"Gimana kalo Daddy dan Mama kamu tahu ternyata kamu dan Ale pacaran?"
"Selama lo gak cepu, ya mereka gak akan tahu!"
"Tapi mereka berhak tahu kelakuan anaknya di belakang kaya gimana!"
"Lo kenapa sih, ada masalah apa lo sama gue, Ger?? Padahal sepupu lo juga lesbian!"
"Karena kamu gak kasih aku kesempatan buat buktiin bahwa aku tulus sayang sama kamu!"
"Orang gila! Pergi jauh-jauh deh dari hidup gue!"
"Kasih aku kesempatan atau aku kirim foto ini ke WA Daddy kamu?"
"Sakit jiwa lo! Kirim aja sekarang, kirim! Biar dunia tahu lo yang paling suci!"
"What is it Dira??"
"You and Ale are lovers?? No, Dira! No! Daddy never taught you to be a sinner!"
"I love her so much, Dad!"
"No, I cannot accept it!"
Aku gak tau kenapa semuanya jadi complicated. Sampai-sampai aku gak bisa sebebas itu nemuin Ale dan ada di sampingnya waktu Tante Gita dan Bu Leonor berpisah. Semua hal terjadi secara bersamaan dan aku harus bisa melindungi semuanya.
"Baby, kok dari tadi diem terus? Lagi mikirin apa?" tanya Ale kepadaku.
"Kepikiran kerjaan aja, babe," jawabku berbohong.
"Mami ngasih banyak kerjaan ke kamu?" tanya Ale.
"Oh enggak, kan sekarang aku gak direct kerjaan langsung ke Bu Leonor."
"Lalu?"
Aku menghela nafas, lalu meminum seteguk es kopi yang ada di hadapanku.
"Gerald ngadu ke Daddy dan kirim foto kita ciuman tempo hari."
Muka Ale berubah menjadi merah. Ia lalu memukul meja yang ada di hadapannya.
"Kenapa kamu gak bilang sama aku sayang? Kenapa kamu memendam semua sendiri?" tanya Ale.
"Kamu juga lagi ada masalah, Le. Aku gak mau nambahin pikiran kamu," jawabku.
Ale lalu mengecup punggung tanganku.
"Terus Daddy kamu sekarang gimana?"
"Entahlah, aku udah satu bulan gak pulang ke rumah. Hampir setiap hari mama telfon minta aku pulang. Tapi aku bilang, sampai Daddy mau menerima Ale, aku baru mau pulang."
"Apa boleh aku menemui daddy kamu, babe? Sama mami, Tita Letty, dan Tita Luisa?" tanya Ale dengan muka penuh keseriusan.
"Mau ngapain?" aku balik bertanya kepadanya.
"Mau nunjukin kalo aku berasal dari keluarga yang baik-baik saja dan bisa bertanggung jawab. Jadi, daddy dan mama kamu gak perlu khawatir," jawab Ale.
"Itu gak akan menyelesaikan masalah, sayang," ucapku bersikukuh.
"Aku mengusahakan yang terbaik yang aku bisa, Dir. Please, aku coba dulu ya," pinta Ale. Aku hanya menggelengkan kepala, tidak menolak tapi juga tidak mengiyakan.
Malam hari, aku menghubungi mama dan menyampaikan bahwa keluarga Ale mengajak mereka makan malam bersama besok malam di El Sabor, restauran milik Tante Gita. Mama hanya terdiam dan memberikan telepon selulernya kepada daddy. Awalnya daddy menolak keras, tetapi setelah mama membujuknya, akhirnya daddy bersedia.
Dan hari ini pun tiba. Aku sangat nervous dan tidak bisa berpikir jernih. Ale berusaha menenangkanku.
"Kalian akan baik-baik saja," ucap Tante Gita seraya mengusap-usap punggung kami.
Aku dan Ale sudah datang terlebih dulu. Kami sengaja memilih El Sabor karena lokasinya berada di tengah-tengah serta kami percaya Tante Gita juga bisa menjadi penengah.
Tak lama kemudian, Bu Leonor, Tita Letty, dan Tita Luisa datang. Mereka bertiga langsung memeluk kami secara bergantian. Senyum Tante Gita melebar ketika menyapa Bu Leonor. Meskipun sudah berpisah, Bu Leonor dan Tante Gita tidak terlihat canggung sama sekali.
Sepuluh menit kemudian, daddy dan mama datang. Mama terlihat lebih kurus, sedangkan daddy terlihat menahan emosi. Namun ia berusaha tenang dan baik-baik saja. Aku bergantian mencium mereka. Mama memelukku erat.
"Please, have a seat," ajak Tita Luisa kepada kami semua. Sementara Tante Gita menuju ke dapur untuk memsupervisi hidangan yang akan disajikan kepada kami. "Let me introduce my family, sir. I am the first born, Letty is the second child, and Leonor is our youngest. We are a half Indonesian and Spanish," lanjut Tita Luisa mengenalkan seluruh anggota keluarga Ale.
"The Spaniards, the colonialist of America, our land," jawab daddy dengan muka menghina.
"We are so sorry for our ancestors. If we were there, we would not let them colonise your land. But I am afraid that that wasn't the subject we want to talk about tonight," ungkap Tita Luisa yang tetap tenang menghadapi daddy. "I am on the behalf of my sister because I am afraid that her English isn't better than her Spanish and I am afraid that you are not able to understand the whole context if I speak Bahasa Indonesia," lanjut Tita Luisa.
"Dia bisa mengerti Bahasa Indonesia, hanya saja tidak bisa membalas dan menjawab," kata mama.
"Biar lebih netral saja. Toh, kita semua di sini bisa berbahasa Inggris," kata Tita Luisa.
"Let her mom speak, the one who has raised this little bastard,"ucap daddy dengan kasar.
"Dad, please, watch your mouth," kataku kepada daddy.
"Why do you always in their side? We are truly your parents, Dira," ujar daddy dengan sorot mata tajamnya.
"Parents who always force me to believe that what I feel is a sin, a father who is a preacher that always talk about God's grace but deny her own daughter because her sexual orientation. What kind of parents you are!" kataku yang tidak bisa menahan amarah.
"You are disgraceful!" balas daddy yang sambil terus menunjuk wajahku sembari berdiri.
"Easy, sir, easy. If you believe in God, please have a little patient," ujar Tita Luisa mencoba melerai kami.
"Dira, jangan seperti ini, nak. Ayo kita pulang dan membicarakan semua ini di rumah saja, bertiga," kata mama.
"Mau Dira jelasin apapun, Mama tetap aja kan ada di pihaknya Daddy. Untuk apa semua kita membicarakan ini semua," balasku.
"What i believe is always right because i always follow God! It's an absolut law!" ujar daddy masih teguh dengan pendiriannya.
"What kind of God that you follow!" balasku dengan teriakan yang sangat kencang.
Tak berapa lama kemudian, ada suara tembakan di depan pintu masuk. Kami yang sedang dalam keadaan tegang langsung panik. Tiba-tiba seseorang bersenjata itu masuk ke ruangan kami dan menembakan senapannya ke arah tempat duduk kami. Tita Luisa dengan sigap menyelamatkan Tita Letty dan Bu Leonor. Ale dengan sigap menarik tubuhku untuk bertiarap.
"Daddy! Mama!" teriakku begitu daddy dan mama tersungkur karena terkena cukup banyak peluru yang diarahkan ke mereka secara tidak sengaja.
"Brukkkkkkk" Terlihat Tante Gita membekuk penjahat itu meskipun perutnya berlumuran darah akibat terkena tembakan juga. Tante Gita memegang kedua tangan sang penjahat dan berhasil membuang senapan yang ada di tangannya. Ale tak tinggal diam. Ia lalu membantu Tante Gita mengunci sang penjahat. Tita Luisa kemudian mengambil senapan itu dan menelpon pihak kepolisian. Aku kemudian berlari memeriksa keadaan daddy dan mama.
Darah di mana-mana. Mata mereka terbuka lebar. Bu Leonor kemudian memelukku erat. Tak lama kemudian duniaku menjadi gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Generasi
RomanceSelama 17 tahun, Eleonora menjadi orang tua tunggal bagi putrinya, Alejandra yang saat ini sudah beranjak remaja. Tidak mudah memang menjadi wanita karier dan menjadi seorang ibu. Apalagi sang putri susah diatur dan cenderung memberontak. Namun, di...