Illustration of Raven.
---
"Alva, sudah lama tidak bertemu, Nak," ucap pria tua itu sembari tersenyum kecil. "Bagaimana kabarmu?"
"A-aku ... Aku baik." Alva mengangguk menunduk dalam. Wajahnya terlihat sangat enggan untuk menatap pria tua di hadapannya saat ini. "Dan ... bagaimana kabar Anda?"
Pria tua itu kembali tersenyum. Ia mendekati Alva dan mengusap surai gelapnya. "Aku baik, Nak. Cukup panggil aku Pak Voorh saja, jangan formal seperti itu, ya?"
Alva mengangguk pelan. "Iya ... Pak Dokter."
Voorh tertawa. "Baiklah, panggil aku seperti itu saja. Sepertinya sejak kecil kamu lebih terbiasa memanggilku seperti itu."
"Iya." Alva kembali mengangguk. Ia tersenyum melihat nama Voorh pada jas putih pria itu. Jas itu adalah jubah laboratorium yang sama seperti milik Ayahnya.
Tak lama, terdengar suara deheman. Alva dan Voorh menoleh pada pria bersurai abu tadi. Pria itu bersedekap kesal karena merasa terabaikan. "Oke, teruskan saja, aku akan menjadi penonton."
Voorh tertawa. "Tenanglah, aku tidak akan mengabaikanmu. Sebelumnya kalian pasti sering bertemu, kan? Tapi sepertinya kalian belum terlihat akrab."
Pria itu dan Alva bertatapan sejenak. Pria itu mendengkus pelan, sedangkan Alva langsung memalingkan wajahnya. Voorh langsung sadar kedua orang ini tidak akrab sama sekali. "Baiklah, jika begitu aku akan memperkenalkan kalian. Alva, ini adalah Sent-"
"Raven," potong pria itu.
Voorh diam sejenak menatap pria yang menyebut dirinya Raven. Tak lama ia tersenyum dan mengangguk. "Iya, ini adalah Raven, panggil saja begitu, Raven adalah kakakmu. Lalu kamu, Raven. Ini adalah Alva, dia adikmu."
"Sudah, aku sudah tahu sejak lama. Bukan hanya tahu, aku sampai hapal semua kelakuan dan responsnya," ucap Raven malas.
Voorh tertawa pelan. "Sepertinya kamu sangat menjaga adikmu, ya? Aku bangga padamu."
Kening Raven mengerut, ia melirik Alva sejenak lalu memutar matanya malas. "Menjaga? Lawakanmu lucu sekali."
Voorh menggeleng pelan lalu kembali menatap Alva. "Raven memang seperti itu, bersabarlah."
"Hei, apa maksudmu!" sergah Raven tak terima.
Alva terdiam melihat bagaimana pria bernama Raven itu kesal, namun Voorh tetap tersenyum dan membalas dengan lembut. Fokusnya terus tertuju pada pria tua itu. Matanya turun menatap jubah putih yang bertuliskan dr. Voorh. Alva ingat dengan baik nama itu adalah orang yang menaungi-nya dengan kehangatan ketika ia mendapatkan penolakan keras dari sang Bunda saat ia kecil.
---
Berbicara tentang second gender, sudah sering terdengar kasta/golongan Alpha, Beta dan Omega, gender kedua yang muncul saat seseorang menginjak usia 8 - 10 tahun. Begitu pula dengan second gender Enigma yang telah menghilang sejak insiden itu.
Kini golongan itu kembali muncul pada seorang anak berusia 9 tahun bernama Alva. Bertepatan saat ia mengalami kecelakan di sebuah taman bermain dan membuat saudaranya mengalami kematian sesaat karena terpapar feromon Enigma yang belum bisa ia kendalikan.
Hal itu tentu menjadi berita mengejutkan sekaligus pukulan yang sangat keras bagi orang terdekatnya. Terlebih golongan Enigma adalah golongan yang memiliki sejarah buruk dan mematikan.
"Tidak! Anakku tidak mungkin Enigma, anakku pasti hanya Dominan Alpha! Anakku tidak mungkin Enigma, anakku bukan iblis!" teriak seorang wanita di ruangan yang penuh dengan dokumen kedokteran. Ia memukul meja hingga membuat table sign yang bertuliskan nama dr. Voorh jatuh ke lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Enigma [TERBIT-edisi revisi]
RomanceAnn, seorang pembunuh bayaran yang beralih profesi menjadi barista, tetapi diam diam ia bekerja lagi dengan seorang Enigma berbahaya bernama Alva Edison, kerjasama yang dibangun secara sepihak ini membuatnya harus memutar otak untuk menolak setiap m...
![I'm not Enigma [TERBIT-edisi revisi]](https://img.wattpad.com/cover/269864739-64-k685366.jpg)