5

368 33 3
                                    

Setelah kejadian beberapa hari yang lalu, Joevarsa merasa Varen selalu memperhatikannya kemanapun dia pergi.

"Joe, kamu gak ngerasa kak Varen aneh ya? " tanya Nayla.

Akhir-akhir ini dia memang memperhatikan tingkah laki-laki itu.

"Aku gk ngerasa gitu, mungkin perasaan kamu doang"

Nayla hanya mengangguk mungkin Joevarsa ada benarnya.

...







seperti biasa Joevarsa menuju parkiran untuk mengambil sepedanya. Ia terkejut melihat seseorang berdiri tepat disamping sepedanya. Joevarsa berjalan terus mengambil sepedanya dan hendak pergi dari sana.

Namun Varen menahannya.

"Hp lo mana? " ucap Varen dingin

Joevarsa memperhatikan sekelilingnya mencari celah untuk kabur.

"Lo gak akan bisa kabur, mending serahin hp lo?"

Lanjutnya sambil tersenyum miring ke arah Joevarsa.

"A.. Aku gak bawa hp"

Jawab Joevarsa gugup, jantungnya berdetak kencang karena ketakutan, lingkungan sekolah sudah mulai sepi. Apa yang harus dia lakukan sekarang.

  Varen menarik Joevarsa kearahnya, meraih tasnya dan kemudian mengambil benda pipih tersebut dari dalam tasnya.

"Passwordnya? "
tatapan mata itu seolah memaksa Joevarsa.

"0301"  Joevarsa pun terpaksa menjawabnya.

"Udah sana pulang"

Varen mengembalikan hp Joevarsa, lalu pergi dari sana.

Joevarsa pun bergegas pulang sebelum Varen kembali menahannya.

...











"Jennifer, papa mau bicara sebentar boleh"

Jennifer mendengar papanya mengetuk-ngetuk pintu kamarnya.

"Masuk aja pa, pintunya gak di kunci" ucap Jennifer.

"Papa tumben pulang cepat, papa mau bicara apa? "

"Papa mau bilang kalo pernikahan papa dan tante Mira akan diadakan lusa, papa mau kamu hadir"

Satya berharap Jennifer mau menurut, setidaknya untuk hadir di acara sakral itu.

"Jennifer udah bilang berkali-kali Pa, Jennifer gak mau papa nikah lagi. Apalagi kalo sampai ada orang lain di rumah ini, Jennifer gak mau."

"Tante Mira itu bukan orang lain, sebentar lagi dia akan menjadi mama kamu, kamu harus terima itu. Dan ingat pernikahan ini akan tetap terjadi."

Satya keluar dari kamar Jennifer dengan perasaan marah.

"Hikss... Hiksss.. Papa gak pernah ngertiin perasaan aku, " lirih Jennifer yang masih terdengar oleh Satya.

JOEVARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang