𝒟𝒾𝒻𝓇𝒶𝓀𝓈𝒾
Kaki jenjangnya terus berjalan menuju kelas, dirinya harus bertemu dengan Chiko sekarang. Ada hal yang sangat penting ingin pria itu bicarakan. Sampai di kelas, Kalla langsung menghampiri meja Chiko, menatapnya sekilas namun penuh harap dengan mata yang setajam biasanya.
"Mana kotak tadi." katanya tanpa berbasa-basi.
"Kotak apa sih Kall? " yang ditanya pura-pura lupa, apa lupa beneran sebenarnya.
"Tadi yang Gue kasih, cepetan balikin!" Kalla mengulurkan tangannya, agar pria dihadapannya ini mengembalikan 'barangnya'.
"Cih."
"Awas nanti kena getahnya Kal, barang yang dikasih kok mau di ambil lagi." jawab Chiko dengan tidak tahu malunya. Lain hal, pria itu sudah gemetar karena kotak itu tidak berada di tangannya. Ayolah! walau mereka itu kata Vano best friend forever. Tapi Chiko tetap saja merinding merasakan aura tak menyenangkan didepannya.
"Dimana barangnya? nanti Gue ganti yang lebih bagus dari itu." ucap Kalla memberi penawaran.
Lebih bagus your eyes!
"Gimana kalau nggak usah Kall? Maksudnya Lo relain aja kotaknya, toh nggak berguna juga kan. Isinya pasti kaya biasa, coklat dan ucapan cinta" membahasnya pun Chiko malas sendiri. Kadar ketampanannya yang sudah tinggi itu masih saja tersaingi dengan wajah galak Kalla.
"Nggak bisa!"
Melihat Kalla yang melotot tajam dan bersiap menyantapnya lalu di jadikan hidangan istimewa. Alhasil, Chiko pun berkata jujur sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Hehehe.."
"Kenapa Lo?"
"Jadi gini Kall, kotak yang Lo kasih tadi diminta sama Albrama. Katanya sih mau di kasih ke ceweknya, emang nggak modal tuh anak!" Chiko tersenyum lebar hingga giginya tampak. Mati dia, tatapan tajam itu masih mengintainya.
"Lama.."
Kalla meninggalkan Chiko yang kini bernafas lega. Masalahnya Kalla itu diam-diam menghanyutkan, Chiko yang sudah paham sifat temannya itupun mengelus dada.
"Rin.. ini ada sesuatu buat Lo, dibuka ya" Albrama menyerahkan kotak berpita pink lumayan kecil kepada gadis yang akan menjadi calon pacarnya. Dengan tingkat kepercayaan diri setinggi gunung rinjani.
"Wah apa tuh Kak Al, makasih loh" Tersenyum sangat manis. Albrama
senyum - senyum sendiri dibuatnya. Kadal ketemu buaya ya gini."Apa sih yang nggak buat Lo Arini" tangannya mengacak rambut sebahu itu dengan gemas. Sudah berapa kali Al rambut perempuan yang kamu acak?
"Albrama!" wah gawat, pacar Al yang kesekian datang.
Mampus!
Dibawah pohon yang rindang dengan diiringi angin sepoi-sepoi, Kalla tengah bersandar dengan tenang. Memejamkan mata tapi tak tertidur, dirinya mendesis pelan saat mendengar langkah kaki yang semakin dekat. Alisnya mengernyit tidak suka, ketenangannya di usik.
Gagal sudah Ia menemukan kotak yang Difra berikan, apa gadis itu akan marah kalau dirinya sudah membuang kotak tersebut. Itulah yang selalu pria itu pikirkan hingga membuatnya mendengus.
"Kak Kalla!"
Apa lagi ini?
Tetap menutup matanya hingga sebuah tepukan di bahu berhasil membuatnya menatap tajam. Berani-beraninya seseorang menyentuh tubuhnya. Katakan Kalla itu alergi terhadap sentuhan orang, lebih tepatnya tak suka tubuhnya sembarangan disentuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFRAKSI
Teen Fiction"Kalla, bisa berhenti memainkan perasaan Difra?" ~• Difra Sandyakala. Gadis periang, cerewet, dan juga manja. Di balik kehidupannya, ia menyimpan banyak luka. Bimantara Askalla, orang yang ia anggap sebagai pelitanya, justru meredup. Ada hati yang r...