15. Endless debate

589 90 2
                                    

Keadaan istana Emerlod nampak begitu tenang dari luar, namun di dalam ruang pengadilan begitu mencekam. Akibat dari kejadian tadi, kini kelima orang yang tengah di tuduh mencuri di alun-alun kota. Mereka sama sekali tak di biarkan untuk membela atau sekedar menyuarakan kebenaran.

Sang permaisuri yang baru saja kembali terlihat begitu marah, para petinggi yang melihat itu tak dapat berkutik sedikit pun. Taeyong berdiri pada posisinya, sebagai seorang permaisuri ia berdiri di samping sang kaisar yang menduduki kursinya.

Si cantik melirik sang Grand Duke yang tengah melihat catatan baru saja di buatnya untuk mengadili kelompok tersebut, Taeyong mengangguk membiarkan pengadilan tersebut berjalan kembali.

"Seperti yang di katakan oleh para saksi mata, mereka telah mencuri beberapa keping uang, barang-barang berharga seperti emas dan perhiasan, mereka pula juga mengambil beberapa makanan." Ucap sang Grand Duke, kepada semua mereka yang hadir di ruangan ini.

"Hukuman telah di putuskan-"

"Tunggu," Taeyong menyela ucapan sang Grand Duke , mereka menatap sang permaisuri kebingungan.

"Ada apa yang mulai permaisuri?" Salah satu petinggi bertanya pada permaisuri nya.

"Prince Yuta, apa anda yakin dengan penyuplaian menuju wilayah perbatasan dimana peperangan dulu terjadi, telah sampai di tangan mereka?" Taeyong menatap Prince Yuta yang kini telah menghadap sang permaisuri.

"Saya yakin yang mulai permaisuri, saya sendiri yang memastikan dan menyiapkan kebutuhan wilayah tersebut sampai di tangan mereka." Yuta menjawab seadanya, pria itu sedikit kebingungan akan pertanyaan permaisuri.

"Mereka berlima berasal dari wilayah perbatasan itu, datang ke alun-alun kota mencuri sandang dan pangan untuk menghidupi wilayah itu." Ucap Taeyong membuat mereka yang mendengar itu terkejut.

Bahkan Prince Yuta menatap tak percaya kepada lima orang tersebut, orang-orang di aula pengadilan itu mulai berbisik membicarakan masalah yang tengah terjadi. Taeyong menatap sang kaisar yang nampak begitu lelah terlihat dari matanya yang sayu.

"Tak ada hukuman yang pantas untuk menghukum mereka berlima, karena mereka tengah berjuang untuk menghidupi wilayah tersebut." Si cantik menunduk pada sekelompok orang itu, "Saya meminta maaf karena telah melukai anda tadi saat di alun-alun kota."

"T-tidak, kami pantas mendapatkannya bahkan hukum harus di jalankan kepada kami karena telah mengancam nyawa seorang anak kecil." Kelima orang tersebut nampak bersujud pada lantai, membuat mereka yang hadir di pengadilan merasa malu.

"Saya berani membela mereka jika ada yang memberikan hukuman," sang Permaisuri berucap begitu lantang pada aula pengadilan.

"Tetapi yang mulai permaisuri, bagaimana anda bisa mempercayai mereka. Tak ada bukti yang dapat menguatkan pembelaan mereka." Salah satu petinggi berdiri dari tempat duduknya, pria yang memiliki kedudukan di bawah Grand Duke nampak tak terima dengan hasil dari pengadilan yang di putuskan olehnya sepihak.

Taeyong menatap, Duke Fenrys yang berdiri jauh di sisi kursi sang kaisar dengan membawa sebuah tumpukan kertas di tangannya. Damian berjalan mendekat kearah Grand Duke, lalu menyerahkan beberapa kertas itu. Semua orang terdiam menunggu sang Grand Duke membacakan atau memberitahukan isi dari kertas-kertas tersebut.

Grand Duke membacakan kertas tersebut yang berisikan mengenai laporan akan keluhan mereka selama setahun belakangan ini, bagaimana Emerlod tak bertanggung jawab atas perbuatannya menghancurkan tempat itu sebagai medan peperangan.

"Istana tak menerima surat tersebut karena terhenti pada pos pengiriman, petugas yang berada pada pos mengatakan bahwa orang istana tak mau menerimanya lagi." Taeyong menghela nafasnya lalu menatap sang kaisar.

EMPIRE • JaeYongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang