31. Sampai

24 8 2
                                    


Boleh sambil dengerin lagu perayaan mati rasa, biar ngena saat baca bab ini. Thanks💐
❄️@annfypink❄️

𝒟𝒾𝒻𝓇𝒶𝓀𝓈𝒾

Senja di ujung batas cakrawala, matahari lelah karena sudah berjaga begitu lamanya, memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum esok kembali bercengkrama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Senja di ujung batas cakrawala, matahari lelah karena sudah berjaga begitu lamanya, memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum esok kembali bercengkrama. Dia tenggelam dengan fase warna jingga, mempersiapkan sang purnama berjaga. Di bawah pepohonan dengan banyak tenda dome terpasang, cuaca yang begitu cerah menambah keindahan dari alam serta kolaborasi dari awan.

Kini mereka sedang berada di puncak, tepatnya di sebuah bukit yang biasanya digunakan untuk camping, sekedar menghabiskan waktu luang. Terkadang juga digunakan untuk event sekolahan.

"Hidup kok gini-gini aja sih, mononton!" Vano berulang kali menghela nafas, ia menyalakan benda bernikotin tersebut sambil menyeruput kopinya. Sore hari ngopi ternyata nikmat juga.

"Nggak bisa!Gue nggak mau semobil sama tuh cewek, OGAH!" samar ia mendengar suara seorang gadis teriak dengan di padukan suara sahabatnya.

"Ada apa sih ribut-ribut? pengang telinga gue. Lo Juga Kall, ada urusan apa lo sama Arumi sampai tuh cewek bar-bar ngeluarin aumannya."

'Plak'

"Monyet!" ujar Vano mengelus kepalanya yang di pukul Arumi.

"Wah bahaya nih anak, gue pasalin juga lo Rum. Ini tuh kekerasan dalam perkemahan, awas gue laporin lo.." Vano mengelus rambutnya, padahal tak ada rasa sakit sama sekali.

"APA? LO BERANI'?"

Kicep dan diam seribu bahasa.

"Kok malahan kalian yang ribut sih, udah kalau lo nggak mau biar Vano aja yang nyetir, setidaknya ada yang lerai kalau kalian cakar-cakaran. Gue pergi dulu" Kalla berjalan menuju tenda, dimana Difra berada. Udara di sini begitu dingin, ingin rasanya ia mengembalikan Difra ke kota dan pulang ke rumahnya.

"Difra dimana?" tanya Kalla pada salah satu siswi yang tidurnya bersama gadis itu.

"Nggak tau Kall, katanya sih mau lihat senja. Eh dari tadi nggak balik-balik"

"Dia sendirian gitu?"

"Iyalah, sama siapa lagi kalau nggak sendiri. Aneh-aneh aja lo" mendengar ucapan itu, Kalla pergi ke arah di mana senja begitu ketara .

"Dif.."

"Difra Sandyakala!"

Bruak

Kalla hampir saja tersandung dan jatuh ke lubang air kotor, untung ia sempat berpegangan pada ranting pohon yang cukup besar.

"Dif.."

Pria itu terdiam saat Difra berdiri di ujung tebing dengan mata terpejam. Dia segera berlari menuju arah gadis itu lalu mengangkat tubuhnya menjauh dari pinggir jurang.

DIFRAKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang