SEBUAH JANJI & HUJAN

3.9K 306 60
                                    

Hari ini Salma izin tidak masuk sekolah karena harus mendampingi Paul di rumah sakit, sebab Judika dan BCL sibuk untuk terus mengusut siapa yang sudah menyerang SMA IDOL. Kejadian itu tentu membuat SMA IDOL mengalami banyak kerugian.

"Dih, lo harusnya ke rumah sakit jiwa deh bang. Bukan ke rumah sakit umum. Senyam senyum sendiri udah kayak si panjul (orang gila di perumahan mereka)." Ucap Salma pada Paul yang sedang senyum-senyum sendiri melihat ponselnya.

"Berisik lo, udah diem aja situ nonton tv." Paul lanjut melihat ponselnya.

Tak lama Salma juga membuka aplikasi instagram di handphonenya. Karena ia bosa jadi melihat instastory orang-orang, sampai pada akhirnya ia melihat hal yang mungkin menyebabkan kakaknya tadi senyum-senyum sendiri.

 Karena ia bosa jadi melihat instastory orang-orang, sampai pada akhirnya ia melihat hal yang mungkin menyebabkan kakaknya tadi senyum-senyum sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oalah, pantesan lo cengangas cengengesan sendiri. Akhirnya cewek lo publish foto sama lo juga ya. Selamat deh akhirnya pecah telor." Cibir Salma diiringi ekspresi meledek.

"Iya lah. Lo kapan pecah telor sama Rony?" Perkataan Paul membuat Salma menatap sinis kearahnya.

"Jangan sampe tangan lo gue bogem." Salma mengepalkan tangannya seolah-olah hendak memukul Paul. Paul hanya terkekeh melihat ekspresi adiknya yang lucu jika sedang salah tingkah.

Paul sebenarnya sangat mendukung Rony dengan Salma, tapi Paul tau kalau Salma sangat sulit membuka hatinya. Salma paling anti cari penyakit sendiri dan menyakiti hatinya sendiri, maka dari itu ia lebih baik menghindar dari sebuah hubungan percintaan. Tapi sepertinya kini hatinya sudah perlahan terbuka, siapa yang tau?

"Bang. menurut lo siapa dalang dari penyerangan kemaren?" Pertanyaan Salma membuat Paul terdiam dan mencoba mengingat gerombolan penyerang, dan sebelm Paul tidak sadarkan diri ia sempat melihat siapa yang telah melukainya.

Paul ingat betul dengan perawakannya, kekar, tidak begitu tinggi, dan menggunakan ikat kepala yang tidak asing dan seperti Paul pernah melihatnya entah dimana.

"Belum tau pastinya, kita juga gak bisa nuduh anak Pandawa." Jawab Paul dengan ekspresi serius.

"Intel kita belum dapet apa-apa ya?" Sambung Paul.

"Dimansyah? Belum sih, masih nyoba nyari terus dia dibantu alumni Vespapeace." Balas Salma, Salma juga bingung bahkan sampai sekarang polisi belum menemukan dalang utama dari penyerangan ini.

"Apa rencana lo nanti?" Baru Paul ingin menjawab pertanyaan Salma, Nabila sudah masuk ke kamarnya. Dengan membawa kantung berisikan makanan kesukaan Paul, nasi padang.

"Eh, hai Nab? Akhirnya sampe juga lo." Sapa Salma dengan merangkul Nabila berjalan mendekat ke Paul.

"Iyaaa sorry banget ya Sal kalau aku lama, soalnya tadi ada piket dulu aku." Nabila sudah berjanji akan gantian menemani Paul sepulang sekolah karena Salma harus berisitirahat pulang ke rumahnya, sudah dari semalam suntuk Salma menjaga kakaknya itu.

STORY OF PANAROMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang