𝒟𝒾𝒻𝓇𝒶𝓀𝓈𝒾
~Sayapku patah, semestaku hilang. Lantas aku harus terbang ke mana~
Pria itu berjalan menyusuri lorong rumah sakit, dia kini sedang menemani Kakak perempuannya yang tengah di rawat karena kelelahan dan asam lambungnya naik. Kalla akui kakaknya terlalu patuh sebagai seorang anak. Menjadi budak karporat sang Papa. Alhasil tubuhnya drop, bahkan kakaknya itu tak pernah menghiraukan kehidupannya sendiri. Itu yang Ia benci.
"Sakit aja bisa kerja apalagi nggak sakit. Lo orangnya emang keras kepala benget ya Kak. Taruh tuh leptop atau gue pecahin" disaat Ia membuka pintu, disana kakaknya yang tengah berbaring di atas ranjang sambil memangku leptop.
"Alhamdulillah adek gue tobat ya Allah, tumben-tumbennya Kall, biasanya juga bodo amat sama gue. Kesambet apa sih adek gue yang paling jelek ini" wah -wah bisa bahaya kalau Difra mendengar ucapan dari perempuan yang lebih tua lima tahun dari Kalla itu. Bisa-bisa Difra mencak-mencak kalau mendengar Kalla di sebut jelek.
"Biasa aja Kak, ini buahnya gue taruh di sini. Sebentar gue mau keluar, tadi temen-temen gue katanya mau jenguk Lo" Kalla keluar dari ruangan VVIP tersebut. Kakaknya itu wanita independen. Kalau di bilang mapan sih sudah, selain memiliki jiwa-jiwa pengusaha sukses. Kakaknya termasuk kebanggaan sang Papa, itu sudah cukup bagi Kalla. Karena untung kakaknya yang membuat sang Papa bangga, bukan adik tiri yany tidak Ia akui keberadaannya itu.
***
"Kall, Lo dari mana aja sih? Gue cariin juga sampai muterin ruangan-ruangan di rumah sakit. Untung tadi gue pinter dan tanya ke resepsionis. Kalau nggak kita-kita pasti udah nyungsep di kamar jinazah. Hih amit-amit" Chiko bergidik ngeri membayangkannya.
Puk
"Eh jurig-jurig" latah Chiko disaat bahunya di timpuk kulit jeruk oleh Vano.
"Gue-"
"Jaga Kakak gue dulu, gue ada urusan" Kalla berjalan cepat meninggalkan ruangan sang Kakak.
"Adek siapa sih tuh kak, ngeselin amat!" seru Albrama, dia menatap wajah ayu Tyava sambil tersenyum-senyum. Dasar buaya!
Tapi sosok dihadapannya ini benar-benar sempurna, sudah mapan, tajir, cantik dan wanita berpendidikan tinggi. Apalagi memiliki jiwa keibu-ibuan. Rasanya tipe yang Al cari semuanya di embat oleh kakak Kalla yang satu ini.
"Udah kalian diem aja, kakak cantik ini sedang fokus ya adik-adik. Jadi mohon diamlah sebentar okey?" jawab perempuan itu, posisi yang sangat - sangat abstrud.
Dimana adabnya pasien duduk di sofa sedangkan penjenguknya tiduran di ranjang. Itu yang sedang Vano dan Chiko lakukan, berebut ranjang dan dimenangkan oleh Chiko. Alhasil Vano hanya bisa duduk di pinggir ranjang sambil memakan jeruk milik Kak Tyava.
Lumayan gratis.
"Ngurusin apa sih kak, udah sakit juga masih kerja aja. Emang duit kakak udah habis apa. Kerja melulu, pacarannya kapan kak?" Al bertanya seraya mengupas apel dan memotongnya kecil-kecil.
"Stay halal dek" jawab singkat Tya.
"Subhanallah Alhamdulillah ya Allah!!"
Tya yang tengah fokus dengan leptopnya menoleh"Kenapa kamu? jangan-jangan kena sawan di rumah sakit ini?"
"Iya sawan, kena sawan kak Tya kayaknya. Ini jantung aku berdegup kencang kak, minta di elus" Albrama menggoda, membuat Tya membulatkan matanya. Spesis ini sangat langka, apalagi spesies macam Albrama.
"Mau Al suapin buah apel nggak kak?" Albrama mengangkat piring berisi apel yang sudah Ia potong-potong menjadi kecil.
"Nggak usah."
"Iya aja Kak!" serunya maksa.
"Nggak Al!"
"Aaaa Kak"
"Al jangan ganggu ngapa sih!" nada Tya sudah naik satu oktaf.
"Aaa Kak!!
Gubrak
Dug
Dug
Tya menatap leptop yang kini sudah sangat indah di pandang mata. Jatuh ke lantai, masalahnya bukan seberapa harga leptop itu. Tapi betapa pentingnya berkas yang sudah Ia buat dan bodohnya belum dirinya simpan.
"Sial sial sial!"
"Kak-kak Tya nggak papa kan? Sini Al bantuin berdiri" jujur saja siapa yang tidak takut dihadapankan dengan wanita yang kini sedang bermuka masam itu, Al tahu kalau ini kesalahannya. Pria itu menelan ludahnya saat Tya mengangkat tangan kanannya.
"Aduh kak sakit-sakit!Maafin Al kak, ya ampun ini telinga yang cetar ini pasti dower sebentar lagi kalau nggak Kak Tya lepas. Yuk kak kasianlah Al yang masih jomblo, ini aset berharga loh kak! Aduh sakit-sakit, eh bang-" pria itu mengaduh kesakitan, kalian percaya kalau Albrama. Cowok cool, pinter dan pastinya kaya walau tak sekaya Elon Musk. Tapi beneran kini telinga sudah sampai ke tahap memerah.
Apes sekali dirinya, niatnya mau PDKT malah membuat masalah. Pasti Tyava akan mengecap dirinya dengan pandangan tak mengenakan.
"Bohong kok dipelihara sih Al, jomblo ya Pak? Gue rela ayam kakek gue mati deh kalau emang seorang Albrama Husaini Wicaksono nggak punya pacar!" ucap Chiko menggebu-gebu tak terima pria itu berbohong. Mau di kemanain cewek-cewek itu. Chiko sendiri merasa kasian dengan perempuan yang pernah di depak dari hidup Albrama.
"OKE BESOK AYAM KAKEK LO MATI!"S sahut Al sambil menahan sakit di telinganya, bahkan sangking merasa mangkel. Kak Tya tak melepaskan jeweran di telinga Al. Biar dia berpikir berulang kali jika ingin mendekati seorang Tyava Sisilia Darmanendra!
"Mati!Orang Lo racun!"Jawab Vano santai.
"Kak Tyaaa. Kuping gue mau lepas!!!"
***
"Tumben Kall, kenapa nggak ke rumah aja. Malah ngajak gue ketemu disini, baik kan Lo sama Difra? Lo tahu kan gue sibuk ngurusin perusahaan bokap yang hampir coleps. Ngomong-ngomong gimana Difra? Anak itu baik kan?" Rafael memakai kemeja yang kini sudah kusut atasnya, salah siapa? Salah Kalla karena menyuruhnya datang secepat kilat.
"Gue sama Difra.."
"Jaga Difra untuk gue Raf, tapi jangan pernah ambil Difra dari gue. Gue masih sayang sama Aqila tapi nggak bisa lepasin dia gitu aja. Difra terlalu istimewa tapi hati nggak bisa bohong kan? Nyatanya selama ini gue pura-pura mencintainya. Alasannya apa?Lo tahu Aqila itu keras kepala dan semaunya sendiri. Dengan gue deket sama Difra dan ngasih pelajaran berharga untuk Aqila. Gadis itu pasti berpikir dua kali untuk melakukan kesalahan yang sama. Jadi gue mohon-"
Belum sempat ucapan Kalla selesai, dada Rafael naik turun. Ia bangkit dari tempat duduknya. Menatap Kalla secara nyalang.
BUGH
"Anjing Lo Kall!!" dia itu tak suka bicara kotor dan hari ini. Di tempat ini, dengan kata dan telinga Ia bisa mendengar alasan tak masuk akal seorang Bimantara Askalla.
"Lantas kenapa Lo buat Difra semakin nyaman hingga dia terlalu berharap sama laki-laki brengsek yang bodohnya temen gue sendiri." Rafael menyampaikan unek-unek yang Ia pendam sedari tadi.
"LO GILA KALL!"
"BRENGSEK LO!"
"MANIPULATIF LO!!"
"ARGGGH SIALAN!!!"
"ANDAI!ANDAI DULU GUE PEKA SAMA DIFRA!ANDAI WAKTU BISA DI ULANG KALL, DENGAN SENANG HATI GUE AKAN MERANGKUL DIFRA DAN NGGA GUE BIARIN DIA MANDANG LO BARANG SEDETIK PUN!!"
BUGH.
BUGH.
"Lo nggak bisa kaya gini Raf, gue cinta sama Aqila! Dia cinta pertama gue dan mustahil bisa gue lupakan secepat ini, dan DIFRA. Gadis itu terlalu bodoh dan di butakan oleh CINTA!"
"Dia nggak akan bodoh kalau Lo nggak jerumusin sialan" Rafael mengangkat kerah jaket Kalla. Lalu membuat pria itu tersungkur, Kalla diam saja, tak melawan atau membalas kalimat - kalimat emosi yang keluar dari bibir Rafael.
"Bullshit Kall!!"
Gue perlu sembuh Raf, gue takut tragedi itu terulang lagi. Gue takut Raf..
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFRAKSI
Teen Fiction"Kalla, bisa berhenti memainkan perasaan Difra?" ~• Difra Sandyakala. Gadis periang, cerewet, dan juga manja. Di balik kehidupannya, ia menyimpan banyak luka. Bimantara Askalla, orang yang ia anggap sebagai pelitanya, justru meredup. Ada hati yang r...