13. The fuss over the loss

582 81 1
                                    

Kerjasama yang telah berjalan selama beberapa bulan kini telah berhasil, bahkan hubungan antara Emerlod dengan Adroya semakin membaik. Kedua kekaisaran itu seperti seorang kawan baru yang menikmati masa-masa indahnya di keberhasilan kerjasama, keduanya saling mendapatkan keuntungan begitu besar dari hubungan mereka jalin.

Jaehyun tentunya merasa senang, bahkan kini seluruh istana merasakan kesenangan akan hal ini. Emerlod kini semakin berjaya menunjukkan kilau'an emas yang terang. Karena keberhasilan, itu mungkinkan menjadi senjata yang berbalik atau mungkin semakin membuatnya berjaya.

Permaisuri kini yang tengah beristirahat di kamarnya karena keadaan tubuhnya yang begitu panas di sebabkan kelelahan dalam mengurus dan membantu Maximilian dalam kerjasama yang di lakukan bersama Adroya. Si cantik ditemani Damian di sisi kasur yang menatap permaisuri  semakin khawatir karena tak kunjung reda.

Bahkan tabib rela bolak-balik dari ruangannya untuk membuat obat, Taeyong begitu lemas di atas ranjangnya. Dia hanya diam sembari menatap langit-langit kamarnya yang indah, dia menoleh mendapati wajah  khawatir pemuda itu.

"Kendalikan ekspresi wajah mu, Damian." Taeyong terkekeh pelan, lalu bangkit dari tidurnya.

"Permaisuri, sudah saya bilang untuk tidur saja!" Damian memekik kecil melihat Taeyong tiba-tiba terbangun.

"Aku lelah seharian hanya menidurkan tubuhku." Suara lemas dari Taeyong menjadi bukti seberapa sakit tubuhnya.

Pintu terbuka, tabib kembali setelah beberapa jam. Wanita tua itu mengecek suhu dari tubuh si cantik yang ternyata tak ada perubahan apapun. Wanita itu menatap permaisuri nya khawatir, tak ada obat yang bisa menyembuhkan dengan cepat seperti di minta oleh Taeyong.

"Duke, apa yang di makan permaisuri kemarin?" Tanya sang tabib pada Damian yang kini mencoba mengingat.

"Hanya roti dan teh, permaisuri tak mau memakan yang berat." Damian melirih di akhir kalimat, ia tak yakin dengan ucapannya sendiri.

"Aku memakannya, sedikit." Ucap Taeyong yang juga ikut mengingat-ingat.

"Saya rasa tak ada yang masalah dengan makanan anda karena pasti anggota istana juga memakan makanan yang sama." tabib bergumam, membuat Taeyong tersenyum.

"Tehnya berwarna merah." Ucapan Taeyong membuat Tabib terkejut setengah mati, wanita itu langsung mengecek kembali suhu tubuh si cantik dan melihat ke seluruh tubuh sang permaisuri.

"Ada apa?" Damian menatap heran sang tabib.

"Tehnya mengandung racun." Sang tabib terus menjelajah seluruh tubuh sang permaisuri dan berhenti di lehernya.

Damian tentunya terkejut sedangkan Taeyong tertawa pelan, membuat kedua orang itu kini menatap heran. Apa yang tengah di tertawakan sang permaisuri, bahkan saat tahu dalam tubuhnya kini ada racun.

Sebuah bintik merah di bagian leher kanannya membuat Tabib langsung bergegas keluar menuju ruangannya untuk membuat obat penawar racun yang di ketahui nya. Bahkan Taeyong tak berhenti tertawa sampai air matanya mengalir.

"Ah pantas saja tubuhku lemas sekali, dugaan ku ternyata benar. Tehnya mengandung racun." Damian melotot, dia tak tahu harus berbuat apa atau bersikap bagaimana.

"Jika anda sudah mengetahuinya kenapa masih saja meminum teh itu?!" Nada bicara Damian meninggi sedari tadi, karena kekhawatiran yang sangat mendasar akan tubuh permaisuri.

"Hanya memastikan." Taeyong berucap dengan santai, lalu menyerahkan kain yang berada di keningnya sebagai kompres kepada Damian.

Pemuda itu dengan telentan mencelupkan kain kembali ke air yang lebih dingin dan di letakkan pada kening si cantik yang kini terpejam. Keduanya masih menunggu kedatangan sang tabib dengan obat sebagai penetral racun dalam tubuh Taeyong.

EMPIRE • JaeYongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang