23. News from Nixia

671 84 0
                                    

Seperti yang di ucapkan oleh sang pemimpin Emerlod, kini keduanya telah sampai di kerajaan. Kembalinya sang pemimpin bersama pasangannya membuat suasana jauh lebih hangat, entah karena kabar mengenai hubungan keduanya yang nampak lebih baik di banding sebelumnya tidak enak sama sekali untuk di pandang.

Sang Permaisuri yang tidak sabar membuka surat-surat kiriman dari Nixia pun memilih berdiam diri di ruangannya sembari membaca satu per satu lembaran kertas yang telah di kirim oleh Marquez. Sebagian besar surat itu berisikan kabar mengenai kemajuan Nixia dan bertanya mengenai bagaimana keadaan Taeyong yang jauh dari mata, begitu banyak lembar kertas sehingga Taeyong lelah untuk membacanya.

Tetapi rasa senang dari Taeyong meningkat saat tahu salah satu diantaranya ada tulisan sang ibu, si cantik nampak begitu bersemangat membaca hingga tak menyadari akan kehadiran Damian di belakangnya membawa berkas-berkas Kekaisaran yang sebelumnya permaisuri titipkan pada sang Grand Duke saat dia melakukan perjalanan bersama Jaehyun.

"Hormat saya yang mulia Permaisuri," Damian menunduk tak peduli jika sang permaisuri tak menatapnya karena sibuk dengan gulungan kertas yang pemuda itu tak tahu. "Semuanya sudah saya lakukan sesuai dengan perintah anda, yang mulai."

"Terima kasih Damian." Taeyong menoleh dengan raut berbunga-bunga, membuat Damian mau tak mau ikut tersenyum melihat sang permaisuri lebih banyak berekspresi sekarang.

Damian bisa menyangka, kembalinya sang permaisuri dari pulau bersama kaisar membawa dampak yang begitu besar, termasuk emosi dari Taeyong nampak lebih stabil. Dia jadi penasaran perilaku dan perkataan seperti apa yang Kaisar nya lontarkan sampai membuat Taeyong berbanding balik dengan sebelumnya.

Lamunan Damian terbayarkan, saat Taeyong bangkit dari ranjang. Dia memilih untuk minggir agar tak menghalangi jalan Permaisuri, pemuda itupun mengikuti kemana Taeyong pergi melangkah. Hingga keduanya berhenti di ruang pengadilan, Taeyong menoleh mendapati beberapa rakyat Emerlod yang memiliki kepentingan bersama sang pemimpin.

Ia tak memasuki ruangan itu, namun naik ke lantai atas dimana dia bisa melihat bagaimana sang pemimpin Emerlod melakukan pengadilan bagi rakyatnya. Si cantik tersenyum melihat rakyatnya nampak puas dengan hasil akhir dari pengadilan. Damian mendekat dan membisikkan jika seseorang juga ikut naik ke lantai atas.

Hingga suara berisik antara perhiasan terdengar membuat Taeyong menoleh, di tak bergeming dan hanya melihat kakak iparnya tak menatap dirinya dan lebih memilih untuk ikut melihat pengadilan berlangsung. Permaisuri sendiri tak ambil pusing atau sekedar ingin menyapa istri dari Prince Johnny itu.

"Sayang sekali, bukan suamiku yang menduduki tahta itu." Suara halus yang begitu mencerminkan seorang menantu dari Emerlod.

Damian sendiri tak bisa berkutik karena bukan ranahnya untuk ikut campur dalam pembicaraan anggota istana ini. Sang permaisuri tak menyahut, membuat istri dari Prince Johnny itu menoleh menatap permaisuri walaupun tatapan matanya tak dapat di lihat karena tertutup oleh kain di kepalanya dan bibir hingga leher saja yang terlihat.

"Bukankah seharusnya tertua yang bisa menduduki tahta itu, yang mulia permaisuri?" Terdengar jelas sekali jika di akhir kalimat dia sedikit menekannya.

"Di kerajaan lain memang benar, jika hanya tertua saja yang bisa menduduki tahta itu. Namun saya tidak memiliki jawaban atas alasan mengapa Emerlod tak mengikuti alur tersebut, kakak ipar." Taeyong sedikit melunakkan ucapannya, bagaimanapun juga, ia tak pernah berbicara seperti ini dengan istri Prince Johnny.

"Sederhana saja, karena Kaisar adalah putra dari King dan Queen terdahulu. Lalu Prince Johnny hanya putra dari selir, begitupula Prince Yuta." Tawa mengalun begitu merdu dari bibir sang kakak iparnya, sampai Taeyong tak tahu harus merespon bagaimana.

EMPIRE • JaeYongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang