14. That Day

9.7K 612 1
                                        

illustration of Edgar (teen version)...

---

Kota Atdam, kota yang indah, tenang dan sangat tentram. Siapa pun yang mendengar nama kota ini pasti sangat mendambakan dan ingin tinggal di sana. Pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi dan keindahan pohon serta tanaman yang sangat asri menghiasi setiap sudut kota.

Di satu tempat yang tak terlalu jauh dari pusat kota, ada keluarga bermarga Edison yang hidup dengan tentram. Di sana tinggallah seorang pemuda yang bernama Edgar Edison. Ia hidup bahagia bersama kedua orang tuanya di sebuah mansion besar.

Orang tuanya adalah pemilik AI Corp yang sangat disegani. Perusahaan yang menjalin hubungan langsung dengan pemerintahan dan menjadi tangan kanan pemerintah dalam hal menjalankan bisnis.

"Ayah, Ibu, aku pulang!" teriak Edgar yang baru saja kembali ke mansionnya dengan membawa sebuah piala yang cukup besar dan map berisi piagam penghargaan.

"Ayah, Ibu, lihatlah, aku menang kompetisi sains, loh!" ucap Edgar dengan bangganya sembari memamerkan hasil kerja kerasnya.

Ayah dan Ibu yang melihat betapa senangnya anak mereka tersenyum dan ikut memuji pencapaian putranya. "Wah, anak Ibu pintar, ya. Rajin sekali seperti Ayahnya."

"Jelaslah, karena aku mau menjadi seperti Ayah, menjadi sukses dan harus bisa mengalahkan Ayah!" ucap Edgar dengan semangat, sang Ayah yang mendengar itu tertawa.

"Iya, kalahkan Ayah, karena itu kamu harus menjadi lebih pintar dari Ayah, ya? Oh, Ayah baru ingat, besok malam ada festival, apa kamu mau melihatnya, Edgar? Anggaplah itu sebagai reward untuk kerja keras putra Ayah, bagaimana?"

"Wah, benarkah? Besok main ke festival? Asik!"

Hari itu berlalu seperti biasanya hingga esok hari. Saat malam hari sesuai dengan janji sang Ayah. Mereka menikmati waktu bersama sambil melihat sebuah festival kembang api yang hanya ada 1 kali dalam setahun yakni saat pergantian tahun.

Mereka menyewa sebuah rooftop dari gedung tinggi untuk mendapat view terbaik. Edgar pergi ke ujung rooftop saat pesta kembang api akan dimulai sambil membawa sebuah kamera di tangannya untuk mengabadikan momen itu. Saat waktunya tiba, kembang api itu mekar dilangit dengan sangat indah. Edgar terpana dan hampir lupa dengan kamera yang ada di tangannya.

Setelah kembang api itu berakhir, Edgar kembali mendekati Ayah dan Ibunya. Lalu duduk di antara keduanya. "Yah, aku hanya mendapat 5 foto saja, aku hampir lupa mengambil foto kembang apinya," keluh Edgar lesu.

"Tidak apa-apa, lagipula 5 fotonya yang kamu ambil bagus semua, kan?" puji sang Ayah sambil melirik ke kamera yang ada di tangan anaknya.

"Sudahlah, jangan sedih ya. Yang terpentih Edgar senang melihatnya. Tidak perlu mengambil foto untuk moment indah seperti ini, lagipula kita bisa melihatnya tahun depan lagi, kan?" ucap sang Ibu menghibur Edgar.

"Tapi Ibu, tahun ini pasti memiliki perbedaan dengan tahun berikutnya."

Sang Ibu tertawa kecil. "Benar, Ibu tahu. Kalau begitu bagaimana jika kita foto bersama, Ibu yakin itu akan menjadi foto paling berkesan yang Edgar ambil, ayo kita berfoto."

Edgar mengangguk tersenyum, lalu mengajak kedua orang tuanya berfoto bersama, setelah itu ia kembali ke pinggir rooftop untuk mengambil gambar apa saja yang bisa diambil. Tak lama ia dipanggil untuk segera pulang karena pestanya sudah berakhir.

Hari demi hari hingga tahun demi tahun berlalu, kini Edgar sudah berhasil dan resmi menjadi seorang profesor dan ilmuan yang memiliki posisi penting dalam organisasi AI, Edgar menjadi penerus resmi AI yang dibanggakan oleh Ayahnya dan mendapat penghargaan dari pemerintah.

I'm not Enigma [TERBIT-edisi revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang