Sudah seminggu gue gak bertemu dengan Dira. Gue merasa Dira menghindari gue setelah Gerald mergokin kita ciuman. Hari ini setelah membantu Tante Gita membereskan barang-barangnya di rumah, gue berniat nyamperin Dira ke apartemen. Cukup berat memang berpisah dengan seseorang yang sudah gue anggap seperti orang tua sendiri. Tapi memaksa Mami dan Tante Gita untuk terus bersama juga cuma bakal menyakiti dua-duanya. Di hari-hari terakhir, Oma gak henti-hentinya menangis dan meminta maaf ke gue dan Mami bertubi-tubi. Tante Gita cuma bisa diam sambil menyicil mengemasi barang-barangnya. Sebagian besar udah dibawa ke apartemen Tante Gita yang lama. Mami gak berhenti merangkul Oma yang tampak masih terpukul dan kecewa dengan perbuatan anaknya sendiri. Hari ini juga ada Tita Letty dan Tita Luisa yang datang ke rumah. Mereka berdua juga udah deket sama Oma sehingga mereka cukup sedih karena Oma gak akan tinggal di sini lagi. Tapi tetep, Tita Luisa yang paling gak sudi dan gak seneng liat muka Tante Gita.
"Kami pamit ya," ujar Oma dengan tangisan terisak-isak.
"Ibu, sesekali mampir ya ke rumah Letty. Letty bakal kangen ngobrol dan masak bareng Ibu," ujar Tita Letty yang gak kalah dramanya.
"Main ke rumah Luisa juga ya Bu. Walaupun di rumah Luisa sepi, tapi kalo Ibu berkunjung jadi hangat," ujar Tita Luisa.
"Terima kasih ya Nak Letty dan Nak Luisa. Kalian anak-anak baik. Maafkan Ibu dan Gita ya jika kami berdua banyak salah selama tinggal di sini," ujar Oma dengan terbata-bata.
"Ibu gak salah. Yang salah Gita," ujar Tita Luisa yang selalu frontal. Curiga gue dulunya Tita Luisa emang se-preman itu.
"Nak, sekali lagi maafin Ibu dan Gita ya," ujar Oma yang lalu memeluk mami dengan sangat erat.
"Iya Bu, Leonor sudah maafin kok. Maafin Leonor juga jika selama ini banyak salah sama Ibu," ucap mami yang matanya juga berkaca-kaca. Tante Gita cuma diem aja kaya patung kicep banget. Gue kecewa sih sama doi, tapi sekecewa-kecewanya gue, bagaimanapun doi juga udah berkontribusi cukup banyak di hidup gue. Basic-nya doi orang baik, cuma lagi gak waras aja pas selingkuh. Ada-ada aja hidup.
"Cucu Oma, nanti sering-sering ya main ke apartemen. Oma bakal kangen banget, sayang," ujar Oma yang gak kalah erat memeluk gue.
"Ale juga bakal kangen banget sama Oma. Ale janji bakal sering-sering main ke Oma," kataku yang sedih banget bakalan pisah sama Oma.
"Luisa, Letty, aku minta maaf. Terima kasih aku sudah dibolehin tinggal bareng Leonor selama lima tahun terakhir," kata Tante Gita terbata-bata.
"Iya maafin aku juga kalo ada salah ya, Git," balas Tita Letty.
"Minta maafnya ke Leonor aja, ke gue gak perlu," balas Tita Luisa. Tita Letty langsung nyikut Tita Luisa. "¿Qué?" tanya Tita Luisa ke Tita Letty.
"No seas zora," ujar Tita Letty kepada Tita Luisa mengingatkan agar sopan sedikit.
"Esa tía es realmente zorra," balas Tita Luisa yang mengatakan bahwa yang tidak sopan adalah Gita. Gue hanya geleng-geleng kepala.
Tante Gita mendorong koper terakhir keluar dari rumah diikuti Oma, Mami, Tita Luisa, dan Tita Letty. Sementara gue membantu Tante Gita masukin beberapa barangnya ke mobil.
"Maafin Tante ya sayang. Tante belum bisa jadi orang tua yang baik," ucapnya setelah gue membantunya mengangkat koper ke dalam bagasi mobil.
"Tante cuma belum bisa jadi pasangan yang baik buat Mami. Tapi buat Ale, Tante Gita udah jadi orang tua yang baik dan tulus sayang sama Ale," ucap gue. Tante Gita langsung memeluk gue dan mengecup kepala gue cukup lama. Sedih banget sih bayangin gak ada Tante Gita di rumah lagi. Kalo boleh jujur, gue kadang selalu bayangin ada Tante Gita di rumah sejak gue kecil jadi gue bisa lebih lama menghabiskan waktu sama dia. Kali ini, gue gak bisa nahan air mata gue. Jadi gini rasanya kalo punya orang tua yang cerai.
"Terima kasih ya sayang. Minta tolong jagain Mami ya. Kalo ada apa-apa jangan sungkan buat hubungin Tante," kata Tante Gita.
"Iya Tante, pasti," jawab gue.
"Kita masih bisa basketan bareng kan Le?" tanya Tante Gita.
"Atur aja Tante, asal jadwal kita cocok," jawab gue.
"Pacaran terus sih kamu," ucap Tante Gita sambil mengacak-acak rambut gue. Sekali lagi, Tante Gita memeluk gue dengan erat.
"Kami pulang dulu ya," pamit Oma sekali lagi yang semakin nangis tersedu-sedu. Duh, gak tega banget gue liatnya.
Tak lama kemudian Tante Gita mengeluarkan mobilnya dari garasi. Kami pun saling melambaikan tangan. Lama kelamaan mobil Tante Gita menghilang dari pandangan kami. Tita Letty merangkul Mami masuk ke dalam rumah, sementara Tita Luisa menunggu gue yang menutup pintu halaman.
"¿Estas bien mi reina?" tanya Tita Luisa sambil merangkul gue menanyakan apakah gue baik-baik saja.
"Comenzamos de nuevo, ¿no? La vida es una sorpresa," ujar gue mengatakan bahwa kita harus memulai lagi dari awal karena hidup kadang memberi kita kejutan.
"Una sorpresa, si. Así que tenemos que aprovechar cada momento," balas Tita Luisa memvalidasi perkataan gue dan katanya kita harus selalu menikmati setiap momen. "Vamos a jugar FIFA!" setelah itu Tita Luisa mengajak gue main FIFA. Sementara itu Tita Letty berusaha mengobrol dengan Mami dan gue menyempatkan menguping mereka dulu.
"¿Comó te sientes?" kata Tita Letty menanyakan perasaan Mami. Tita Luisa bertanya-tanya apa yang gue lakuin. Tapi gue lalu menunjuk ke arah Tita Letty dan Mami. Alhasil kita berdua nguping dulu.
"No me lo puedo creer, Letty. Estoy super exshausa," kata Mami yang gak bisa menahan tangis. Di depan Tante Gita dia selalu merasa kuat. Namun sekarang dia menumpahkan segalanya dan mengatakan dia begitu lelah.
"Ayayay, mi peque, todo va a ser mejor," ujar Tita Letty yang mengatakan bahwa semua akan membaik. Ia memeluk Mami dengan erat. Gue dan Tita Luisa cuma bisa saling tatap-tatapan sambil ikutan nyesek.
"¿Por qué yo? Estoy muy dolida!" Ucap Mami menangis tersedu-sedu di pelukan Tita Letty. Gue akhirnya mengurungkan bermain FIFA dan mendekati Mami.
"Mami," panggil gue.
"Mi vida," ucap Mami yang langsung menarik gue ke dalam pelukannya. "Mami va a estar bien, mi amor. Todo va a ser bien como antes," ujar Mami yang mengatakan bahwa ia akan segera baik-baik saja, semuanya akan baik-baik saja seperti sebelumnya.
Gue hanya mengangguk di pelukan Mami. Seumur hidup, gue gak pernah lihat Mami nangis kaya gini. Mami yang gue lihat selalu tegar dan kuat, sekarang di hadapan gue, doi jadi sosok yang ringkih dan kehilangan arah. Sesakit itu ya emangnya kalo orang yang kita sayangi berkhianat?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Generasi
RomanceSelama 17 tahun, Eleonora menjadi orang tua tunggal bagi putrinya, Alejandra yang saat ini sudah beranjak remaja. Tidak mudah memang menjadi wanita karier dan menjadi seorang ibu. Apalagi sang putri susah diatur dan cenderung memberontak. Namun, di...