𝒟𝒾𝒻𝓇𝒶𝓀𝓈𝒾
Kalla turun dari dalam mobilnya, dia datang ke sekolah dengan Albrama. Pria itu membenarkan kaca mata dan sibuk menyapa para gadis yang melihat dan tertarik padanya, ingat Al itu cerdas walau ya keturunan crocodile.
"Mia apa kabar?"
"Al nanti malam jadi pergi kan?"
"Sip Jes!" ujar Albrama memberikan tanda jempol.
"Ih, gue Nisya bukan Jes-jes siapa tuh." seketika Albrama gelagapan, Kalla sendiri hanya menatap malas dan buru-buru meninggalkan Albrama yang sibuk menjelaskan dari A-Z ke para ciwi-ciwinya.
***
Waktu istirahat tiba, seperti biasanya. Kalla menghabiskan sebagian waktunya untuk bermain futsal bersama temannya. Pria itu bercucuran keringat, dia menoleh ke kanan-kiri. Tak ada wanita yang di tunggu untuk datang dan sekedar cerewet memberikan air untuknya. Apa dia terlalu berharap?
"Ada PHO nih datang, pa kabar Qil?Setelah sekian lama nggak muncul sekarang datang tiba-tiba. Oh ya ambil gih si Kalla, gue denger beberapa Minggu lalu dia udah putus sama Difra. Eh kalau si Kallanya mau sih, wkwk" jahat, mulut Chiko itu bak sebilah pisau. Kaya mulut wanita nggak? Tapi semua ucapan dari pria itu kenyataan. Dengan gencar, Aqila mendekati Kalla dan gadis itu memberikan air minum kepada Kalla.
Brengsek bukan?
"Jaga mulut Lo Chiko" ujar Kalla menerima uluran air putih dari gadis yang tidak dia harapkan.
Arumi yang baru datang dari pintu masuk menghela nafas, tak ada seseorang yang Ia suka di sini sebenarnya. Tapi gadis itu cukup akrab dengan Chiko, Ia enggan ribut saja. Apalagi sama titisan Mak lampir++ kaya Aqila. Ogah!
"Kall, ada titipan dari Difra nih. Tuh anak katanya sibuk, heran juga gue sama dia. Udah putus kok masih kasih sesuatu sama Lo? Eh tapi gue lebih kasian Lo sih, eh gimana ya. Nggak jadi deng-" karena gadis itu malas berdebat dengan Kalla, akhirnya dia berbalik arah.
"Mau banget ya di suruh-suruh sama Difra!" teriak Aqila marah karena kedatangan Arumi yang menyampaikan barang memberikan Difra membuat dirinya di acuhkan oleh Kalla.
Hubungan Kalla dan Aqila memang lumayan membaik, apalagi saat terdengar kabar kalau Difra sudah putus dengan pria itu. Tambah senang bukan main Aqila. Akhirnya sesuatu yang sepatutnya menjadi miliknya kembali ke pemilik sebenarnya.
"Sampaiin makasih ke Difra. Lo tahu Difra di mana Rum? Rumahnya kemarin sepi dan nggak ada kabar dari sekolah juga" tanya Kalla, keringat bercucuran dari wajahnya. Vano sendiri sibuk bermain dengan bola di kakinya, Chiko memutuskan berhenti menyimak tapi diam-diam telinganya mendengarkan.
"Dia-"
"Rum, ikut gue beli bakso yuk!!" teriak Vano menyeret tangan Arumi agar mengikuti dirinya. Ia melengos melewati Aqila yang terus-menerus cari perhatian.
"Eh-eh"
"Sialan tuh Vano" gumam Kalla, Ia menatap kehampaan kotak yang biasanya Difra berikan kepada dirinya secara langsung. Benar, putus dengan Difra membuat perubahan dalam hidupnya. Apa pilihannya salah, sifat egois di dalam dirinya sulit di hilangkan memang.
"Sabar ya, makan tuh cobaan!!" Al berjalan keluar dari lapangan futsal. Dia nggak benci sama Kalla, namun melihat muka Aqila membuat dirinya pahit-pahit muak. Oleh karena itu demi kesehatan mental. Lebih baik dia pergi saja.
"Kall, nanti nonton yuk! Ada Film terbaru loh. Mama juga suruh kamu buat temenin aku belanja nanti sehabis nonton. Mau ya?" Aqila menempel di lengan Kalla, membuat Kalla menatap tajam.
"Lepas Qil, gue ngga mau anak-anak salah sangka dengan hubungan kita. Ingat, gue dan Lo cuma temen nggak lebih. Seharunya Lo paham dengan ucapan gue kan?"
Di tinggal sendiri di lapangan futsal, bahkan air yang Ia berikan malah di oper ke Chiko. Membuat gadis itu menghentakkan kakinya kesal.
"Mati aja Lo Dif!" umpatnya menahan amarah.
"Kall, tadi gue habis dari ruang guru buat serahin tugas. Terus lihat pria masih muda, kayaknya dia Abangnya Difra deh. Secara dia sebut-sebut nama Difra gitu, ganteng sih orangnya. Tapi kemana-kemana masih gantengnya gue" ujar Albrama bangga, dia menceritakan bahwasanya berpapasan dengan pria yang sepertinya Kakak Difra.
Kalla yang sedang membaca buku mendongak. Banyak perubahan yang gadis itu tinggalkan untuk Bimantara Askalla. Salah satunya adalah giatnya pria itu dalam belajar dan mencoba menggeser Albrama dari peringkat umum. Catet, Albrama dan Kalla akan saingan nilai.
Pria itu bangun dari duduknya, membuat Vano dan Chiko menatap sejenak. Kalla berlarian menuju ruang guru dimana Kakak Difra berada. Disana tepat dirinya berpapasan dengan Kak Bumi yang baru saja keluar dari kantor dengan sebuah kertas di tangan.
"Bang Bumi" panggil Kalla membuat pria yang mengenakan kemeja navi itu menoleh.
Dia cukup terkejut melihat Kalla, lalu kemudian menghela nafas dan melanjutkan langkahnya menuju mobil. Kalla tak putus asa, ia mengejar langkah Bumi yang semakin cepat.
"Tunggu Bang, ada hal penting yang harus kita bicarakan. Dimana Difra sekarang?" tanya Kalla to the point. Tujuan awalnya menayangkan gadis yang menghilang tanpa kabar. Bisa gila dia karena tak mendengar kabar gadis itu, dan sialnya. Rafael juga tak bisa di hubungi secara tiba-tiba.
"Difra baik, kita ada urusan keluarga yang nggak bisa di tinggal. Makanya dia harus stay di negara orang. Tapi tanang aja, secepatnya adik saya pasti kembali ke sekolah ini. Saya dengar kalian sudah putus? Bagus kalau begitu, kamu nggak harus kecewa dengannya" ujar Bumi penuh tanda tanya, Kalla tersenyum kecil nan getir. Akan kembali ke sekolah ini? Lantas dia Kemana dan kapan kembalinya?
"Bang tunggu" ujar Kalla saat pria itu mencoba masuk ke dalam mobil.
"Sampaikan ucapan terima kasih gue atas sesuatu yang dia beri dan sampaikan juga pada dia kalau ada orang yang menunggunya" kata Kalla lalu pergi dari parkiran membuat Bumi menatap nanar punggung Kalla.
"Seharusnya memang begitu.." katanya lirih nyaris tak terdengar.
"Ingat anak-anak seminggu lagi ada ujian akhir semester dan Ibu harap kalian bisa mengerjakan sungguh- sungguh. Ini adalah langkah untuk menggapai cita -cita kalian kedepannya." kata wali kelas tersebut, Kalla terdiam. Harapannya adalah Minggu depan, Minggu depan pasti'Difra kembali. Pasti!
"Mau nggak Kall? Mau dong! Nih makan" Aqila datang membawakan bekal makanan, yang kira-kira isinya adalah sandwich. Kalla hanya melirik sekilas kemudian menatap bukunya.
"Nggak makasih, gue kenyang Qil." ucap Kalla fokus kembali dengan buku, Aqila mendengus kesal di buatnya.
"Kalla berubah banget sih kamu! Kurang aku tuh apa coba?"dengus Aqila kesal.
"Gue nggak minta apa-apa Qil, pergi dari sini sekarang sebelum lo kena amarah gue. Dan iya, sampaikan pada Tante, nanti malam gue nggak bisa ke rumah. Ada urusan" ujar Kalla, Aqila tak gencar. Dia menutup buku Kalla dan membuangnya.
"Ngapain sih Kall sok sibuk, dulu kamu juga nggak pernah tuh pengang buku. Nggak usah repot-repot , orangtua kita punya perusahaan. Apalagi kalau di gabung, pasti tambah berjaya nantinya. Kamu nggak perlu susah-susah belajar gini? Buat apa sih Kall? Mending makan dulu, atau perlu aku suapi?"
"Aaaaa"
BRAK!!!
***
Follow akun wpnnya dong:) sepi kek kuburan' gini nihh🌚
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFRAKSI
Teen Fiction"Kalla, bisa berhenti memainkan perasaan Difra?" ~• Difra Sandyakala. Gadis periang, cerewet, dan juga manja. Di balik kehidupannya, ia menyimpan banyak luka. Bimantara Askalla, orang yang ia anggap sebagai pelitanya, justru meredup. Ada hati yang r...