Semalaman di habiskan dirinya hanya untuk mengasah senjatanya, Taeyong sama sekali tak mengistirahatkan tubuhnya. Dia begitu menanti akan pertarungan bersama sang kaisar yang akan menentukan hidupnya. Taeyong tak merasa terbebani sama sekali, jikapun dirinya kalah maka dia akan menyerahkan hidupnya kepada kekaisaran ini tanpa berat hati sedikit pun.
Sang permaisuri berfikir bahwa hidupnya tak lagi diisi dengan kesenangan, karena selama hidupnya di Nixia dia sudah melakukan apapun sesuai keinginannya sendiri. Di masa yang sekarang, menikah dan memiliki suami seperti Maximilian J'Marley adalah memang takdir yang telah tertulis, walaupun keduanya kerap kali terlibat pertengkaran selama pernikahan satu tahun belakangan.
Pintu kamarnya terbuka lebar, menampilkan sang pemuda dengan wajah terkejutnya melihat senjata yang tergeletak di lantai. Damian, pemuda itu mendekat lalu menyapa sang Permaisuri yang masih sibuk menggesekkan senjata dengan besi lainya agar dapat membelah apapun. Kegiatan sang permaisuri membuat Damian tentunya kebingungan, pasalnya setiap pemuda itu datang maka permaisuri telah siap dengan pakaian indahnya.
"Yang mulai permaisuri, rapat akan wilayah perbatasan akan di mulai satu jam lagi." Damian berucap membuat kegiatannya terhenti.
"Undur sampai kaisar mu itu, mati di tanganku." Taeyong kembali menggesekkan senjatanya dengan perlahan.
Damian terdiam, bahkan tak bisa berkata apapun. Pemuda itu hanya diam termenung hingga ketukan pada pintu membuat keduanya menoleh, mendapati seorang pemuda dengan tatapan tak percayanya. Prince Hazel tergesa-gesa menghampiri sang permaisuri, pemuda itu langsung saja memeluk yang lebih tua begitu erat.
"Jangan tinggalkan saya sendirian di neraka ini." Suara madu dari yang lebih muda membuat Taeyong tersenyum, iapun membalas pelukan itu dengan erat.
"Saya tak akan meninggalkan anda sendirian." Taeyong menepuk punggung dari Prince Hazel lalu melepaskan pelukan dengan perlahan.
"Bohong," Hazel menatap begitu khawatir "Setelah melawan Kakakku, anda akan meninggalkan istana dan kembali ke Nixia." Ucapan dari Hazel membuat Damian mengerutkan keningnya.
"Saya meminta maaf atas nama-"
"Tidak Prince Hazel, jangan meminta maaf atas kesalahannya. Kami hanya menyelesaikan pertengkaran yang tak ada usainya ini, Emerlod dan Nixia memang telah menjadi satu, tapi saya dengan Kaisar tak bisa menjadi satu karena keegoisan yang ada pada saya." Pria cantik itu tersenyum membuat Prince Hazel tak bisa menjawab akan ucapan dari sang Permaisuri.
Taeyong memasukkan pedang kedalam sarungnya, lalu memerintahkan Damian untuk mengambilkan pakaian khas Nixia yang dia bawa namun tak pernah dia kenakan saat di Emerlod. Pakaian yang biasa dikenakan jika bertugas untuk menjaga keamanan kerajaan yang akan membuatnya lebih leluasa bergerak.
Setelah bersiap dengan segala senjata yang dia persiapkan sejak semalam, pria cantik itu membawanya keluar dari kamar yang tentunya di ikuti oleh kedua pemuda yang setia berada di belakangnya. Sang permaisuri nampak melangkah begitu cepat di lorong-lorong istana, bahkan wajahnya begitu datar membuat mereka tak berani hanya untuk sekedar menyapa.
Semakin jauh ketiganya melangkah, semakin kuat asumsi dari Damian kemana mereka akan terhenti. Bahkan kini dia dapat melihat teriknya matahari mulai menyinari dengan terang istana bagian selatan. Taeyong terhenti, sang permaisuri menatap lurus dimana ada beberapa anggota istana yang terlihat tengah menunggu kehadirannya.
Sang permaisuri kembali melangkahkan kakinya untuk memasuki tempat yang tak pernah terjamah lagi oleh siapapun, para anggota istana hanya terdiam karena tak ingin ikut campur dalam perseteruan antara sang kaisar dan permaisuri. Pria cantik itu meletakkan pedangnya pada sandaran lalu mengambil tombak yang ada pada punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EMPIRE • JaeYong
FantasyHistorical Fantasy Action Jaehyun x Taeyong Perebutan wilayah membuat kedua Kingdom terus berseteru kala mereka sama-sama menaiki puncak, hingga sekarang kedua kerajaan tersebut masih saling memperebutkan wilayah kekuasaan, demi mencapai sebuah tuju...