𝒟𝒾𝒻𝓇𝒶𝓀𝓈𝒾
'kamu tak perlu bertanya, karena Jawabannya akan tetap sama, menepi adalah jalan terbaik untuk semuanya'
~•-•~
”Ada gajah di baliqhe batu, batunya hilang gajahnya datang...” Vano bernyanyi disaat melewati Aqila yang kebetulan sedang berjalan beriringan dengan adek kelas.
"Ehemm ada Aqilaa. Cantik banget Qil, mau kemana nih?” tanya Chiko basa basi.
"Mau ke kantin, kalian mau ikut nggak?Oh iya dimana Kalla. Tumben nggak bareng sama kalian.." jawab perempuan itu tersenyum menunjukkan deretan giginya.
"Biasalah.."
"Lo sendiri sama adek kelas yang gantengnya nggak ada apa-apanya sama Kalla gini emang sering ya? Semoga langgeng deh," ucap Vano yang kalau bicara nggak pernah difilter.
"Kamu kok sekarang gitu sih Van, dulu aja kamu dukung aku sama Kalla. Lagian kita nggak ada apa-apa, jangan asal nuduh dong Van. Apa ini karena Difra yang suruh kalian buat benci sama aku?Jahat banget ya ternyata Difra itu, kalian jauh-jauh deh sama dia, nanti ketularan licik!" jawab Aqila dengan nada begitu lembut.
"Nggak papa licik asal nggak munafik!" Albrama datang dari arah pintu kantin sambil menenteng tasnya menggunakan satu tangan.
”Kalian kok jadi bully aku gini sih? Punya mulut kok pada nggak di jaga, awas aja nanti aku aduin Kalla. Tuhan aja memaafkan kesalahan makhluknya, kalian kok nggak! Emang aku dulu sempat bosen sama Kalla, tapi aku khilaf dan nggak bakal ulangi kesalahan itu lagi buat yang kedua kalinya” Aqila menjawab dengan satu tangannya menggenggam tangan sang adik kelas. Masalahnya adik kelasnya adalah seorang pria!
”Hahha lawak Lo Qil.." Vano tertawa nyaring.
"Bosen ya manusiawi, tapi kalau bosen selingkuh ya manusia babi!" ucap Chiko membuat seantero anak yang sedang makan di kantin menoleh padanya. Pria itu malah ngacir keluar kantin setelah mengegerkan seluruh siswa akibat teriakannya.
"Di jaga gih ceweknya, ntar kegatelan..” Al menepuk pundak adik kelas yang begitu familiar di tongkrongan.
”Bang...” umpat pria itu setelah melihat Vano dan atek-ateknya meninggalkan Aqila dan dirinya.
***
Sore harinya, saat matahari sudah mulai tenggelam. Kalla mengendari motor kesayangannya, dengan Difra yang membonceng di belakang.
"KITA MAU KEMANA KALLA?” tanya Difra menempelkan bibirnya di sebelah helm yang pria itu kenakan.
”Pan—” suara Kalla terlihat tidak jelas di telinga gadis itu, alhasil karena takut menganggu sang pacar. Difra mengangguk-angguk saja, memilih untuk merangkul pinggang pria itu.
"Ada yang mau di beli?” Difra bertanya saat motor berhenti di minimarket. Kalla turun dari motornya sementara Difra masih nangkring di atas motor gede itu.
"Hmm, bisa turun sendiri?” ucap Kalla, melepaskan helmnya lalu tangannya menyugar rambutnya ke belakang.
Difra mengangguk, ia turun dari motor itu dengan hati-hati. Sedangkan Kalla sudah masuk ke dalam minimarket, meninggalkan dirinya yang memilih menunggu di luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFRAKSI
Teen Fiction"Kalla, bisa berhenti memainkan perasaan Difra?" ~• Difra Sandyakala. Gadis periang, cerewet, dan juga manja. Di balik kehidupannya, ia menyimpan banyak luka. Bimantara Askalla, orang yang ia anggap sebagai pelitanya, justru meredup. Ada hati yang r...