𝒟𝒾𝒻𝓇𝒶𝓀𝓈𝒾
Ada saatnya kamu bersedih;
ada saatnya kamu tertawa
ada saatnya kamu menangis
ada saatnya kamu bahagia
akan ada saatnya kamu untuk pergi
ada saatnya kamu untuk menetap
dan semua akan tiba saatnya..
Kamu paham maksudnya?~24, Agustus 2023~
"Assalamualaikum Kallanya Difraa!
Yuhu Difra udah pulang..."Gadis itu menggendong tasnya, membuka pintu kelas dengan semangat. Kosong melompong, pria yang Ia cari tak ada disana. Difra panik bukan main disaat beberapa hari ini Kalla tidak menghubungi dirinya, bahkan sekedar untuk mengirimkan pesan saja tidak. Pria itu mendadak hilang tanpa kabar.
"Yeayy DIFRA masuk gess!"
DIFRA tersenyum disaat Arumi memeluknya dan beberapa temannya yang semangat menyambut kedatangannya. Jangan heran kalau Difra di sambut baik, gadis itu adalah penyelamat nilai-nilai mereka dan jangan heran juga kalau Difra di perlakukan spesial, karena gadis itu memang spesial dan mempunyai magnet agar orang lain menyanyanginya. Difra itu bagai mood booster orang-orang, gadis itu sangat pandai memberikan solusi untuk masalah orang. Tapi tak bisa mengurusi masalahnya sendiri. Itulah salah satu kemahiran Difra dan kelemahannya juga.
Lembaran ini belum usai
~Difra Sandyakala ~"Temanku yang baik dan tidak sombong, memang kalianlah sahabattt terbaikku..." ucap Difra menirukan salah satu kartun yang jalannya lambat itu.
"Eh ngomong-ngomong Kalla dimana geeess!!" tanya Difra, dia bisa melihat kalau tas Kalla ada namun tubuh pria itu yang tak nampak batang hidungnya.
"Tuh di belakang Lo"jawab Arumi membuat Difra langsung berbalik, dia seketika mematung ditempat melihat Kalla. Benar, kini pria itu sedang berdiri di depan pintu dan di sampingnya terdapat wanita yang tengah menjadi bagian dari masa lalu laki-laki itu.
"Loh Kalla kok sama Aqila? Ada urusan apa memangnya?" ucap gadis itu mencoba membuang segala pikiran buruk yang merajalela di otaknya.
"Apa kabar Kalla??" tanya Difra, posisi gadis itu tepat di hadapan Kalla. Jantungnya berdegub kencang, apalagi saat melihat tatapan teduh pria itu. Ada banyak hal yang tak diketahuinya.
"Baik, Lo sendiri?" kaku dan sangat dingin. Tolong izinkan dirinya bertanya pada semesta apakah yang berdiri di depan matanya ini adalah Bimantara Askalla. Cowok yang selalu tersenyum dan bersemangat ketika bertemu dengannya. Dan menunjukan secuil senyum walau hanya untuk Difra Sandyakala.
"Kall kepalaku pusing banget, tolong anterin ke UKS sekarang ya, pengen istirahat disana " Difra hanya melirik disaat Aqila bergelendotan di lengan Kalla, bahkan pria itu diam saja seolah-olah tak terganggu. Apa dia tidak menyadari banyak pasang mata yang melihat tingkah mereka berdua.
"Hm bentar, gue ambil tas dulu." Kalla berjalan menuju arah kursinya, bahkan pundak pria itu menyentuh lengan Difra yang membuat Difra hampir kehilangan keseimbangan.
"Mau kemana Kall? Aku udah pulang lho, janji deh nggak bakal ninggalin kamu untuk waktu yang lama lagi. Ini yang pertama okey.." Difra menghampiri Kalla saat pria itu bersiap mengendong tasnya. Ada perasaan yang tak biasa dari pacarnya. Mungkin Kallanya marah karena Ia tidak menemuinya selama hampir sepekan. Atau ada suatu masalah lain yang tak Ia ketahui.
"Hm, gue mau nganter Aqila sebentar, nanti kita ketemu waktu pulang sekolah aja. Mamanya Aqila nitipin dia ke gue soalnya. Gue nggak tega kalau Qila ke UKS sendiri tanpa pengawasan" ujar Kalla membuat Difra mengangkat alisnya heran. Kenapa Aqila yang sakit tapi pria itu yang heboh sendiri.
"Nggak ikut kelas?" tanya Difra.
"Nggak"
"Tapi ini kelasnya Bu Nana Kall, aku takut kalau papa kamu marah lagi dan berujung di undang ke sekolah. Cukup satu kali aja Kall, dan untuk Qila, ada seksi kesehatan di kelas. Nay, kamu aja yang anter Qila. Nanti langsung ke sini mumpung Bu Nana belum datang " ujar Difra memanggil Nayla, salah satu seksi kesehatan di kelas mereka. Lagipula Aqila itu beda kelas dengannya, bisa-bisanya anak itu melipir ke kelas orang dan mengeluh sakit. Difra juga takut kalau Kalla mengantarkan Aqila, pria itu pasti akan bablas ke tempat lain dan jujur saja Difra cemburu!
"Kall,, ayo Aku pusing banget.." suara Aqila terdengar lirih dan penuh rintihan. Jemarinya memegang kepala.
"Yuk Qil gue anter ke UKS, kalau perlu nanti gue suruh orang untuk anterin Lo pulang. Lagian nggak sehat kok paksain masuk sekolah, mau tebar pesona apa mau rusakin hubungan orang " Arumi yang melihat pemandangan di depan matanya langsung berinisiatif mengambil penyelesaian. Gadis itu juga tahu kalau tak mungkin Aqila menerima di antar Nayla ke UKS.
"Jadi mau ke UKS, pulang atau buat drama dulu nih?" Nayla yang sudah kesal karena acara scroll TikToknya terganggu menggerutu.
"Kalau gitu biar Arumi aja yang ant-" belum sempat Aqila menyelesaikan ucapannya, tubuh wanita itu sudah terjatuh dan tergeletak di lantai.
"Qila!!"
"Ngapain kalian bengong di situ ha!minggir!" Kalla berlari menuju UKS setelah mengusir segerombolan siswa-siswi yang berbicara di depan kelasnya. Bahkan langkah pria itu tergolong tergesa-gesa, Difra menatap nanar punggung Kalla yang semakin menjauh. Ada perasaan tidak rela disaat telapak tangan itu menopang tubuh Aqila.
Ada apa ini? Ini mimpi kan? Difra harap begitu adanya, dia berharap ini adalah sebuah halusinasi semata. Dimana dia bangun dan kembali menemui Kalla.
"Selamat pagi anak-anak!" nyatanya ini bukan sebuah halusinasi semata, bukan juga mimpi yang Difra harapkan. Di depan sana ada Bu Nana, perempuan paruh baya yang kalau bicara mengegerkan seisi kelas. Wanita itu mengucapkan salam dan bersiap memulai pembelajaran.
"Pagi Bu Nana yang paling cantik di dunia dan tiada tandingannya, maaf Bu sedikit terlambat. Tadi si Chiko waktu saya jemput masih bobo syantik, emang nggak benar ya Bu, masa udah pagi masih tidur.." Vano masuk ke dalam kelas secara bersamaan dengan Chiko, wajah Chiko kusut, muka-muka lemah letih lesu, lopyuu.
"Hoam..Maaf ya Bu." jawab Chiko santai, tak ada takut-takut sama sekali. Bahkan Ia berjalan ke kursi yang biasa di duduki tanpa melihat raut wajah Bu Nana yang sudah mengeluarkan tanduknya.
"CHIKO SITIADMOJDO, KELUAR KAMU DARI KELAS SAYA!!!”
**
Senja yang datang di ujung langit, di bawah pohon rindang. Disana sebelah kanannya terdapat halaman parkir yang begitu luas. Difra menunggu di bawah awan yang tampak mendung. Karena Kallanya mengirimkan pesan, bahwasanya pria itu akan menjemput dirinya. Ada urusan penting yang tidak bisa Kalla tinggalkan, isi serentetan pesan yang laki-laki itu kirimkan.
"Nggak pulang Dif?" Vano yang kebetulan lewat dengan motor gedenya berhenti tepat di depan gadis itu.
"Nanti deh, nunggu Kalla. Katanya sebentar lagi datang" ucap Difra sambil melihat pesan yang baru saja pria itu kirim.
"Yakin Dif, hujan mau turun tuh. Bareng gue aja udah..." kata Vano, pasalnya ini langit sudah gelap.
"Tenang aja Van, kamu duluan gih. Kalla pasti datang kok, aku percaya dia-”
"Terserah deh Dif, gue duluan. Kalau gue jadi Lo sih nggak bakal percaya sama kata-kata cowok itu" Vano menyetater motor gedenya, meninggalkan Difra seorang diri di sana.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFRAKSI
Teen Fiction"Kalla, bisa berhenti memainkan perasaan Difra?" ~• Difra Sandyakala. Gadis periang, cerewet, dan juga manja. Di balik kehidupannya, ia menyimpan banyak luka. Bimantara Askalla, orang yang ia anggap sebagai pelitanya, justru meredup. Ada hati yang r...