HURU HARA

6.2K 358 139
                                    

Siap emosi? hihi🙏🏼

Maaf kalau typo bertebaran yaa🫶🏼

Happy reading!💐💖

Sejak kejadian tadi pagi, Paul dan Rony tidak saling menyapa. Rony sebenarnya paham posisi Paul sebagai saudara kembar Salma, Rony paham betul pasti Paul sangat murka padanya. Apalagi Salma masih mengira bahwa Rony telah bermain belakang padanya, dan bahkan berpikir kalau Rony murung belakangan ini karena bimbang antara ingin kembali dengan Bianca atau bertahan dengannya.

"Ini ada apa sih? Gue ketinggalan berita apa sih?" Alfredo sedari tadi masih terus bertanya-tanya dengan Dimansyah, apa yang sebenarnya terjadi diantara Paul dan Rony. Karena baru kali ini Alfredo melihat Paul sampai tidak ingin duduk dengan Rony.

"Mereka lagi cek cok, kita diem aja jangan ikut-ikutan." Balas Dimansyah berbisik.

Alfredo menatap keduanya bergantian, Paul dengan tatapan mata tajam penuh dendam kearah depan dan Rony yang sedang natap punggung Paul dari kejauhan dengan tatapan bersalahnya.

Bel istirahat sekolah telah berbunyi, anak inti Vespapeace yang biasanya paling semangat untuk langsung pergi ke kantin pun kini hening. Semua masih terdiam di tempat duduknya masing-masing, suasana perang dingin diantara Paul dan Rony membuat mereka ikut tegang dan merasa serba salah.

"Ekhem, ini kita gak ada yang mau ke kantin?" Tanya Alfredo basa-basi.

"Yok lah, gas kantin." Balas Nayl yang juga ingin mencairkan suasana.

"Ayo Paul, Ron, Dim." Ajak Rahman.

Rony mengangguk dan beranjak dari duduknya, Rony sadar bahwa disini dirinya memang bersalah dan Paul berhak untuk marah padanya. Rony merendahkan hatinya untuk berdamai dengan Paul dan menjelaskan semuanya pada Paul.

Rony melangkah kearah Paul dan mengulurkan tangannya.

"Gue minta maaf kalau udah nyakitin Salma, tapi percayalah Pol, ini semua salah paham."

Tanpa melirik dan membalas uluran tangan Rony, Paul beranjak dari duduknya, membuat seluruh anak inti merasa sedikit lega. Karena mengira emosi Paul sudah mereda dan mau mendengarkan penjelasan Rony.

"Gue tunggu semua anak Vespapeace di Warmin nanti pulang sekolah, gue ajak anak Pandawa juag biar bisa cari solusinya sama-sama." Paul pergi meninggalkan mereka semua entah kemana.

Yang jelas, Paul tidak menoleh kearah Rony sedikitpun. Jangan kan menoleh, meliriknya pun tidak ingin.

Rony menarik nafasnya lalu menghembuskannya dengan kasar. Rony tau betul bagaimana Paul jika sedang dikuasai emosinya, apalagi kali ini masalahnya Rony menyakiti adik kesayangannya. Masih beruntung dirinya masih dianggap sahabat oleh Paul, jika tidak mungkin Rony sudah masuk ruang IGD pagi tadi.

Paul berjalan menuju kelas Salma, membawa sebungkus nasi goreng kesukaannya. Dari semalam Salma tidak keluar kamar sama sekali, jangankan untuk makan bertemu dengannya pun enggan. Bahkan tadi pagi jika bukan Maminya yang membujuknya untuk tetap sekolah, mungkin Salma juga tidak akan masuk sekolah hari ini.

Salma kini sedang meletakkan kepalanya diatas meja dengan kedua tangan yang melipat, Novia dan Syarla pun setia menemaninya.

"Sal, ayo lah lo makan dulu. Nanti kalau sakit gimana?" Ucap Novia yang daritadi terus membujuk Salma.

Masih tidak ad jawaban sedikitpun dari Salma, bahkan mengangkat kepala agar bertatapan dengan teman-temannya pun enggan.

Paul masuk dan tatapan matanya langsung tertuju pada adik kesayangannya, Salma.

STORY OF PANAROMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang