia bisa menahan rasa sakit dan akan segera terbiasa nantinya.

"Bayimu."

"Diamlah Cia! Aku pemilik tubuh ini. Aku yang merasakan," balas Dealova dengan sarkasme.

Dealova berjalan keluar dari ruang rias. Ia berkumpul bersama dengan ballet yang lainnya, mereka akan tampil dalam waktu beberapa menit lagi. Semuanya sedang melakukan pemanasan sedangkan Dealova hanya duduk di kursi kayu memasang sepatu balletnya.

Setelah mengikat kencang kedua sepatunya, Dealova kembali berdiri dan mulai melakukan pemanasan dengan berputar- putar. Hal yang tak semua ballet bisa melakukanya selain orang yang sudah profesional, Black Swan ballet yang akan ia tampilkan. Beberapa bulan sebelumnya, Dealova juga membawa penampilan terbaiknya meskipun ia harus melukai tubuhnya dengan terlihat perfect dalam penampilannya.

"Lihatlah, kenapa perut Dealova sedikit membesar? Apa dia tidak melakukan diet."

Dealova mendengarkan desas desus bisikan dari beberapa ballet yang dengan lancang menghina tubuhnya. Dirinya yang masih fokus akan geraknya, tiba- tiba berhenti. Dealova membuka mata, dan menoleh ke arah sumber suara yang tadi sedang membicarakan dirinya.

"Bisakah kau ulangi apa yang kau katakan barusan?" ucap Dealova mendekati satu wanita yang berusia lebih muda darinya.

"Tidak kami tidak mengatakan apa pun," balas wanita muda yang terlihat seolah- olah tidak mengatakan apa pun.

Dealova berjongkok, ia mendekati wanita muda itu dengan tatapan tajam. Tangan Dealova dengan cepat kilat menampar kedua wanita di depannya, tak hanya sekali Dealova mengulanginya lagi.

"Dealova berhentilah."

Semua ballerina ikut membantu memisahkan Dealova. Mereka semua harus tetap tenang, karena beberapa menit lagi mereka akan tampil. Dealova mengangguk menjauhkan dirinya dari keributan, mengatur perlahan pernapasannya. Tak lama kemudian pengumuman untuk bersiap tampil telah terdengar di aula, Dealova mengatur ekspresinya untuk bersikap profesional.

Tirai merah di depannya telah terbuka,tubuh Dealova yang berada di barisan ke enam perlahan- lahan mulai melakukan tarian mengikuti alunan musik black swan, tubuhnya berputar- putar tanpa henti. Rasa sakit semakin terasa, perutnya terasa sangat keram. Dealova masih dengan sikap profesionalnya mata gelap, kepalanya pening. Tubuhnya yang berputar- putar terjatuh di atas panggung.

Seluruh balet dan penonton berubah menjadi ricuh. Balerina yang terkenal akan penampilannya jatuh pingsan dengan darah yang mengalir di sepanjang kakinya, tubuh Dealova dengan cepat di angkat oleh staf. Terpaksa teater tepaksa di hentikan, Dealova di bawa ke rumah sakit.

Setelah beberapa menit di tangani Dealova yang sebelumya pingsan kembali tersadar. Matanya terbuka dan memperhatikan sekelilingnya wajah Cia yang pertama kali Dealova lihat, ia mencoba untuk bangun tetapi Cia kembali menahannya.

"Dealova. Jangan dulu bergerak," ucap Cia patner balet yang lumayan dekat dengan Dealova.

"Apa yang terjadi? Maksudku apa dia baik- baik saja?" Dealova meraba perutnya mencoba memastikan apakah masih ada atau tidak.

𝐓𝐇𝐄 𝐌𝐈𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍 𝐊𝐈𝐋𝐋 𝐘𝐎𝐔 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang