Dentingan peluru berjatuhan saat amunisi ditembakkan secara beruntun. Suara tembakan tak berhenti menghujani sebuah gedung terbengkalai sampai orang-orang yang berada dalam kegelapan jatuh hingga tak ada pergerakan lagi di sana. Seorang gadis yang memegang senjata itu diam sejenak lalu mengambil magazen dan memasangnya. Setelah itu ia menekan earphone di telinganya.
"Location 3, clear."
Tak lama, gadis itu—Sofiee menggeser senjatanya ke punggung lalu berlari mendekati balkon dan langsung melompat ke bawah. Dengan gerakan mulus, ia mendarat tanpa bantuan alat apa pun. Ia langsung berlari memasuki jalan gelap dan bersembunyi di sana. Netra tajamnya memindai area sekitar sejenak. Tak lama, ia kembali menekan earphone-nya.
"Sudah menemukannya?"
Sementara itu di sisi lain, Reo berjalan pelan memasuki ruangan yang penuh dengan hiruk-pikuk dunia malam. Aroma alkohol, wanita penggoda, dan banyaknya orang-orang yang melakukan seks secara terang-terangan.
Dengan langkah pelan, Reo menyusuri dan menyela keramaian itu. Setiap langkahnya selalu ada tarikan dan godaan yang meminta untuk ikut tenggelam dalam kenikmatan dunia malam. Ada rasa pusing yang tiba-tiba muncul. Dengan cepat, ia mengambil langkah lebih lebar membelah lautan candu dan keluar dari ruangan itu sambil mengatur napas. Ia sadar ada sepercik feromon adiknya yang tercampur di ruangan tadi. Tak lama Reo menekan earphone-nya.
"Sofiee, lokasi 6."
"Copy."
Setelah balasan terdengar. Reo kembali menyusuri lorong remang di depannya hingga tenggelam dalam kegelapan.
---
"Itu Ann, kan?"
Sontak Nao membuka pintu mobil, Alza juga ikut menyusul keluar. Seketika wajah ke duanya memucat melihat Ann telah bersimbah darah. Alza langsung berlari mendekat, ia membuka jaket cokelat yang Ann kenakan dan memeriksa setiap inci tubuhnya.
"Jangan pegang-pegang!" teriak Ann langsung menarik jaketnya dan menutup rapat. Tak lama, Nao langsung memeluk erat dengan wajah syok, tetapi Ann justru tersenyum lebar seakan senang dipeluk, ia langsung memeluk balik dan kembali tersenyum. "Aku merindukan Nao!"
Senyuman dan kalimat itu membuat Alza bersimpuh lemas. Ia menghela napas lega setelah yakin darah-darah itu bukan berasal dari tubuh kecil ini, setidaknya pemuda ini baik-baik saja.
"Astagah, aku ... Aku hampir mati jantungan. Ann, kamu dari mana? Kenapa ada banyak darah seperti ini? Apa yang terjadi?"
"Ann, kamu dari mana kenapa bisa seperti ini? Apa kamu terluka? Kenapa kamu nekat keluar ke tempat sepi? Bagaimana jika terjadi sesuatu? kasihan adik bayimu," isak Nao masih memeluk Ann erat.
"Aku tidak apa-apa, Nao. Aku tidak luka. Aku hanya bermain saja." Ann kembali tersenyum sangat senang. Namun senyuman itu membuat Alza bergidik. Tersenyum dengan tubuh bersimbah darah justru membuat Ann terlihat seperti psikopat berdarah dingin. Beruntung mereka berada di jalan kecil yang cukup gelap dan tak ada orang di sekitar mereka.
"Roma, kalian dari lama? Kenapa bisa seperti ini?"
Pertanyaan itu menyadarkan Alza, ia baru tersadar ada satu orang yang menggandeng Ann sedari tadi. Ia langsung menatap tajam pada pria itu. Tanpa basa basi ia menarik kasar kerah baju pria bernama Roma itu. "Dari mana kalian? Jawab!"
Roma tersentak seketika, tangannya gemetar hebat saat bertemu mata dengan Alza. "Aku ... Aku tidak tahu, aku tidak tahu. Ada orang, ada ... Ada pisau, me-mereka ... Mereka mati, lalu aku ... aku, aku lari, aku tidak tahu, aku ... tidak ... aku ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Enigma [TERBIT-edisi revisi]
Storie d'amoreAnn, seorang pembunuh bayaran yang beralih profesi menjadi barista, tetapi diam diam ia bekerja lagi dengan seorang Enigma berbahaya bernama Alva Edison, kerjasama yang dibangun secara sepihak ini membuatnya harus memutar otak untuk menolak setiap m...
![I'm not Enigma [TERBIT-edisi revisi]](https://img.wattpad.com/cover/269864739-64-k685366.jpg)