Part_33

166 39 2
                                    

Bukan tugas mu, untuk membalas mereka yang telah menyakitimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan tugas mu, untuk membalas mereka yang telah menyakitimu. Karna alam semesta ini punya hukum tabur tuai. Jadi, jangan sia-siakan tenagamu untuk membalas mereka.

~Daniel Adipta

*
*
*
*
*
*

Saat Acha sedang berada di halte sekolah menunggu jemputan, Ray tiba-tiba saja menghampirinya.

"Nungguin siapa?" tanya Ray, membuat sang empu menatapnya.

"Nungguin Kak Aksa jemput. Lo sendiri, nunguin siapa?"

"Lagi nungguin Papa," jawab Ray singkat, Acha mengangguk.

Ray lalu duduk di kursi panjang yang ada di sana. Cukup lama mereka menunggu, hingga akhirnya hanya tinggal mereka berdua yang ada di halte.

Ray menatap langit yang mulai gelap, dapat dipastikan sebentar lagi akan turun hujan. Sedangkan Acha, gadis itu sedari tadi asyik memainkan jari lentiknya.

Ray beralih menatap gadis yang ada di sampingnya.

"Udah sore, Kak Aksa masih lama jemput lo?" tanya Ray.

Acha menggelengkan kepalanya, pertanda tidak tahu.

"Handphone lo?"

"Mati."

Kini Ray hanya bisa pasrah, handphone miliknya juga habis baterai. Bagaimana ia bisa menghubungi Aksa atau Papa-nya.

Saat ini hujan telah turun dengan petir dan angin yang cukup kencang, membuat tubuh serasa menggigil.

Tampak gadis itu sedang kedinginan. Ray yang peka dengan itu, langsung membuka jaket yang ia kenalan dan memakaikannya kepada Acha.

Sontak Acha langsung menatapnya dan berkata, "Lo nggak dingin?"

"Dingin."

"Terus kenapa lo kasih jaketnya ke gue?"

"Lo lebih butuh itu. Dingin gini doang mah ..... nggak bakal buat gue sakit," ucap cowok itu dengan pedenya.

Acha berfikir sejenak, mungkin yang di ucapkan cowok itu benar.

Ray kembali menatap sekitar, lalu memandang Acha dan berkata, "Kalo nungguin hujan reda kayanya bakal lama deh. Gimana kalo kita lari aja? Nggak jauh dari sini ada cafe, di sana kita bisa berteduh dengan lebih nyaman. Gimana? Mau 'kan?"

Acha hanya mengangguk menyetujui ucapan Ray. Itu ide yang tidak buruk, setidaknya ia bisa minum coklat panas untuk menghangatkan tubuhnya di sana.

Mereka berdua berdiri dan mengambil ancang-ancang untuk berlari. Namun sebelum itu, Ray menggenggam tanggan Acha, membuat gadis itu menatapnya dengan penuh arti.

NEOPOLIST (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang