8. Rexer

11K 828 10
                                        

illustration of Roma

----------------------------------------

Suasana ramai dan padat mengisi tempat yang penuh dengan hiburan dan kesenangan. Di sinilah Ann sekarang, terjebak di tengah keramaian orang-orang bersama Nao dan kucingnya di sebuah tempat wahana bermain.

"Aku mau pulang," gumam Ann lesu.

"Hei, jangan, kan kamu sudah siap jalan," ucap Nao semangat mengikuti kucingnya yang berjalan dengan herness.

Ann menghela napas pasrah, setelan baju yang biasanya ia gunakan untuk ke kafe sekarang basah karena keringat. Ann melepas jaket cokelat yang ia pakai dan membawanya di tangan.

Bukan tanpa alasan Ann keluar menggunakan pakaian kafe. Ia lupa jika hari itu adalah hari libur dan Nao datang ke apartemennya tanpa kabar lalu menyeretnya ke tempat ini.

"Ayolah, semangat sedikit, jangan seperti itu," ucap Nao.

"Aku tidak ada prepare untuk ketempat ramai seperti ini, panas," keluh Ann sambil mengibaskan kerah bajunya.

Nao cemberut, tapi ia tak bisa kesal ketika melihat buliran keringat yang begitu besar di kening Ann. Ia jadi merasa bersalah. Tak lama ia melihat ada sebuah toko es krim besar dan ramai dengan pembeli. Tanpa pikir panjang, ia langsung menyeret Ann ke sana dan memesan 2 es krim vanilla.

"Nih aku traktir."

Ann langsung menerima dan memakannya setelah berterima kasih. Hawa dingin dari es krim vanilla itu lumayan membantu mendinginkan badannya yang terbakar.

"BTW, hidup menjadi warga sipil itu enak, ya. Tidak perlu takut untuk pergi ke mana saja dan tidak perlu waswas tertangkap," ucap Nao dengan senyuman kecil saat memandangi banyaknya orang berlalu lalang. Ann diam mendengar itu, ia ingat ini adalah impian Nao sejak dulu, dan kini Nao benar-benar mendapatkan impiannya.

"Tapi jadi warga sipil juga ada tantangannya, harus menjaga diri dan menjaga mulut, semuanya sepadan," sambung Nao lagi.

Tiba-tiba Nao mendekat dan merendahkan suaranya. "Eh iya, kamu tidak berpikir untuk mencari pacar? Bukankah di kafe banyak yang meminta nomormu."

Ann terdiam dengan mulut yang semakin rapat. Ia langsung teringat dengan Alva. Buru buru ia menyingkirkan sosok itu dari pikirannya. "Tidak, kamu?"

Nao diam berpikir. "Hm, jika ditanya ada atau tidak, sebenarnya aku sering bertemu dengan satu gadis di kantor. Aku tertarik dengannya, dia sangat tenang, baik, dan perhatian," jelas Nao dengan senyuman kecil.

Ann diam tak tahu harus merespons apa. Tak lama, Nao kembali bersuara. "Sebenarnya aku mau mengajaknya jalan-jalan hari ini, tapi dia sudah jalan keluar sendiri, dia terlalu mandiri."

"Oh, poor Nao. Jadi aku itu plan B?"

Nao langsung memalingkan wajahnya canggung. "Eh, tapi kita tetap jalan-jalan, kan?"

Ann menghela napas kasar. Ternyata ia hanyalah tumbal cadangan agar Nao tidak keluar sendiri. "Pantas saja. Lagipula jika kamu menyukainya, kenapa kamu tidak langsung mengatakannya saja, itu lebih mudah, kan?"

"Hei, tidak semudah itu! Ada yang namanya proses, tidak mungkin aku langsung berkata aku menyukaimu, ayo kita pacaran. Jika langsung diterima jelas sudah aku lakukan, tapi jika dia menolaknya aku harus bagaimana? Aku masih punya akal sehat untuk menjaga harga diriku," jelas Nao cemberut.

Ann diam mendengar penjelasan Nao, ia tak tahu harus bagaimana untuk menghadapi seseorang yang sedang kasmaran. Baru kali ini dia mendengar Nao membicarakan perkara ini. Apalagi dengan konsep tidak jelas seperti itu.

I'm not Enigma [TERBIT-edisi revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang