𝒟𝒾𝒻𝓇𝒶𝓀𝓈𝒾
”Kalla cinta nggak sama Difra?” duduk disebelah pria yang tengah sibuk dengan handphonenya. Pertanyaan itu sudah keluar dari mulutnya beberapa kali.
"Hm,"
”Kok hm sih!”
”Kenapa?”
”Cintanya berapa persen ke Difra?"
”Kenapa? Kesambet?Ini udah yang keberapa kali sih Dif, ya ampun..” menoleh melihat wajah sang gadis yang kian murung. Kusut kaya kanebo kering. Tinggal jawab iya aja susah amat.
Mereka kini berada di taman sekolah berduaan saja. Difra yang kekeh menemani Kalla bermain game saat istirahat. Membawa wadah bekal berwana pink itu lalu membukanya.
”Buka mulutnya!" Perintah Difra, tangannya mengambil sandwich yang ia buat tadi pagi untuk bekal.
Pria itu menurut, mengunyah sandwich yang Difra sodorkan. Lalu Difra memakan sandwich bekas Kalla, gadis itu menghabiskan sandwich yang Ia suapi ke Kalla. Mengambil yang baru, lalu kembali menyuapi Kalla dengan sayang.
”Ehem,” suara deheman seorang gadis berhasil membuat kedua manusia itu kompak menoleh.
"Eh Aqila, ada apa Qil?” Difra yang selalu ramah kini bertanya. Awalnya gadis itu tak berpikir macam-macam walau wanita di hadapannya ini adalah mantan dari pacarnya.
"Ini cuma mau ngasih sandwich buatan Bunda, tadi suruh berikan ke Kalla katanya," tersenyum manis menatap Kalla. Pria itu juga menatap Aqila. Aqila menyelipkan anak rambutnya yang panjang ke belakang telinga sambil tersenyum malu-malu.
Bunda Aqila itu sudah sangat dekat dengan Kalla, walau mereka pacaran hanya beberapa bulan. Bunda Aqila sudah seperti seorang teman dekat dengan Kalla, hal yang sangat Difra irikan.
"Sampaikan makasih gue buat Bunda, kapan-kapan gue mampir ke rumah.” jawab Kalla kelewat santai.
"Iya, jangan lupa dimakan ya Kalla.”
”Makasih Qil, nanti gue bantu habisin kok tenang aja," senyum di wajah Aqila luntur, namun saat Kalla menatapnya ia mengangguk pada Difra dan tersenyum cerah.
Saat Aqila sudah meninggalkan mereka berdua. Difra membantu Kalla yang ingin membuka wadah berwarna putih tersebut.
Pergi sana pergi!Dasar setan!
Kalau berduaan nggak baik, nanti orang ketiganya setan. Nggak salah kan?
"Kalla masih laper?” tanya Difra.
"Hm, sayang kalau nggak dimakan,"Jawab Kalla seraya mengambil potongan sandwich dari dalam wadah. Gadis itu mengangguk, gini-gini kalau yang gratisan dia nggak nolak. Asal jangan Aqila yang memberikan.
"Enakkan mana?”
"Punya Bunda, " jawab Kalla tanpa menoleh, ia fokus mengunyah sandwich pemberian Aqila. Padahal ia rela meluangkan waktu untuk membuat sandwich itu pagi tadi. Eh malah dibilang nggak enak.
Shahkit hati adek bang!
Harus belajar buat sandwich yang enak nih sama Mbak, pokoknya jangan sampai kalah start sama Aqila!
Gini-gini Difra itu juara 5 perlombaan koki cilik dengan lima kontestan loh. Patut di banggakan!
"Kalla deket banget ya sama Bundanya Qila?Sejak kapan Kalla deketnya?" Difra terkejut saat Kalla menyentil tangannya, padahal ia hanya ingin merasakan sandwich buatan Bundanya Aqila. Seberapa enak sih?
"Jangan dimakan, gue masih laper!"
"Iya-iya, sebegitu sukanya ya sama sandwich buatan Bunda Qila, btw suka yang anterin apa yang buatin nih.” Kalla menatap tajam Difra saat mendengar ucapan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFRAKSI
Teen Fiction"Kalla, bisa berhenti memainkan perasaan Difra?" ~• Difra Sandyakala. Gadis periang, cerewet, dan juga manja. Di balik kehidupannya, ia menyimpan banyak luka. Bimantara Askalla, orang yang ia anggap sebagai pelitanya, justru meredup. Ada hati yang r...