Jam 5 pagi. Ann sudah selesai mandi lalu keluar dari kamar menggunakan pakaian Alva. Saat keluar dari kamar, ia disuguhkan dengan pemandangan yang sangat asing. Ia benar-benar tak pernah melihat bangunan megah yang disebut mansion ini. Mungkin pernah, tapi tidak dengan bagian dalamnya. Tak pernah terlintas dipikiran Ann jika keluarga ini akan memiliki tempat semewah dan sebesar ini, tapi bukankah seharusnya ia tak perlu heran?
Ann turun dari lantai atas menggunakan tangga yang sangat banyak dan lebar. Ia sedikit kesal melihat banyaknya anak tangga itu. Setelah sampai di bawah ia melihat Alva sedang sibuk menata beberapa barang.
"Ini rumahmu?"
"Mansion keluarga."
"Kenapa tidak tinggal di sini?" tanya Ann penasaran. Yang ditanya tak menjawab. Tak lama ada suara klakson mobil dari luar.
"Sudah?" tanya Alva dan langsung dibalas anggukan oleh Ann.
Mereka langsung keluar dari mansion. Lagi-lagi Ann dibuat kagum melihat pemandangan tempat ini. Sangat indah dan penuh dengan hiasan, tanaman, pohon serta air mancur yang ada di tengah halaman besar. Saat pertama datang ke tempat ini, Ann hanya fokus mencari Alva karena pria itu kabur setelah kehilangan kendali.
Tak lama mereka menghampiri sebuah mobil yang ada di luar pagar besar. Ada sang Ayah di depan sana, ia sedang mengambil beberapa koper kecil dari bagasi.
"Ayah," panggil Alva. Sang Ayah langsung menoleh lalu menatap Ann yang berjalan di belakang. Tak lama Alva kembali bersuara. "Langsung ke laboratorium."
Sang Ayah mengangguk lalu memasukkan lagi koper kecil itu ke dalam bagasi. Alva mendekat dan ikut menaruh beberapa barang di bagasi mobil.
"Ayo." Alva menarik Ann kembali ke dalam mansion, melewati taman besar tadi.
"Loh, tidak ikut ke mobil ayahmu?"
"Mobilku saja."
---
Kembali di ruang lab yang sama. Alza masih setia duduk di kursi dan terlihat beberapa kali hampir terjatuh karena rasa kantuk. Sampai sebuah ketukan di pintu membangunkannya. Alza merenggangkan tubuhnya sejenak lalu berjalan malas ke arah pintu. Setelah membuka, ia terkejut dengan apa yang ia lihat. Ada Alva di sana, berdiri menatap datar.
"Hah, sudah selesai?"
Alva tak membalas, ia langsung masuk meletakkan beberapa kantong buah di meja. Netra semerah darahnya menatap seseorang yang terbaring di brankar medis. Pemuda bernama Nao itu terlihat sedang tertidur pulas. Tak lama, ia beralih menata buah-buah yang ia bawa dalam keranjang kecil.
"Ternyata Ann mujarab sekali ya. Biasanya sampai seminggu, kan?" bisik Alza sambil menyenggol lengan Alva lalu mengambil 1 buah apel dan memakannya.
"Diam," ketus Alva singkat lalu kabur keluar begitu saja. Alza tertawa kecil melihat itu. Hanya melihat wajah merah saudaranya, ia langsung paham dengan apa yang telah terjadi. Tak lama, Ann datang membawa beberapa kotak makanan di tangannya.
"Nao sudah bangun?"
"Belum, tapi seharusnya sebentar lagi dia bangun. Hanya menunggu anastesinya saja."
Ann mengangguk lalu meletakkan beberapa kotak makanan di meja. Ia menatap ke pojok ruangan, gadis Rexer itu masih tertidur sambil memeluk jaket cokelat miliknya, dan disisi lain Reo juga sedang tertidur di kursi bersama Xici di pangkuannya.
Jam masih menunjukkan pukul 6 pagi. Belum ada aktivitas berarti dari orang-orang yang telah menghabiskan malam dengan sebuah perang. Ruangan itu sangat senyap dan hanya ada suara dari monitor hetler.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Enigma [TERBIT-edisi revisi]
RomantizmAnn, seorang pembunuh bayaran yang beralih profesi menjadi barista, tetapi diam diam ia bekerja lagi dengan seorang Enigma berbahaya bernama Alva Edison, kerjasama yang dibangun secara sepihak ini membuatnya harus memutar otak untuk menolak setiap m...
![I'm not Enigma [TERBIT-edisi revisi]](https://img.wattpad.com/cover/269864739-64-k685366.jpg)