Saling terdiam dengan tatapan begitu nyalang, nampak Prince Marquez menahan hasrat dalam dirinya untuk menerjang mangsa yang telah lama dia incar. Satu langkah dia ambil, Prince Taeyong menghampiri sang ksatria dan berdiri di depan kekasihnya. Menggunakan dirinya sendiri sebagai tameng dari binatang buas yang tak terkontrol sekarang.
"Apa kau akan terus bersembunyi di punggungnya? Ingat sumpah dan janjimu, apa kau tak malu dengan itu?!" Suara keras itu memenuhi ruangan, bahkan membuat mereka yang berada di dekat kamar milik Prince Taeyong datang melihat keadaan yang ramai kan teriakan keras Marquez.
Tatapan mata itu semakin tajam kala Kai masih bersembunyi di balik punggung kakaknya, Marquez mendekat yang tentunya di tahan oleh Taeyong. Namun emosi yang kini telah menguasai diri pun membuatnya mendorong sang kakak untuk menjauh dari jangkauan keduanya, hingga terjatuh pada lantai dingi.
Ksatria itu ditarik paksa oleh Mark keluar dari kamar Taeyong, keributan yang dilakukan oleh pemuda itu membuat Queen menatap terkejut di saat dia tak sengaja melewati kamar putra sulungnya. Pintu besar itu di tutup dengan paksa oleh Marquez lalu menguncinya, ia mengurung sang kakak di dalam kamarnya sendiri agar pria cantik itu tak ikut campur.
Pintu kamar tentunya di dorong berkali-kali, bahkan teriakan dari sang kakak itu terdengar seperti orang kesetanan. Tetapi hal itu tak membuat Prince Marquez bergeming untuk membuka pintu itu, seolah ia tuli saat mendengar suara dari sang kakak yang ingin di bebaskan.
Keributan itu membuat para petinggi yang tengah mendiskusikan beberapa hal dengan kedua Prince Emerlod tersebut datang untuk melihat keadaan, Mark menatap para penjaga lalu mengatakan untuk membawa Kai aula persidangan. Pertemuan mendadak antara petinggi istana yang di lakukan oleh Marquez membuat mereka kebingungan tentunya, namun tak bisa menolak perintah dari Putra mahkota.
Matanya mengedar menangkap sosok tegap menatap untuk memahami situasi yang tengah terjadi, menghampiri Prince Maximilian yang sedari tadi hanya menonton, Marquez datang dan menyerahkan kunci begitu saja tanpa ada ucapan yang keluar dari mulut pemuda tersebut.
Kunci yang dia pegang sekarang akan menentukan bagaimana suasana di aula persidangan istana Nixia nantinya, jika di membuka dan melepaskan amarah yang tengah terkurung maka akan ada keributan begitu besar di antara kakak beradik tersebut. Sepenuhnya, Prince Maximilian tak mengerti apa yang tengah terjadi antara saudara ini, terlebih seorang ksatria di seret paksa oleh si bungsu.
Dan di hadapannya kini ada pintu yang berkali-kali di dorong dan terdengar suara teriakan begitu melengking, telinga dari pemimpin Emerlod itu nampaknya sakit karena terlihat berkali-kali menekan daun telinganya sendiri. Lama menimang apa yang akan dia lakukan, Prince Maximilian memilih untuk bersandar pada pintu besar tersebut.
"Tenangkan diri anda, Prince Taeyong." Suara berat itu cukup lirih namun Taeyong yang berada di dalam sana terdiam hingga seribu umpatan terdengar begitu lantang dan keras.
"Memangnya meraung seperti itu anda bisa menyelesaikan masalah?" Maximilian tertawa mengolok-olok pria cantik di balik pintu.
"Buka pintunya!"
Senyuman semakin melebar, Maximilian nampak semakin senang menggoda si cantik di tengah rasa gusar dan panik. Entah kenapa rasanya bisa jadi menyenangkan, "Cobalah meminta sesuatu dengan sepatutnya, saya yakin anda di ajarkan tata krama disini."
"Akan ku bunuh kau, keturunan Emerlod sialan."
"Umpatan anda terlalu panjang untuk di dengar, Prince." Maximilian mengorek lubang telinganya yang terasa gatal akibat umpatan tak enak di dengar oleh Prince Taeyong, seharusnya pria cantik itu menyebut namanya saja. Tak perlu sepanjang itu untuk mengumpatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EMPIRE • JaeYong
FantasyHistorical Fantasy Action Jaehyun x Taeyong Perebutan wilayah membuat kedua Kingdom terus berseteru kala mereka sama-sama menaiki puncak, hingga sekarang kedua kerajaan tersebut masih saling memperebutkan wilayah kekuasaan, demi mencapai sebuah tuju...