CHAPTER 44

3.1K 126 1
                                    

Ayo ramaikan lagi vote + spam komen!
2000 kata.
SELAMAT MEMBACA

****

Cahaya matahari menembus sela- sela tirai jendela Zella. Ia masih menatap ke arah pintu apartemen, dari malam hari sampai pagi Kenneth tak kunjung kembali. Berkali- kali ia mencoba menghubungi Kenneth tetapi satupun panggilan dan pesan tidak mendapatkan jawaban.

Apa dirinya terlalu egois? Ia terlalu melukai perasan Kenneth.

Setelah berpikir cukup lama. Tidak ada gunakan merasakan penyesalan begitu lama, Zella harus kembali menjadi dirinya. Bukankah sudah ia katakan sejak awal, tidak ada cinta yang dapat mempengaruhi dalam menyelesaikan semua urusannya. Sekarang ucapannya telah menjadi kenyataan tanpa Kenneth, Zella tetap akan menyelesaikan semuanya.

Ia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Hanya satu orang di agennya yang memiliki koneksi yang cukup kuat, Zella berharap Audrey leadernya dapat membantunya walaupun kemungkinan kecil.

"Hallo Audrey, aku butuh bantuanmu."

"Katakan apa yang kau butuhkan."

"Apa aku bisa mendatangi tempatmu? Atau bertemu di luar."

"Aku tidak bisa lagi keluar Zella. Leonard melarangku, datang saja ke Mension."

"Baiklah tunggu aku akan segera ke sana."

"Kau ingin aku memberitahu yang lain?"

"Tidak. Cukup hanya aku dan kau saja untuk saat ini."

Zella memutuskan sambungan teleponnya ia beranjak dari sofa dan berjalan kembali menuju kamarnya. Membersihkan dirinya dengan suasana hati yang sedikit kacau, sangat kacau sebenarnya. Tetapi Zella harus mengorbankan kebahagiannya untuk menyelesaikan masalah ini.

****
"Bagaimana? Aku hanya butuh kau membantuku berkenalan dengan mereka," balas Zella menatap mata Audrey yang juga sedang berpikir keras.

"Leonard tidak mungkin mau membantu hal ini," ucap Audrey yang berada di ruangan pribadinya.

"Bukankah ayah Leonard juga memiliki koneksi dengan mereka?" tanya Zella yang juga sempat mengetahui, bahwa dulunya Alaric Alvero seorang mafia.

"Terlalu beresiko melihatkan Daddy. Tunggulah aku rasa seseorang ini bisa membantuku," balas Audrey yang teringat bahwa Mikaila adik iparnya pasti mengetahui hal ini.

"Siapa Audrey? Apa kau mengenali seseorang lagi?" Zella membenarkan posisi duduknya, ia bersemangat menunggu jawaban Audrey.

"Mikaila Alvero," gumam Audrey dengan yakin menyebutkan satu wanita yang berhaya dan misterius.

"Adik Leonard? Bukankah ia sempat mendapatkan skandal tahun lalu," sambung Zella yang terkejut mendengarkan saran Audrey.

"Kasus membunuh kekasihnya," timpal Audrey yang mengangguk.

"Bagaimana kau bisa yakin dia bisa membantuku? Audrey aku tidak terlalu dekat dengannya, bukankah mustahil meminta bantuan kepadanya."

"Aku dekat dengannya," sanggah Audrey yang sangat yakin Mikaila dapat menolongnya.

"Apa kita harus menghubunginya sekarang?"

"Dia berada di mensionku sekarang. Bermain bersama putraku," balas Audrey yang dengan cepat mengambil ponselnya menghubungi Mikaila.

Zella menunggu di ruangan Audrey. Ini pertama kalinya ia melibatkan orang lain di luar agennya, bunyi nyaring dari pintu mengalihkan wajah Zella. Ia melihat seseorang wanita muncul dengan wajah dingin, tatapan yang amat sangat tajam. Lipstick merah gelap dengan langkah yang lebar mendekati Audrey.

𝐓𝐇𝐄 𝐌𝐈𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍 𝐊𝐈𝐋𝐋 𝐘𝐎𝐔 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang