Vote and comment please
***Pintu ruangan ditutup dengan pelan, namun karena ruangan CEO pada kantor cabang itu jarang digunakan, terdengar suara berdebum yang kuat setelah pintu tertutup.
Pria yang duduk di dalam ruangan menoleh.
Nathaniel datang setelah selesai bermain golf dengan beberapa anggota dewan serta petinggi perusahaan rekanan yang dia targetkan menjadi investor baru perusahaannya.
Tidak seperti janji bertemu yang biasa dia lakukan, Nathaniel membuat pria itu menunggu di kantor cabang yang hampir tidak pernah dia gunakan.
Bukan karena khawatir pria itu akan melakukan sabotase atau mencuri sesuatu yang mungkin bisa menjadi ancaman baginya jika mereka bertemu di kantor pusat, tapi Nathaniel hanya merasa bahwa percakapan tidak penting mereka, lebih layak dilakukan di kantor yang tidak memberikan keuntungan apa-apa untuknya selain sebagai tempat penyimpanan perabot kantor tidak terpakai.
"Saya sudah menunggu selama satu jam." Geram pria itu atas sikap tidak tahu waktu Nathaniel.
Sementara Nathaniel berjalan menuju mejanya dan duduk di hadapan pria itu santai, terlihat tidak begitu peduli.
"Benarkah? Apologies."
Dia diam sejenak, mengamati pria itu dengan ekspresi datar.
Penampilan kaku pria itu menjelaskan betapa dia sangat menikmati belajar dan ilmu pengetahuan. Dia terlihat mungkin lebih memilih berdiam diri di rumah atau perpustakaan untuk mendapat pengetahuan baru daripada bersosialisasi dengan orang lain di sebuah event hiburan.
Kutu buku lebih jelasnya, sama seperti Sera.
Bisa jadi dia mendekati Sera karena merasa Sera adalah kaum sepertinya, dan menganggap selain dirinya, pria lain 'tidak layak' berada di sisi Sera.
"Apa anda tahu kenapa saya mengundang anda dokter Jiro?" Tanya Nathaniel tiba-tiba.
Jiro mengerutkan wajahnya. "Orang-orang anda tidak memberitahukan saya apapun. Tapi, saya pikir undangan ini berhubungan dengan skandal Sera."
Nathaniel menggeleng. "Sayangnya, bukan karena itu saya mengundang anda." Dia menarik laci mejanya. "Tapi memang ada yang ingin saya tanyakan."
Kotak kayu dengan tulisan emas yang tampak tersimpan rapi dia keluarkan dari laci meja. "Apa anda tahu Sera sangat menyukai wine?"
"Tentu saja." Jiro mengangguk, meski bingung. "Saya yang memperkenalkan wine padanya."
"Kebetulan sekali..." Nathaniel mengeluarkan botol dari kotak yang membuat Jiro agak terkejut. Langsung mengenalinya.
"Saya punya Chateau Cheval Blanc. Saya pernah dengar dari Sera, ini wine pertamanya. Apa benar wine ini yang anda berikan?"
Jiro tidak berkomentar, ekspresinya mengeras. Tidak senang karena Nathaniel—yang adalah orang asing di kehidupan perkuliahannya bersama Sera bisa mengetahui kenangan mereka bersama.
"Sera memberikan wine ini pada saya saat liburan musim panas tahun kedua kuliah." Menyeringai tipis, Nathaniel mengambil pembuka botol anggur dan dua gelas dari laci. "Dia bilang rasa wine ini mengingatkannya pada saya. Kompleks, manis, dan vulgar? Cocok untuk steak dan makanan berbumbu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's test all the Borderlines
RomanceArvino #01 [full 18+ chap on my KaryaKarsa] 𝐍𝐚𝐭𝐡𝐚𝐧𝐢𝐞𝐥 𝐀𝐫𝐯𝐢𝐧𝐨. Dia putri sahabat ayahku. Wanita keras kepala yang terus berkata bahwa dia membenciku. Dokter bedah umum yang angkuh, dingin dan sama sekali tidak mempunyai hati. Siapa dia...