Part_20

251 52 4
                                        

Saat bangun tidur Acha langsung mengecek handphonenya, banyak notifikasi yang masuk dari berbagai sosial media yang ia miliki.

Satu yang membuat gadis itu penasaran. Saat tengah malam, ia mendapat pesan entah dari siapa dan ia hanya membaca pesan tersebut.

Apakah itu sebuah ancaman atau hanya gertakan? Entahlah Acha tidak tahu, lalu apa hubungannya orang itu dengan Gavin dan Edgar? Apa pun itu ia tidak ingin ambil pusing, lagi pula apa salahnya ia dekat dengan kedua pria itu? Hubungan Acha dengan Ed...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah itu sebuah ancaman atau hanya gertakan? Entahlah Acha tidak tahu, lalu apa hubungannya orang itu dengan Gavin dan Edgar? Apa pun itu ia tidak ingin ambil pusing, lagi pula apa salahnya ia dekat dengan kedua pria itu? Hubungan Acha dengan Edgar dan Gavin tidak lebih dari sekedar teman dekat.

"Adek ada Gavin nih, turun dulu sayang," ujar Bundanya, yang sedikit berteriak dari arah ruang tamu.

Acha mendengar teriakan itu, namun ia lebih memilih untuk tidak menggubrisnya.

Gavin melihat ke arah kamar Acha, mengapa ia tidak turun? Apa yang salah dengan gadis itu? Bukan kah tadi kata bundanya ia sudah bangun?

"Kebiasaan deh si Acha, kalo dipanggil tuh gak langsung dateng," gerutu Anatasya.

"Kalo gitu Gavin ke atas aja tante, boleh kan?"

"Iya boleh, yaudah sana kamu ke atas, tante mau pergi dulu."

Gavin pun mengangguk setelah itu dia berjalan menuju kamar Acha, ketika ia sudah berada dikamar gadis itu. Ia mendapati temannya sedang bermain ponsel, Acha sama sekali tidak melihat Gavin sedikit pun.

Pemuda itu kini duduk di samping Acha yang masih terbaring di atas kasur.

"Cha," panggil Gavin dengan lembut.

Alih-alih mendapatkan jawaban Acha masih membisu dan fokus kepada handphone nya yang memperlihatkan game kucing tersebut.

Gavin mengelus kepala Acha. "Acha ... Kok diem, heem?"

Lagi-lagi tidak ada jawaban dari gadis itu.

"Masih ngambek? Maaf ya ... Maafin gue," mohon Gavin, dengan tangan kiri yang masih setia mengelus pucuk rambut hitam itu.

Sakit rasanya ketika tidak di pedulikan oleh gadis tersebut. "Cha lo boleh marah sama gue, tapi gue mohon, jangan diemin gue," ucap Gavin.

Acha menatap Gavin dengan raut wajah datar. "Ngapain lo kesini? Lo bolos ya?" tanya gadis itu mengintimidasi.

Gavin tersenyum akhirnya gadis tersebut mau bicara dengannya.

"Gak, gue gak bolos," jawab Gavin.

"Lo kira gue bego? Jangan kira seragam yang lo tutupin dengan sweater ini gak keliatan ya sama gue. Gue bilangin ke Mami lo ntar," ujar Acha, yang mampu membuat senyum manis dari pemuda itu seketika pudar.

Ia lupa bahwa Acha adalah orang yang tidak bisa dibohongi. Tidak ada cara lain selain jujur kepada gadis itu.

"Ya jangan gitu dong Cha, iya gue bolos. Tapi jangan bilangin Mami. Please," ucap Gavin.

NEOPOLIST (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang