Setelah tidur cukup lama, Joevarsa terbangun karena rasa lapar yang terus mengganggu. Ia melirik jan dinding yang menunjukan pukul setengah 11 malam. Ia tertidur cukup lama sampai lupa makan siang tadi, mungkin karena itu dia merasa sangat lapar.
Keadaan rumah cukup sepi, Jennifer tidak dirumah dan Theo entah laki-laki itu akan pulang atau tidak. Joevarsa pun menuju dapur dan segera makan. Selesai makan Joevarsa berniat kembali ke kamar. Namun suara gaduh terdengar dari arah ruang tamu. Joevarsa sedikit takut, apa ia harus membangunkan salah satu pembantu dirumah ini, tapi Joevarsa tidak enak membangunkannya selarut ini.
Akhirnya Joevarsa pun memberanikan diri untuk mengecek pintu depan.
"Kak Theo " lirih Joevarsa saat melihat Theo sedang berbaring lemas di bawah lantai.
Apa mungkin Theo mabuk, sebuah guci pecah tepat disampingnya. Mungkin saja laki-laki itu menabraknya. Joevarsa pun mendekat untuk memastikan keadaan Theo.
Ia beberapa kali memanggilnya sambil mengguncang pelan badan Theo. Theo membuka mata perlahan dan melihat Joevarsa.
"Joe.. " lirihnya terdengar parau.
"Kamu bisa babtu aku ke kamar"
Joevarsa pub mengangguk, Theo tersenyum miring saat Joevarsa memapahnya ke arah kamarnya.
Saat sampai ke kamar, Joevarsa membantu Theo tiduran di ranjang, sedetik kemudian Theo tiba-tiba memeluknya.
"Joe, lo temenin gue tidur ya"
Sepertinya Theo mabuk, aroma alkohol sangat kentara dari tubuh laki-laki itu. Joevarsa mendorong Theo untuk melepas pelukannya, ia merasa harus segera pergi dari sini. Namun Theo semakin mengeratkan pelukannya.
"Joee"
Suara tegas Theo membuat Joevarsa merinding ditambah usapan lembut itu bergerak beraturan dipunggungnya.
"Kak tolong lepasin, aku mau tidur"
"Kamu tidur disini aja"
Ucap Theo sambil mengecup pipu Joevarsa.
Tatapan Theo pun berubah menjadi sangat mengerikan. Joevarsa sadar Theo hendak mencium bibirnya, sebelum itu terjadi Joevarsa dengan cepat mendorong Theo ke kasur setelah menendang sesuatu di bawah sana.
"sial"
Umpat Theo yang masih terdengar di telinga Joevarsa. Saat Theo lengah, Joevarsa pun berbalik menuju pintu dan hendak keluar namun kalah cepat dari Theo yang sudah mencekal tangannya.
"Lo gak bisa kemana-mana"
"Lepasin kalo gak aku teriak"
"Lo pikir gue bodoh, rumah hari ini sepi karena gue liburin para pembantu yang ada di sini"
Sambil terkekeh pelan, Theo melanjutkan kalimatnya sambik berbisik ke telinga Joevarsa.
"Jadi tinggal kita berdua yang ada disini"
Dengan sigap Theo membanting Joevarsa ke arah kasur dan menindihnya.
"Lepasin aku, hiks... hiks.. Aku mohon"
Tak mempedulikan tangisan Joevarsa Theo hendak melanjutkan aksinya.
Joevarsa takut, benar-benar takut. Bagaimana caranya ia melarikan diri sekarang. Ia mengedarkan pandangannya dan menemukan botol parfum kecil di meja dekat kasur.
Dengan gerakan cepat Joevarsa berhasil mengambilnya dan menyemprotkannya ke mata Theo.
"Akkkhhh"
Teriak Theo merasakan perih dimatanya dan bangkit dari kasur. Sepertinya semprotan itu kurang mempan. Joevarsa pun melempar botol parfum itu dan mengenai pelipisnya.
"Kuarang ajar... JOEVARSA !!"
Dengan ketakutan Joevarsa bangun dan berlari keluar kamar. Sepertinya penglihatan Theo sudah kembali, ia berlari dengan cepar menuju kamarnya dan mengunci pintu. Ia takut Theo mendobrak pintu kamarnya, suara Theo masih terdengar dari luar sana dan terus memanggil namanya.
"Shit... Kemana gadis itu"
Penglihatan Theo masih sedikit buram dan kepalanya sedikit pusing. Ia memutuskan untuk kembali ke kamar.
Malam itu Joevarsa terus menangis hingga ia ketirduran.
ʕ•ﻌ•ʔ
Keesokan paginya, Joevarsa turun ke bawah dan mendapati Theo sedang memasak didapur. Joevarsa memutuskan untuk berangkat ke sekolah tanpa sarapan, ia sedikit takut menemui laki-laki itu.
"Kamu nggak sarapan ?"
Seruan itu menghentikan langkah Joevarsa.
"Kamu nggak lupa kan kalo mukai sekarang kita berangkat bareng, ayo sarapan dulu"
Joevarsa hanya mengangguk takut. Melihat tatapan datar Theo, sepertinya ia lupa kejadian kemarin malam. Luka di pelipisnya juga sudah ditutupi oleh plester, mungkin kemarin malam laki-laki itu benar-benar mabuk. Namun Joevarsa ingat betul saat laki-laki itu memanggil namanya dengan jelas. Pikiran Joevarsa terus terganggu, tapi ia terlalu takut untuk menyinggung kejadian itu. Theo dapat melihat wajah gugup Joevarsa saat duduk di meja makan, sebuah senyuman tipis terbit diwajahnya, berlura-pura lupa tentang kejadian kemarin adalah ide yang bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOEVARSA
RandomVaren yang melihat sikap Joevarsa menjadi marah, "Selama ini gue udah bersabar buat dekatin lo, gue gk pernah nyakitin lo. Tapi kalo lo makin kurang ajar kayak gini jangan salahin gue kalo gue bakal lakuin segala cara buat dapatin lo". Varen menang...