warning dulu yah. di bab ini akan ada pendeskripsian adegan sadis dichapter ini, jadi silahkan persiapkan diri dulu ya atau langsung skip aja nggak papa, ehe!
---
Malam itu, Ann berjalan dengan riang di lorong gelap sambil memainkan pisau berlumur darah di kedua tangannya. Tak lama, ia berhenti lalu menatap langit-langit lorong. "Alva-"
"Shtt, diam!" bisik Reo membekap erat.
Ann menyingkirkan tangan itu. Ia menoleh dengan raut kesal lalu menjulurkan lidah, mengejek. "Tidak ada orang dalam jarak dekat, lagipula Alva ada jauuuh di atas."
Reo dan Alza diam saling bertatapan, tak lama mereka kembali pada Ann. "Tahu dari mana?"
"Kata Alva begitu."
Reo diam sejenak. Ia teringat lagi dengan ucapan Ann pagi tadi, saat pemuda ini berkata bahwa Alva sudah menunggunya tapi handphone milik Alva tertinggal. Jelas mereka tak memiliki alat komunikasi sama sekali saat itu. "Apa maksudmu? Dari mana kamu tahu Alva berkata begitu?"
Ann berpikir sejenak. "Tadi Alva berkata begitu. Baru saja. Alva ada di sana dan dia menungguku. Coba lihat Alva itu! Padahal tadi dia mengusirku, sekarang meminta dijemput? Lihat saja nanti, jika dia tidak memberikan wine-ku, akan aku gorok lehernya!" ancam Ann sembari menghentakkan kakinya kesal.
Alza bergidik mendengar itu, dan Reo ia juga terdiam melihat tingkah polos itu. Meskipun Ann terlihat polos seperti anak kecil tapi jelas mereka tahu jika pemuda yang ada di hadapan mereka itu tak sepolos sikap dan kata-katanya.
"Apa itu maksudnya ikatan batin?" bisik Alza.
"Sepertinya begitu."
Hening kembali menyelimuti, mereka berjalan mengikuti Ann dengan tenang. Meski tenang, mereka tetap waspada. Lorong panjang yang memiliki begitu banyak ruangan di setiap sisi membuat mereka waswas dengan apa yang akan muncul dari dalam sana.
"Btw, ada informasi apa?" tanya Alza pelan.
Reo diam sejenak, ia menatap lorong gelap di depannya beberapa saat. Ia enggan membagi fokus untuk saat ini, tapi ketika teringat dengan ucapan Ann bahwa tidak ada orang dalam jarak dekat, sepertinya ia bisa mempercayainya. Tampaknya insting Ann sebagai pembunuh bayaran dan juga ikatan batinnya dengan Alva bisa ia andalkan. Tak lama ia beralih pada Alza. "Amunisinya hilang."
"Hah? Amunisi anti-Enigma?"
"Benar, kemungkinan Alva yang mengambilnya."
"Apa? Untuk apa? Dia mau bunuh diri?"
Hening sejenak, Reo diam tak membalas. Tangannya mengerat pada grips kaliber. Ada raut geram yang tergambar jelas di wajahnya.
"Bukan, tapi dia ... diancam."
Beberapa waktu yang lalu, di vila keluarga. Reo baru saja kembali, ia masuk sembari melepas jaketnya lalu melewati ruang tengah.
"Reo sudah pulang, Sayang?" tanya sang Bunda yang sedang duduk di sofa bersama Xici.
Reo mengangguk. "Iya, nanti saja, Bunda. Aku harus pergi lagi, ada sedikit urusan tapi aku pasti pulang sebelum makan malam."
"Begitu ya, tapi Bunda boleh meminta sesuatu?"
"Boleh, aku pasti akan mencarikannya."
Sang Bunda menggeleng. "Bukan barang, Bunda mau meminta kamu menjenguk Ann di vila Alva, boleh, Sayang? Bunda khawatir dengan Ann. Bunda takut Ann kesepian di sana. Sebenarnya Bunda tahu Alva tidak akan pergi jauh dari Ann, tapi Bunda ingin tahu kabarnya saja. Tolong jenguk Ann sebentar ya, Sayang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Enigma [TERBIT-edisi revisi]
Storie d'amoreAnn, seorang pembunuh bayaran yang beralih profesi menjadi barista, tetapi diam diam ia bekerja lagi dengan seorang Enigma berbahaya bernama Alva Edison, kerjasama yang dibangun secara sepihak ini membuatnya harus memutar otak untuk menolak setiap m...
![I'm not Enigma [TERBIT-edisi revisi]](https://img.wattpad.com/cover/269864739-64-k685366.jpg)