18. Change

9.3K 617 11
                                        

Malam hari, di rooftop gedung, Alza berdiri memandangi kota yang terlihat ramai dengan cahaya lampu kendaraan. Hawa dingin malam itu tak membuatnya bergetar. Ia justru menikmati hawa menusuk tulang itu.

"Kamu sudah tahu harus memihak siapa, kan? Kak Sofiee," ucap Alza dengan sebuah senyuman kecil yang terbingkai di sudut bibirnya.

Seorang gadis langsung muncul dari kegelapan, mendekati Alza dan ikut menatap kota malam itu. Ia terdiam sambil menghirup udara malam, tak lama netranya beralih menatap bulan yang ada di atas, terlihat sangat terang dan indah. "Jangan panggil aku kakak."

"Oh ayolahh, apa kamu tidak mengakui aku sebagai adikmu?" tanya Alza cemberut.

Sofiee diam tak menjawab, tapi tak lama ia menatap pada pria yang ada di sampingnya. "Kamu tidak berniat menghabisi mereka semua?"

Alza menatap kakak tirinya sesaat lalu beralih pada keramaian jalan di bawah sana. "Niat itu ada, tapi sayangnya aku tidak sebodoh itu. Untuk sekarang aku hanya bisa menyerang jika diserang lebih dulu," jelas Alza dengan senyuman kecil. "Yah, anggap saja itu peringatan sembari olahraga. Contohnya seperti pada Rexer," sambungnya lagi tersenyum bangga.

Sofiee diam mendengar itu. Ia tak merespon lagi dan kembali menikmati pemandangan indah yang berada jauh di bawah sana. "Anak muda itu. Tolong jaga dia baik-baik. Aku akan jadi bayanganmu."

Bayangan? Alza menoleh seketika. Ternyata gadis itu sudah menghilang dari tempatnya, menyisakan rooftop yang sepi dan senyap. Ujung bibir Alza melengkung tersenyum kecil, ia kembali berjalan sambil memakan permen karet yang ia simpan di sakunya.

"As you wish."

---

Pagi tiba, di kafe hari itu terasa sangat ramai. Akhir pekan membuat beberapa orang memutuskan untuk datang ke kafe dan menghabiskan harinya bertemu sahabat, meeting, dan juga bersantai menikmati hari libur. Tapi tidak dengan 3 barista yang ada di dalamnya, mereka justru sangat sibuk saat weekend.

"Ann, ada tambahan 3 Kitten Cappucino dan 4 Puppy Cappucino," ucap Via sembari menempelkan kertas list di dinding meja.

Ann mengangguk dan segera menyelesaikan beberapa pesanan. Ia juga sama sibuknya terlebih hampir semua yang datang ke kafe memesan cappucino buatannya. Ann menghela napas pasrah melihat keramaian ini. Ia juga sedikit kelelahan karena tidak tidur semalam. Iya, Ann tidak bisa tidur, atau lebih tepatnya tidak diizinkan tidur oleh Alva.

Beberapa kali Ann duduk ketika pinggangnya terasa sangat nyeri, tapi diam-diam ternyata Via menyadari rekannya yang sering duduk dan terlihat lesu. "Ann, ada apa?" tanyanya.

"Tidak apa-apa."

Via diam sejenak, ia tahu pasti ada sesuatu yang tidak beres. Tak menunggu lama ia langsung mendekat dan melihat wajah rekannya. "Kamu terlihat lebih pucat hari ini, sakit?"

"Tidak, aku hanya sedikit lemas."

"Ya itu artinya kamu sakit! Seharusnya jangan memaksakan diri! Pantas saja kamu berbeda hari ini. Cuppucino khususnya akan aku kosongkan, setelah ini langsung istirahat!"

Ann diam sejenak, berbeda? Apa perbedaannya terlihat sangat mencolok? Jadi Via memperhatikannya selama ini? Tapi ia tak ambil pusing, ini sangat wajar jika hanya memiliki rekan kerja sedikit, pikirnya. "Oke, nanti saja. Aku masih ingin bergerak. Tetap terima semua pesanannya, jangan ditolak."

"Tapi kamu sakit!" sergah Via lagi, tapi tak ada balasan dari Ann. Pemuda itu tetap menyelesaikan pesanan. Via menghela napas pasrah, ia juga tak bisa memaksa Ann. "Oke, jika sudah tidak sanggup lagi kamu langsung ke belakang dan istirahat, ya?"

I'm not Enigma [TERBIT-edisi revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang