Setelah bel istirahat berbunyi Varen bergegas menuju kelas Joevarsa. Varen mempercepat langkah kakinya, ia sangat tidak sabar menjumpai gadis kecil yang berani melawannya itu. Namun suara kegaduhan menghentikan langkah Varen sejenak.
"Kalau jalan lihat-lihat dong" seru seorang siswa.
"Iya maaf aku gak sengaja" setelah itu gadis itu berlalu pergi.
Varen menyunggingkan senyumnya, rupanya gadis itu ingin bersembunyi. Dengan langkah yang santai Varen mengikuti Joevarsa, Varen tersenyum karena Joevarsa memilih perpustakaan sebagai tempat persembunyian.
Varen masih senantiasa berdiri di pintu perpustakaan, Joevarsa bahkan tidak sadar Varen tengah memperhatikannya. Dia terlalu serius bersembunyi di sudut perpustakaan sambil berpura-pura membaca buku.
Varen terlihat menatap tajam pada semua siswa di perpus dan mengisyaratkan mereka untuk keluar. Joevarsa yang terlalu asyik dengan bukunya tiba-tiba menyadari keanehan, satu persatu siswa mulai keluar dari perpustakaan. Sebuah notifikasi pesan masuk ke ponsel Joevarsa, sebuah pesan yang cukup membuatnya ketakutan.
Joevarsa meremas kuat-kuat buku yang sedang ia pegang, saat Varen berjalan mendekat ke arahnya. Bohong jika Joevarsa tidak ketakutan, tatapan ini adalah tatapan saat ia pertama kali melihat Varen. Rahang tegas Varen terlihat mengetat, sorotan matanya jelas menunjukan bahwa ia sedang marah. Dan tentu saja Joevarsa seolah membeku ditempat, ini bukan saatnya melarikan diri, meskipun ingin tapi kakinya seolah tak bisa digerakan.
Joevarsa masih berpura-pura tidak menyadari kedatangan Varen. Sedetik kemudian Varen menarik buku dari tangan Joevarsa dan membantingnya. Joevarsa sangat terkejut namun rasa takut lebih mendominasinya sekarang.
"Berani-beraninya lo ngehindarin gue" bentak Varen sambil mencengkram kuat lengan Joevarsa.
Joevarsa sedikit meringis.
"Hari ini lo udah buat banyak kesalahan, lo nantangin gue"
Varen menyeret Joevarsa."Gak, aku gak mau"
Joevarsa melepas cengkraman tangan Varen dari lengannya.
"Aku gak salah apa-apa sama kamu"
Joevarsa hendak keluar namun Varen menahannya.
"Gue udah bilangkan buat jauhin Juan"
"Kamu gak punya hak buat nentuin aku mau dekat sama siapa aja"
"Sekarang lo itu mikik gue"
Varen membelai wajah Joevarsa namun Joevarsa menepisnya.
"Aku bukan milik kamu, gak akan pernah aku mau sama orang kayak kamu"
"Aku gak ngasi pilihan, hanya aku yang berhak mutusin. Dan kalo lo masih dekat-dekat sama Juan, gue gak akan segan-segan ngelakuin sesuatu"
Varen tersenyum puas melihat ekspresi Joevarsa.
"Kenapa kamu jadi bawa-bawa kak Juan"
Joevarsa akan melemah jika ini menyangkut Juan. Varen mendekat ke arah Joevarsa dan mengusap air mata Joevarsa.
"Ngapain lo buang-buang air mata lo buat laki-laki lain"
"Apa salah aku, kenapa harus aku?"
Varen menggeram kesal, kenapa Joevarsa terlihat sangat membencinya.
"Kenapa aku harus ketemu laki-laki kayak kamu"
Joevarsa tak dapat lagi membendung air matanya.
Varen terkekeh
"Lo gak akan bisa kabur dari gue. Lo milik gue, milik Varen. Hari ini gue maafin lo, bukan berarti lo bisa ngulangin kesalahan lo"Varen berlalu meninggalkan Joevarsa
"Hikss.. Hikss"
Joevarsa hanya bisa menangis setelah kepergian Varen.
ʕ•ﻌ•ʔ
Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore dan Joevarsa baru saja tiba dirumah. Sepulang sekolah tadi Joevarsa mengunjungi beberapa tempat untuk menghabiskan waktu. Ia terlalu malas pulang kerumah apalagi jika harus bertemu dengan Jennifer. Akhir-akhir ini Jennifer selalu bertindak semaunya pada Joevarsa, ditambaj lagi kehadiran Theo yang berhasil membuatnya terusik.
"Andai saja aku sama mama masih tinggal berdua" gumam Joevarsa.
Ia rindu masa-masa hanya berdua dengan Mira. Ia juga rindu menghabiskan waktu bersama Juan. Namun sekarang ia tidak bisa lagi menemui Juan hanya karena ancaman dari laki-laki brengsek itu.
Setelah tersadar dari lamunannya Joevarsa hendak membuka pintu rumah. Namun ia kalah cepat dengan seseorang dari dalam rumah. Sambil melirik ke arah jam dinding, laki-laki itu bertanya pada Joevarsa.
"Habis dari mana? "
Theo menatap tajam Joevarsa."Habis ngerjain tugas dirumah teman aku" Joevarsa hendak berlalu meninggalkan Theo namun lagi-lagi Theo mencekalnya.
"Gue tau papa sama mama lo lagi gak dirumah, bukan berarti lo bisa keluyuran gak jelas"
"Aku kan udah bilang kalo aku habis ngerjain tugas. Dan ini masih jam enam sore"
Ucap Joevarsa sedikit kesal, ya meskipun ia memang berbohong soal mengerjakan tugas. Tapi ada apa dengan amarah laki-laki di hadapannya ini.
"Besok lo berangkat sama pulang sekolah bareng gue"
"Aku bisa berangkat sama pulang sendiri"
"Lo sekarang adek gue, jadi sebagai kakak gue punya hak. Lagipula papa gue ehh maksud gue papa kita dan mama lo udah nitipin elo ke gue selama mereka gak disini"
Theo meninggalkann Joevarsa yang terpaku dengan ucapannya. Joevarsa dapat melihat tatapan Theo terhadapnya, tatalan aneh ini yang mengusiknya selama berhari-hari. Joevarsa harap Mira dan Satya cepat kembali, ia benar-benar merasa sangat kesepian.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOEVARSA
RandomVaren yang melihat sikap Joevarsa menjadi marah, "Selama ini gue udah bersabar buat dekatin lo, gue gk pernah nyakitin lo. Tapi kalo lo makin kurang ajar kayak gini jangan salahin gue kalo gue bakal lakuin segala cara buat dapatin lo". Varen menang...