Prolog

2.8K 116 5
                                    

Tanah pijakan kini tengah berguncang hebat, karena peperangan besar antara dua kerajaan besar yang saling memperebutkan wilayah masing-masing. Tak ada yang bisa di hindarkan kala keduanya telah mendeklarasikan sebuah peperangan untuk memperebutkan wilayah.

Kedua kerajaan ini telah menaiki puncaknya saat berhasil menguasai wilayah-wilayah lain, ambisi yang sama dan keinginan yang sama untuk menjadikan Kerajaan sebuah Kekaisaran yang akan memimpin negara yang sedang terpecah belah ini.

Sudah setengah tahun peperangan berlangsung tak ada hentinya, kerusakan lingkungan dan daerah perbatasan di jadikan sebuah medan perang kini sudah hancur karena menjadi pijakan mereka berdiri saat membela tanah kelahirannya.

Sama halnya seperti sekarang, suara teriakan dan bergesekan antara pedang sang musuh terdengar begitu nyaring, tanah kini sudah banjir akan darah yang menetes dari mereka yang terluka.

"Prince, king terluka!" Seorang prajurit berteriak begitu lantang padanya.

Nafasnya berhembus tak beraturan, parasnya begitu acak-acakan serta darah yang terus mengalir dari dahinya. Mata biru itu menatap tajam kearah depan dimana sang lawan kini menyunggingkan senyum meremehkan.

Tidak, king terluka akan membuat pasukan mereka teralihkan fokusnya. "Pukul mundur pasukan mereka, masih ada aku yang berdiri disini!!!" Dia berteriak membuat semangat para pasukannya membara begitu saja.

Tak menyia-nyiakan kesempatan saat sang musuh didepannya yang sedang hilang fokusnya, kini dia mengangkat pedang itu dengan sekuat tenaga dan menusuk tepat di perutnya. Namun pedang itu tak benar-benar menghunus perut sang musuh karena tangannya menahan pedang itu untuk semakin dalam menusuknya.

"Errghhh.."

"Jika hal buruk terjadi maka kerajaan mu akan hancur." Dengan sisa tenaganya dia terus menekan pedang itu pada perut musuhnya, namun sia-sia karena tenaganya kini telah habis.

Prang..

Pedang itu patah, ia menatap tak percaya bahwa orang di depannya lah yang mematahkannya. Terlihat pasukan musuh kini semakin kewalahan menghadapi pasukannya.

Dia menatap dengan marah, "Bawa pasukan mu untuk mundur, J. kau tidak ingin kehilangan pasukan lebih banyak lagi bukan?"

Yang mendapat pernyataan tersebut terkekeh, senantiasa memegangi luka diperutnya lalu mengangguk dengan pelan.

"MUNDUR!" Berteriak begitu keras bahkan dapat menghentikan peperangan yang tengah terjadi.

Nafas yang terengah-engah terdengar, pasukan musuh dengan teratur kembali mundur ke wilayahnya karena perintah panglima perang mereka. Tak ada yang bersuara akan senang ataupun tidak, karena peperangan akan berlangsung kembali dan lagi-lagi menentukan siapa pemenangnya.

"Prince, king telah.." belum sempat salah satu prajurit itu menyelesaikan kalimatnya. Kini ia telah berlari begitu cepat menghampiri sang ayah yang tengah terluka.

Dia melepas beberapa alat perang yang melekat pada tubuhnya membuang sembarangan, terlihat kain yang menutupi tubuhnya telah kotor akan darah dan debu membuat mereka yang melihatnya meringis membayangkan sakitnya luka-luka di tubuh itu.

"Ayah, kau tidak apa-apa?" Dia menggoncang tubuh kekar yang kini sudah bersimbah darah itu dengan sekuat tenaga.

"Prince.."

"Ayah, ayah kau harus cepat di obati. Panggilan tabib, kenapa kalian diam saja hah, dimana tabibnya?!"

"Prince tenanglah."

"Bagaimana aku bisa tenang, kalau ayahku sedang terluka sekarang!!"

Semua orang yang berada di dekatnya menatap dengan raut sedih, membuat pemuda itu kebingungan. Kenapa semua orang malah bersantai kala pemimpin mereka tengah di ambang kematiannya.

EMPIRE • JaeYongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang