𝒟𝒾𝒻𝓇𝒶𝓀𝓈𝒾
Matahari terbit seperti biasanya, awan menari-nari di langit, membuat siapa saja betah untuk memandang. Dengan tas punggungnya, gadis itu berlari menuju arah lapangan futsal, yang letaknya di gedung kedua sekolahan. Senyum gadis itu terlihat tulus, mata yang sebening kelereng tersebut melirik kanan kiri. Mencari sosok pria yang menjadi tujuannya datang kemari.
"Gol.."
Suara teriakan disusul peluit wasit membuat gadis itu tersenyum kecil. Pria yang ia cari telah mencetak gol. Dengan telapak tangan memegang mineral, ia terus berjalan mendekati si pria.
"Kalla ini minumnya,"
Itu bukan suaranya, langkahnya bahkan sudah terhenti saat mantan Kalla mendekat dan menyerahkan air minum.
"Aku keduluan?"
"Buat gue aja Dif, haus banget nih." Vano menyerobot botol minum milik Difra.
"Udah balik Dif?"
"Kak Dif awas.."
Hampir saja sebuah bola mendarat di hidung cantiknya, Difra mengusap hidung mungilnya itu. Pandangannya menatap sosok pria yang rela menjadikan punggungnya sasaran bola.
"Sorry Kall nggak sengaja"
"Mingir-minggir! Pertandingan bubar." Al mengusir orang-orang yang membuat kerumunan. Yang mereka lakukan tak lain dan tak bukan hanya ingin melihat Kak Difra dan pangeran sekolah tentunya.
"Mau sandwich?" Difra terkekeh seraya mengangkat sandwich tinggi-tinggi. Air mineral nggak jadi, sandwichpun boleh.
"Lo nggak papa?"
"Seperti yang kamu lihat."
"Ehem Kall, kalau nggak mau tuh sandwich, gue juga mau kok. Lumayan makanan gratis." Chiko berjalan menuju arah Difra, memisahkan tubuh beda jenis itu agar tak terlalu dekat.
Melihatnya, Kalla meradang, ia mengambil wadah bekal berwarna pink itu, kemudian langkah kakinya berjalan menjauhi lapangan futsal. Meninggalkan teman-teman dan sosok gadis dengan botol mineral yang sedari tadi tidak Kalla hiraukan.
"Kalla jahat banget sih Kamu." Difra menatap Aqila dari atas sampai bawah lalu tersenyum kecil mendengar suara itu.
"Gimana?"
"Difra ternyata jahat banget ya Kamu!lebih jahat dari Kalla, ini semua gara-gara kamu!" tutur gadis itu mengeluarkan air mata.
"Kalian semua dengar," iris hitam itu menatap adek kelas dan beberapa orang yang masih berada di dalam lapangan futsal.
Jangan lupakan ada beberapa anak dari sekolah lain yang masih berada disana. Atensi mereka semua menatap gadis yang menangis itu. Merasa kasian kah? Sudah terpedaya dengan ratu drama?
"Dia." jari telunjuknya mengarah ke Difra dengan wajah merah padam.
"Dia itu gadis nggak baik. Kalian semua kemakan sama wajah sok lugunya ini. Semua prestasi yang ia raih itu omong kosong, mana ada gadis baik-baik rebut cowok orang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFRAKSI
Teen Fiction"Kalla, bisa berhenti memainkan perasaan Difra?" ~• Difra Sandyakala. Gadis periang, cerewet, dan juga manja. Di balik kehidupannya, ia menyimpan banyak luka. Bimantara Askalla, orang yang ia anggap sebagai pelitanya, justru meredup. Ada hati yang r...