𝒟𝒾𝒻𝓇𝒶𝓀𝓈𝒾
"Iya Kalla iya, ini udah malam kalau gitu Difra matiin dulu ya. Inget selama beberapa hari ke depan nggak boleh main malam-malam. Harus belajar dan belajar, kalau perlu nanti waktu Kalla belajar video call sama Difra. Buat pembuktian!" gadis itu bicara panjang lebar dengan tangan yang tengah mencomot buah pir.
"Kenapa harus nanti hm? Gue bisa sekarang belajarnya" sebenarnya hari ini, Kalla akan berkunjung ke rumah Aqila, dia sudah mempersiapkan buket bunga khusus untuk ibu dari mantan pacarnya itu.
Sungguh spesial sekali. Latas Kalla sendiri merasa bersalah harus membohongi Difra. Ia memutuskan untuk memberitahu gadis itu nanti, benar nanti disaat Difra sudah pulang dan Ia bisa menemuinya.
"Yaudah sekarang aja gimana, sebentar Kall, tunggu Difra beberapa menit lagi okey?" ucap Gadis itu terkesan buru-buru. Sedangkan Kalla sendiri sebenarnya sudah rapi dan wangi, Ia memakai jam tangan yang lagi-lagi diberikan oleh Difra. Gadis itu di setiap waktunya selalu mengingat dirinya.
Bahkan tadi disaat dirinya lupa akan makan malamnya, Difra yang letaknya di tempat jauh sana memesankan makanan untuk dirinya dan Mbak Tari.
Hmm dari pacarmu yang super cantikkk, ini juga untuk Mbak Tari. Nggak usah masak ya Mbak, dan untuk sementara waktu tolong titip pacar Difra yang genteng banget ini. Dia nakal sih soalnya wkwk.
Itu pesan yang Difra sematkan di atas makanan kesukaan Kalla. Pria itu memakan dengan senyuman, apalagi disaat mengingat Difra. Rasanya tak sabar bertemu gadis itu, iya Ia tidak sabar.
"Sudah selesai belum hmm?" tanya Kalla, berjalan menuju rak yang berisi kado ulang tahun Tante Rayna, dia sudah menyiapkan satu hari sebelum berkunjung ke sana.
Walau hubungannya dan Aqila sudah tidak bisa di satukan lagi, tak salah kan kalau masih menghormati Ibunya?
"Udah! Ayo Kalla vidio Call"
Pria itu terdiam disaat melihat wajah Difra, seperti biasa sangat manis dan cantik. Bahkan Ia bisa melihat kalau Difra make up dulu sebelum mengalihkan telepon ke vidio call.
"Kenapa bengong?" tanya Difra menyelipkan rambutnya.
"Nggak ada, kamu manis. Gue nggak bosen lihatnya"jawab Kalla membuat pipi Difra memerah, dia blushing gaess!
"Dasar Kalla mah, katanya mau belajar. Mana bukunya?" Difra mengingat bahwa alasannya untuk menelepon sang pacar adalah mengawasi kalau Kalla belajar.
"Ada." Kalla mengangkat buku yang tadi Ia ambil dari rak, pria yang biasanya main malam dan sebagian waktunya dihabiskan untuk balapan liar kini telah menjadi pria yang penuh ambisi. Ini karena Difra Sandyakala.
Difra diam, Ia mengamati bagaimana pria itu membuka buku, membaca dan terkadang tersenyum meliriknya. Selama hampir satu jam, Difra mengamati wajah yang tak akan pernah membosankan untuk di pandang mata berkali-kali. Kallanya itu adalah pacarnya. Laki-laki yang dahulu Ia cintai berhasil dirinya dapatkan walau harus penuh dengan air mata.
"Kamu pasti bisa berhasil dan buktikan ke Papa kalau Bimantara Askalla bisa!Aku percaya sama kamu Kall, jadi jangan pernah bohong ya walau ada hal sekecil apapun. Dan jangan pernah bersedih, oh iya gimana permennya. Stok yang Difra beliin kemarin belum habis kan?" kini Gadis itu mengingat tentang permen, alat pencegah rokok yang selalu Kalla konsumsi.
"Belum, nanti kalau habis gue beli lagi. Tumben malem-malem ceweknya Kalla ini merias wajah, biasanya juga nggak pernah. Ada apa gerangan hm?" tanya Kalla seraya mengelus layar handphonenya, sungguh tidak bertemu dengan Difra berhasil membuat harinya hitam putih.
"Heheh iseng aja, tadi tuh Difra sempet lihat vidio tutorial make up. Oleh karena itu pengen coba deh." kata Difra menjelaskan, tersenyum lebar menunjukan deretan giginya.
"Difraa tidur.." suara berat yang begitu Kalla kenali membuat Difra langsung mematikan teleponnya. Kalla sendiri membiarkan, mungkin ada perkumpulan keluarga sehingga ada Kak Bumi di sana. Dan gadis itu di larang untuk tidur terlalu malam.
Dering telepon Kalla kembali berbunyi, pria itu tersenyum menatap handphonenya. Hingga senyum manis itu harus sirna di saat melihat nama yang tertera disana, bukan Difranya. Melainkan wanita yang dulu sempat menjadi pacarnya.
"Kenapa Qil?"
"Mama cariin kamu Kall, kamu nggak jadi pembohong kan? Kasian mama Kall, masa cuma aku suruh datang aja kamu nggak mau. Apa aku sejahat itu dimata kamu, maafin aku kall. Tapi jangan pernah limpahkan kesalahan ini ke mama, dia nggak salah sama sekali. Please demi mama dateng ya" kata Aqila terisak kecil, laki-laki yang dahulu selalu mengutamakan dirinya sudah hilang di telan awan.
"Gue kesana."
"Makasih Kall..," diseberang sana, Aqila melebarkan senyumnya.
**
"Makan Kall, akhirnya kamu dateng juga setelah sekian lama nggak main ke rumah. Gimana keadaan Mama kamu, sehat kan sekeluarga?" wanita dengan rambut panjang tersebut menyambut Kalla dengan hangat, dirinya juga menyiapkan banyak sekali makanan hanya untuk menjamu dirinya. Lepas dari siapapun,wanita itu sangat baik dan patut Ia hormati.
"Baik Tan." Kalla tersenyum kecil, lagipula dia tidak terlalu dekat dengan ibu tirinya. Wanita yang sudah menghancurkan segalanya.
"Yuk dimakan, sayang loh.." ucap wanita itu, Kalla menatap sebentar wanita itu, sepertinya wajah itu cukup familiar di matanya.
"Terimakasih Tan.."
Aqila tersenyum manis, ini memang hari ulang tahun Mamanya. Tapi agaknya gadis itu yang terlalu heboh. Dia memakai gaun dan berdandan. Ibunya saja hanya memakai blouse sederhana. Memang perbedaan anak ibu sangat jauh.
Setelah selesai makan malam dan memberikan kado. Kalla pamit undur diri karena sudah sangat malam, Aqila tersenyum kecil.
"Kita foto dulu yuk Kall, buat kenang-kenangan. Iya kan Ma?" Aqila bersiap mengeluarkan handphonenya. Kalla pasrah apalagi tangannya di tarik oleh Tante Rayna.
"Pulangnya hati-hati nak" mama Aqila memegang lengan Kalla"Kall, tolong maafin kesalahan Aqila ya. Jaga dia selama di sekolahan, anak itu baik namun hanya salah pergaulan saja. Tante mohon sama kamu, apalagi kamu tahu kan kalau Aqila itu anaknya gimana, dia mungkin melakukan kesalahan sama kamu. Tapi sekali lagi Tente mohon, jaga Aqila" wanita yang tak lagi muda itu berharap anaknya bisa di jaga oleh laki-laki yang sudah Ia anggap anak sendiri.
"Saya akan usahakan Tente, tapi saya nggak bisa berjanji." jawab Kalla, karena gadis yang boleh Ia jaga dan sayangi hanya Difra. Benar Difra!
"Tolong Kall, Tante berharap sama kamu." perempuan itu menunduk, ada gurat kesedihan yang Ia rasakan saat menitipkan Aqila padanya.
Tapi Ia tak bisa berbuat banyak, saat dirinya sudah tidak memiliki hubungan dengan gadis itu. Bahkan untuk berteman pun Kalla rasa tidak bisa. Ada hati yang harus Ia jaga, dan perasaan gadis yang dirinya pertahankan.
"Saya pergi Tante.."
"Kalla tunggu!"
"Makasih udah datang ya, aku harap kamu mau memaafkan semua kesalahanku yang dulu. Jujur setelah berpikir, kesalahanku banyak dan tentu saja sangat besar .Maaf Kall" Aqila memegang lengan Kalla dengan erat.
"Sans aja, lupain semunya" jawab Kalla singkat dan ini akan menjadi perpisahannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFRAKSI
Teen Fiction"Kalla, bisa berhenti memainkan perasaan Difra?" ~• Difra Sandyakala. Gadis periang, cerewet, dan juga manja. Di balik kehidupannya, ia menyimpan banyak luka. Bimantara Askalla, orang yang ia anggap sebagai pelitanya, justru meredup. Ada hati yang r...