14. Stay Settled

30 12 0
                                    

𝒟𝒾𝒻𝓇𝒶𝓀𝓈𝒾

"Rusak?Kok bisa sih!"

"Ceritanya panjang"

"Itukan motor kesayangan Kalla, kesayangan Difra juga sih. Ih kok hancur lebur kaya remahan rengginang lebaran gitu. Kamu buat balapan liar ya?Ayo jujur sama aku Kal!Kaya gitu bahaya tau nggak. Untung cuma motor kamu yang hancur, bukan tubuh kamu. Mau cari dimana lagi aku kalau tubuh kamu hancur." bola matanya seakan-akan ingin keluar karena Difra banyak mengeluarkan berbagai ekspresi wajah. Marah, takut, sedih dan nggak rela motor kesayangannya hancur.

Difra itu suka sama motor Kalla, suka sama pemiliknya juga. Apalagi motor Kalla itu adalah kandaraan favorit Difra. Sebenarnya ia lebih menyukai jika Kalla membonceng dirinya mengunakan motor, tetapi apalah daya jika Kalla tak mau membuat dirinya terkena terpaan  angin malam yang semriwing.

"Jawab aja sih Kal, kok bisa sampai separah itu?bodynya sampai hancur loh!" dia itu nggak berhenti bertanya kalau belum dijawab. Nah ini sisi lain Difra, bahkan dahulu Kalla sempat menatap aneh Difra saat dengan berani bertanya berbagai macam hal dengan Bu Nana, guru MTK killer.

Difra bahkan pernah dibentak karena ketahuan memberikan contekan kepada teman perempuannya. Temannya juga sembrono karena jiplaknya plek ketiplek, alhasil saat ditanya menjawab jujur kalau meniru dari Difra. Ini ciri-ciri kawan tak tau terimakasih sama sekali, bahkan Kalla geram sendiri mendengar perempuan itu dengan pedenya mengatakan kalau mencontek dari Difra. Namun Difra menjawab dengan ketenangan di atas rata-rata.

"Motornya gue pinjemin temen Dif, alhasil begitu jadinya. Udah bahas yang lain aja, mau makan dimana jadinya hm?" tanya Kalla, kini mobil berwarna hitam tersebut tengah mencari tempat makan yang sekiranya cocok untuk mengganjal perut mereka yang minta di isi.

"Itu aja deh." tunjuk Difra pada warung bebek goreng pinggir jalan yang cukup ramai. Lidahnya tidak sabar mencicipi rasa sambal hijau dan nikmatnya bebek goreng ditambah lalapan. Pokoknya ia ingin makan itu!

-BEBEK GORENG MANG DODIT-

Terpampang tulisan besar dengan berbagai menu dibawahnya, mobil Kalla menepi di rumah makan tersebut.

"Kenyangnya.." Difra mengusap perutnya yang sudah terisi makanan. Tampak sedikit berisi daripada tadi saat dirinya belum makan.

"Pulang?"

"Bentar deh ya, biar nasinya turun dulu. Ets kamu mau apa?Mau ngerokok ya Kal?Jadi selama tiga hari ini kamu ngerokok terus?Lupa sama permen yang kamu beli?" tanya Difra melihat Kalla bersiap untuk menghidupkan rokok yang terselip dijarinya.

Walau ya permennya Kalla sendiri yang membeli, tapi jangan lupakan kalau Difra yang mengantarkan membeli dan memilih permen sesuai selera Kalla.

"Satu aja ya?Janji deh besok nggak ngerokok." Kalla meringis, dia cukup terbantu dengan permen. Namun ada yang aneh di lidahnya saat tak merasakan benda nikotin tersebut. Apalagi sehabis makan nikmatnya mengisap nikotin.

"Boleh tapi nanti kalau udah dirumah Kalla sendiri, tuh lihat disana ada mbak-mbak sama suami dan anaknya yang masih balita. Kasian adek kecilnya kalau kamu ngerokok sekarang, inget Kall merokok itu membunuhmu!" Kalla meringis melihat  ada anak kecil disampingnya.

Mereka memang duduk lesehan, jaraknya pun tidak terlalu jauh.

"Perokok yang lebih bahaya itu perokok pasif, seharusnya kamu tahu kan?"

"Iya.." akhirnya Kalla memilih mengalah, memasukkan satu batang rokoknya ke dalam wadah kembali.

Kalla melirik handphone, mengingat Albrama membuat ia tersenyum kecil dan merasa marah secara bersamaan.

DIFRAKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang