36. For Happiness

23 8 0
                                    

l𝒟𝒾𝒻𝓇𝒶𝓀𝓈𝒾

langkahku di kejar waktu
tiada batas titik pacu
sederhananya aku merindu
setiap nafas dan bayangmu
bolehkah diriku sedikit egois

ingin menatap langkah-langkahmu
di dalam setiap bayang nyataku
kebijakanku tak dapat menembus
gapaian takdir

begitu melebur menjadi sebuah panorama
ijinkan ku menyimpan sebanyak
rasa rindu
hingga kelak di batas waktu kita bertemu

~•~

"Gue rindu suaranya Van." Kalla membuka bungkus permen, memakannya ketika semua ingatan benari-nari dibenaknya. Mengalun saat pertama kali ia membuka kotak kecil pemberian Difra tepat di bawah pohon, hal kecil yang sekarang sangat bermanfaat bagi hidupnya yang berharga.

"Dia sekarang lagi apa ya Van?" pria itu memandang jalanan yang akan membawanya menuju seseorang yang Ia rindukan dengan segenap jiwa raganya.

Vano tersenyum kecil, entah apa yang kini disembunyikan pria itu. Senyum dengan segala kegetiran yang ada. Berharap semuanya akan baik-baik saja, bolehkah dia menentang takdir?Sisi yang tidak diperlihatkan kepada siapa pun, Kalla dengan segala lara yang menyapanya. Pria itu jatuh, dia rapuh. Hari-harinya  dihabiskan dengan berkonsultasi dengan dokter yang dahulu menanganinya.

Dengan sebuah dalih agar dapat sembuh untuk Difra Sandyakala, gadis yang kini memenuhi renung kalbu terdalam dihidup yang Ia anggap tak berharga.

"Kalla..." rambut pendek miliknya berayun diterpa angin, berjalan pelan menuju kearahnya dengan senyum khas yang begitu di rindu. Pipinya memerah dan malah menambah kesan imut gadis itu, sejauh apapun Ia pergi, gadis ini akan kembali.

"Sudah sembuh hm? Rambutnya tambah panjang ya? kenapa nggak pakai sweater sih Dif, diluar dingin.Nanti kalau sakit gimana." telapak tangan hangatnya mengelus surai dengan
perlahan -lahan. Seolah gadis ini adalah benda rapuh yang harus dia jaga

"Difra rindu Kalla, kalau kamu?Di rumah sakit nggak enak, Difra nggak mau disana. Bawa Difra pulang please, kak Bumi juga sama aja. Dia itu diam kaya patung, tapi Difra sayang sama kak Bumi." tutur gadis itu tersenyum lebar, Kalla merasakan telapak tangannya di genggam dengan tangan yang begitu hangat.Bukankah ini pertanda gadis itu sembuh?

"Nanti kalau Difra pulang terus kak Bumi masih di rumah sakit, titip kak Bumi ya. Dia adalah orang yang paling Difra sayang setelah papa, Kalla juga harus nurut, nggak boleh nakal lagi.Udah besar bisa ngurus diri sendiri, jauhi pergaulan yang nggak penting. Sekarang udah dewasa, mau lulus.Janji bakal masuk ke universitas impian Kalla, aku yakin kok Kalla bisa. Tinggal bagaimana cara Kalla meraihnya,"

"Kita raih impian  bareng-bareng Dif, asal sama Lo semuanya akan indah."

"Tapi Difra mau pulang..."

"Difra capek."

"Kita pulang bersama, nanti kak Bumi biar gue jemput." tutur Kalla dengan senyuman yang menghiasi raut wajah pria itu.

"Kalla nggak boleh ikut.."

"Tapi jalan pulangnya biar gue anter Dif, nurut ya??"

"Nggak boleh, Kalla harus tetep disini. Nanti biar Difra pulang sendiri, kalau misal nanti Kalla rindu sama Difra, tinggal dateng aja ke rumah baru Difra." memejamkan mata tak kala saat jemari pria itu mengelus pipinya yang kian memerah.

Rumah baru?Sejak kapan gadis itu pindah rumah, padahal rumah tersebut memberikan kenangan bersama keluarga kecilnya, walau satu-satu persatuan dari keluarga Difra hilang dan kembali kepada NYA

"Gue ikut Dif.."

"Nggak bisa Kalla!!kamu harus bahagia dan gapai impian Kalla setinggi mungkin, buktikan ke Papa Kalla kalau kamu bisa. Difra yakin kalau Kalla mampu!" Difra memeluk tubuh itu seakan-akan begitu merindukannya.

"Difra nggak akan pernah menyesal mengenal sosok Bimantara Askalla..",

"Gue juga Dif, terimakasih untuk segalanya. Mau apa hm? Nanti kalau udah sembuh kita jalan-jalan ke tempat yang Lo mau." tawarnya bahagia, berharap dapat menebus luka yang begitu menganga.

"Kado apa yang Lo mau Dif?".

"Hadiah terindah adalah diri Kalla sendiri, terimakasih sudah mengisi hari-hari Difra dengan bahagia dan sukacita."

"Selamat tinggal Bimantara Askalla...”

***

Little Story

Pria itu berjalan menyusuri lorong rumah sakit, dia kini sedang menemani Kakak perempuannya yang tengah di rawat karena kelelahan dan asam lambungnya naik. Kalla akui kakaknya terlalu patuh sebagai seorang anak. Menjadi budak karporat sang Papa. Alhasil tubuhnya drop, bahkan kakaknya itu tak pernah menghiraukan kehidupannya sendiri. Itu yang Ia benci.

Dalam langkahnya, nertra tajam itu menatap kedua orang yang begitu dirinya kenal. Bumi dan gadisnya. Kalla ingin mendekat, hingga saat semakin dekat. Tangannya gemetar disaat melihat betapa pucat wajah wanita yang kemarin masih tersenyum dan cerewet memarahinya.

"Difra?"

"Gagal jantung??"

"Mereka bencanda bukan, gue nggak percaya."

Termenung cukup lama, hingga sebuah tepukan dibahu membuat pria itu menoleh. Mendapati dokter Farhan selaku sahabat sang papa tersenyum melihatnya.

"Kalla.."

"Ngapain kamu ngelamun, ntar kesambet loh." Dokter Farhan tersenyum cerah karena cukup lama tidak bertemu dengan anak dari temannya ini.

"Om.."

Kala buru-buru menormalkan detak jantungnya, kini saatnya dia bertanya tentang gadis yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu. Mungkin hanya telinganya saja yang salah mendengar, dia mencoba berpositif thinking.

"Om Farhan kenal sama Difra, pasiennya dokter di ruangan itu" tunjuk Kalla pada ruangan yang baru saja gadis itu masuki.

"Duduk dulu"

"Kamu kenal sama anak Ilyas?Jadi begini Kall, Difra itu salah satu pasien yang saya rekomendasikan pada dokter Indah selaku spesialis jantung terbaik rumah sakit ini. Gadis itu baru menyadari penyakitnya satu tahun lalu." tuturnya bagai bom atom yang siap meledak kapan saja.

Dan ketika Kalla sudah memahami perasaannya, gadis itu membuat dirinya takut akan kenyataan yang ada. Dia pengecut bukan?

***

Halohaaa..

Apakah hari kalian indah?atau ada masalah yang berat sedang menimpa?Ku doakan semoga satu-satu masalah kalian berkurang ya.Dan masalah ku juga, sebentar lagi mau ending nih DIFRAKSI.

Ada kah satu kata untuk Kalla

Em mungkin Difra

Atau mungkin saya??

Sad or happy???

DIFRAKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang