7

275 29 2
                                    

Joevarsa sedang melamun di kelas, ia tidak tau bagaimana nasibnya ke depan selama tinggal bersama Jennifer.

"Joe, kamu kenapa? "

Nayla memperhatikan Joevarsa yang sejak tadi melamun.

"Gak apa-apa Nay"
Ucap Joevarsa sambil tersenyum.

"Kalo kamu punya masalah, pengen curhat ke aku boleh kok"

"Iya Nayla, lagian aku baik-baik aja kok"

"Heh lo, gue mau bicara bentar"

Jennifer memanggil Joevarsa.

"Nay, aku kesitu bentar ya"

Nayla hanya mengangguk mengiyakan.









"Ada apa Jenn? " Ucap Joevarsa.

"Gue mau lo rahasiain kalo kita sekarang saudaraan dan tinggal serumah, kalo sampai ada yang tau lo bakal rasain akibatnya."

"Iya, aku gak bakalan kasitau siapa-siapa"

Puas mendengar itu Jennifer pun masuk ke dalam kelas. Joevarsa hanya bisa pasrah menerima perlakuan Jennifer, entah mengapa ia merasa bahwa ancamannya tidak main-main.










  Sepertinya pagi ini kelas Joevarsa kosong, sudah 20 menit sejak bel. Namun gurunya tak kunjung masuk, setelah mendapat pemberitahuan lewat whatsapp ternyata benar guru matematika mereka sedang sakit. Seisi kelas menjadi ribut saking senangnya karena les kosong.

  Tiba-tiba saja notifikasi dari ponsel Joevarsa berbunyi.

Varen :
Ke rooftop sekarang!!

Joevarsa yang melihat itu hanya mengabaikannya, meskipun tanda seru pada kalimat itu terlihat memaksa. Joevarsa tidak berniat menemui Varen, ia lanjut tiduran di meja setidaknya sampai bel istirahat berbunyi.

















  Joevarsa dan Nayla berada di kantin dan sedang menikmati makanannya.

"Joe, tadi Jennifer bilang apa ke kamu? " tanya Nayla tiba-tiba.

"Gak ada, cuman nanyain aku mau ikut ekskul apa"
Jawab Joevarsa gugup.

"Oohh, kamu belum mutusin mau ikut ekskul mana"

Joevarsa hanya menggeleng

"Aku gk tertarik ikut ekskul manapun" jelas Joevarsa.

  Tiba-tiba seluruh perhatian kantin terarah pada seseorang, Varen dan 2 temannya, Jayden dan Alvaro. Biasanya mereka tidak pernah memasuki kantin, namun apa yang terjadi hari ini. Semua merasa heran karena tiba-tiba Varen menuju ke arah meja yang diduduki oleh Nayla dan Joevarsa.

"Lo ikut gue" Varen menarik Joevarsa dari duduknya.

"Aku gak mau" Joevarsa menghempaskan tangan Varen yang hendak menariknya.

"Aku gak mau, kenapa kamu maksa"

Joevarsa berniat pergi dari hadapan Varen, namun Varen tidak akan membiarkannya.

"Kalo gue bilang ikut, ya ikut"

Varen menggendong Joevarsa dan melewati kerumunan kantin membawanya ke rooftop.

Semua siswa dikantin terheran-heran melihat kejadian itu. Termasuk Jennifer yang merasa sangat marah, ada hubungan apa sebenarnya Joevarsa dengan Varen.

"Lepasin aku"

Varen kemudian menurunkan Joevarsa. Joevarsa berlari menuju pintu, sayangnya Alvaro dan Jayden berdiri menghalangi pintunya.

  Varen memdekat ke arah Joevarsa kemudian berbisik di telinganya.

"Cuman ada kita berdua disini"

Varen mengode Jayden dan Alvaro untuk meninggalkan mereka.

  Joevarsa yang melihati itu sangat ketakutan, ia takut Varen akan melakukan sesuatu. Varen kemudian merangkul Joevarsa.

"Gue cuman mau ngajak lo makan disini"

Ia mengarahkan Joevarsa untuk duduk disalah satu kursi disana.

"Aku udah kenyang"

Joevarsa menghempaskan tangan Varen yang masih berada dibahunya.

  Varen yang melihat sikap Joevarsa menjadi marah.

"SELAMA INI GUE UDAH BERSABAR BUAT DEKETIN LO, GUE GAK PERNAH NYAKITIN LO. TAPI KALO LO MAKIN KURANGAJAR KAYAK GINI JANGAN SALAHIN GUE, KALO GUE BAKALAN LAKUIN SEGALA CARA BUAT DAPATIN LO"

Varen menangkup kedua pipi Joevarsa sambil mencengkram lengannya.

"Lepasin, aku mohon lepasin"
Rintih Joevarsa kesakitan.

  Varen tidak peduli mendengar Joevarsa yang kesakitan, ia mendudukan Joevarsa pada salah satu kursi kemudian mengikatnya. Kemudian menyumpal mulut Joevarsa agar gadis itu tidak berteriak.

  Joevarsa menangis, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Apalagi bel masuk telah berbunyi ia yakin teman-temannya pasti akan mencarinya, apa kata gurunya nanti jika mendengat dia membolos. Namun ia lebih takut lagi pada manusia yang berada didepannya ini.
 
  Varen duduk disalah satu sofa sambil meletakkan kakinya di atas meja. Ia mulai menyalakan sebatang rokok kemudian menghisapnya. Ia berjalan mendekat ke arah Joevarsa.

"Joevarsa, entah apa yang membuatku begitu tertarik padamu"

Ucap Varen sambil membelai wajah Joevarsa, menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah cantiknya. Varen pun mengusap kedua pipi Joevarsa yang telah basah oleh airmatanya.

"Aku gak bakalan nyakitin kamu asal kamu nurut sama aku"

Joevarsa merasa jijik mendengar cara Varen berbicara kepadanya. Varen hanya terkekeh kemudian melepaskan sumpalan dasi di mulut Joevarsa.

"Mulai detik ini dan seterusnya kamu adalah pacar aku"

"Aku gak mau pacaran sama manusia kayak kamu"

"Terserah kamu mau bilang apa aku gak peduli, aku gak minta persetujuan kamu"

"Lepasin aku"

Joevarsa berusaha melepas ikatan ditangannya. Varen tidak peduli, ia kembali duduk dan menyesap rokoknya.














...


   Hari sudah semakin sore Varen melepas ikatan Joevarsa dan membiarkannya pulang. Apa laki-laki ini gila, setelah kejadian tadi ia dibiarkan pulang sendiri. Lagipula apa yang Joevarsa harapkan, diantar pulang oleh lelaki gila itu.

  Joevarsa pulang berjalan kaki, ia tidak menyadari bahwa Varen mengikutinya sejak tadi. Diperjalanan pualng Joevarsa terus menangis, Varen menjadi semakin berani, pikir Joevarsa. Apa lagi yang akan dilakukannya setelah ini.

"Joevarsa!!"

Joevarsa menoleh ke belakang, ia melihat  Juan turun dari motornya.

"Kak Juan"

Joevarsa berlari memeluk Juan sambil menangis.

"Kamu kenapa Joe? Ini udah mau gelap, kenapa kamu baru pulang? "

Joevarsa tidak menjawab, ia mengeratkan pelukannya pada Juan. Juan mengerti mungkin Joevarsa sedang ada masalah yang tidak ingin dia ceritakan.

"Yaudah kita pulang ya"

Joevarsa menganggukan kepalanya.



























Mohon maaf kalo ceritanya agak aneh yaa

Dan makasihh buat yg udh mau baca
😊😘

JOEVARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang