03. An option for the future

798 83 3
                                    

Keributan terjadi karena surat yang dikirim oleh Emerlod, mereka para petinggi dan tetua saling memperdebatkan pendapat mereka, sedangkan Taeyong dan Mark hanya berdiam tak membuka suara sedikitpun. Biarlah mereka yang berdebat, karena keduanya hanya akan mendengarkan Queen.

Queen sendiri kini tengah mengobrol dengan Grand Duke, hingga keributan semakin ramai karena rakyat Nixia berada di depan Istana. Mereka menyuarakan agar Nixia menyerah kepada Emerlod demi keamanan masing-masing.

"Tidak ada pilihan lain, kita tidak bisa mengorbankan tanah ini hanya karena tak mau menyerah kepada Emerlod Kingdom. Queen, keamanan, kenyamanan dan kejayaan rakyat lah yang lebih utama di banding dengan mimpi yang tak akan terwujud itu." Grand Duke berucap, membuat Queen menghela nafasnya.

"Syarat yang diinginkan mereka, apa tak bisa dinegosiasikan dengan hal yang lain?" Pertanyaan Queen di jawab gelengan oleh Grand Duke. Hal itu membuatnya semakin merasa begitu resah.

Nixia Kingdom tidak akan bersinar sepanjang masa, karena ada waktunya sebuah kerajaan akan tunduk pada kerajaan lainnya demi kehidupan yang lebih baik. Queen pun bangkit, dia menyuruh untuk para petinggi dan tetua serta bangsawan berhenti.

"Keputusan untuk menyerah adalah yang terbaik untuk masa depan, tak akan ada lagi pertumpahan darah akibat impian para leluhur. Nixia Kingdom akan menyerah dengan lapang dada kepada Emerlod Kingdom." Ia berucap seolah setiap kata yang keluar dari mulutnya itu adalah mutlak dan tak bisa di bantah lagi. Pemikiran logis Baxian dengan hatinya begitu kontras, karena dia merelakan sang Putra pertama untuk berkorban.

Mark yang mendengar itu hanya terdiam dengan wajah datarnya, ia tidak akan menyangka bahwa perjuangannya selama beberapa tahun membuat Nixia berada di genggaman musuh begitu saja. Pemuda berusia dua puluh tiga itu pergi meninggalkan ruang rapat tanpa sepatah katapun.

Jelas terlihat pada wajah sang Prince akan sarat tidak rela dengan apa yang terjadi, bahkan berita mengenai Nixia yang mengibarkan bendera putih itu tersebar bagai api yang membakar ladang, begitu cepat tanpa ampun. Di tambah angin yang membuatnya semakin berkobar tinggi melahap habis ladang itu tanpa tersisa.

Sama halnya seperti rakyat Nixia kini layaknya sebuah api, mereka menyala begitu terang mungkin sebentar lagi akan terjadi ledakan begitu besar. Tetapi hal itu dihentikan dengan berita bahwa prince Taeyong akan menikah dengan pihak musuh, yaitu Emerlod Kingdom.

Kini mereka merasakan setengah hati, sedih karena Nixia kingdom akan menjadi satu dengan Emerlod dan senang karena prince mereka akhirnya menikah di umur yang sangat matang sekarang walaupun dengan seorang musuh. Bagaimanapun juga, keputusan yang di buat oleh Nixia Kingdom merupakan sesuatu yang terbaik. Mereka percaya kepada kepemimpinan yang sebentar lagi akan sirna itu.

Berakhir sudah impian dari para leluhur yang menginginkan kerajaan ini menjadi sebuah kekaisaran. Grand Duke lah yang ditugaskan Queen untuk memberi kabar dan seorang prajurit betugas membawa surat kepada Emerlod. Mereka tak mungkin menyerahkan surat itu melalui burung dara untuk mengantarkan surat sepenting itu.

Taeyong, Prince tersebut terlihat begitu gelisah karena keputusannya. Entahlah apa yang terjadi, rasanya begitu tak menyenangkan. Surat yang di kirimkan akan sampai dalam empat atau lima hari, karena tak bisa menggunakan jalur laut yang begitu berbahaya.

Sebenarnya, ia ingin menemui sang adik. Tetapi tak tahu dimana keberadaan pemuda dengan mata elang itu, menanyakan kepada para pelayan pun percuma tak akan ada yang mengetahui. Adiknya begitu pandai menghilang tanpa adanya suara ataupun sosok yang di lihat oleh mata telanjang.

Prince Taeyong pun hanya bisa pasrah dan berharap agar adiknya datang kepadanya untuk membicarakan mengenai apa yang tengah terjadi. Keadaan istana berjalan cukup baik, Taeyong kembali membantu Baxian dalam mengemban tugas King.

EMPIRE • JaeYongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang