6. Dia Kembali

48 13 0
                                    

𝒟𝒾𝒻𝓇𝒶𝓀𝓈𝒾

"Kalla dapet salam dari permen kapas, katanya takut kalah manis sama Kamu.." pria berkacamata itu membenarkan kacamatanya, takut saja miring membuat penglihatannya bermasalah. Mengucek mata pelan, memastikan hal yang baru saja dibaca lalu kembali memakai kacamata. Menatap teman-temannya bergantian dengan pesan yang baru saja Ia baca.

Beneran ini mah!

"Woy Kalla punya pacar baru!" suaranya menggema, membuat anak-anak yang sedang bercerita setengah bermain game itu menatap kearahnya.

"Heboh-heboh kenapa sih Al?"
Vano yang tengah bermain game di handphone merasa terganggu dengan teriakan cempreng yang nyaris merusak gendang telinga.

"Yang bener?" Chiko malah tertarik dan mendekat.

"Siti kupret! gamenya masih jalan tuh, cepetan nggak mainin!" Vano mencak-mencak saat Chiko meninggalkan gamenya, alhasil tuh anak mati di tengah jalan.

"Bentar aelah. Kesabaranmu setipis tisu!"

"Tahu dari mana lo kalau Kalla punya pacar, jangan ngada-ngada deh. Jelas benget kalau Kalla tuh masih inget masa lalu. Padahal sih nggak ada manis-manisnya tuh cewek" jawab Vano tanpa mengalihkan matanya dari game, hp masih di miring-miringin.

"Gue buka pesan dari ceweknya oy, eh tunggu-tunggu! Gue kaya kenal deh sama foto profil nih nomor, fiks nggak salah lagi!"

Yang dibicarakan datang dari arah tangga, tadi itu Kalla sedang mengambil sesuatu dari dalam kamar. Benda canggihnya ia tinggal di ruang tamu, tempat kawannya kumpul.

Ruang tamu itu seperti kapal pecah, sampah camilan dimana-mana. Kuaci jatuh berserakan di lantai dan asap rokok yang masih mengudara, televisi menyala namun semuanya sibuk dengan hpnya masing-masing. Kini malah TV yang menonton mereka.

"DIFRA WOY, CEWEKNYA TUH DIFRA!" suara cempreng Chiko terdengar nyaring saat melihat sodoran pesan dari Albrama, Vano bangkit dari duduk manisnya di sofa, berjalan lalu merebut handphone Kalla. Membelalakkan mata saat melihat si pengirim pesan.

"Berisik!" Kalla merebut handphone miliknya, duduk dengan tenang sambil meminum boba yang tadi dikasih mbak pacar selepas pulang sekolah. Besok hari Minggu, jadi mereka bermalam mingguan di rumah Kalla.

"Kenapa nih?" cowok setinggi Kalla itu datang dari arah pintu utama, membawa sebuah bungkusan. Rambutnya yang begitu hitam lebat menambah kadar ketampanannya. Jangan lupakan juga kalau dia itu peraih kejuaraan pencak silat nasional. Bahu yang lebar dan tangan yang berotot, benar-benar waktu pembagian ketampanan ia mendapatkan 99,9% bagian dari Tuhan.

Dia adalah Rafael Al Malik, sekolahnya berbeda dengan mereka semua. Satu alumni SMP dengan Albrama dahulu. Jadi pria itulah yang paling memahami sifat Rafa, dari segala sisi.

"Kalla punya pacar baru!" tutur Chiko ceplas-ceplos, memang kebiasaan punya mulut tidak bisa di rem.

"Oh." pria itu meletakkan bungkusan yang ia bawa, berjalan kearah dapur guna mengambil piring dan terlihat tidak peduli dengan berita yang dikatakan Chiko.

"Tuh makan, jarang-jarang  kalian makan siomay Mbak Ning. Khusus dibuatin Mbak Ning untuk Gue." Rafael membuka bungkus plastik itu.

"Kapan balik Raf?" tanya Kalla.

"Kemarin malam,"

"Betah nggak disana?" ucap Vano menimpali.

"Lumayan"

"Iya lumayan, siapa juga yang nggak suka tinggal disana. Tiap hari lihat yang bening-bening" sahut Albrama, pikiran pria itu sudah membayangkan wajah gadis yang cantik-cantik dengan kulit eksotis. Rafael itu baru balik dari Amerika.

DIFRAKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang