Vote and comment please.
***Sera terdiam mendapati rumahnya kosong keesokan paginya. Ada bagian dari dirinya yang merasa bersalah telah memberikan penolakan seperti semalam pada Nathaniel, meski pada bagian lain, Sera merasa benar.
Sera tidak bisa membiarkan Nathaniel melewati batas yang telah dia buat secepat ini.
Mungkin suatu saat bisa, tapi bukan sekarang, tidak dalam waktu sesingkat ini. Mereka baru memulai hubungan yang normal seperti pasangan pada umumnya dalam dua hari.
Meski mereka sudah sama-sama dewasa, tapi Sera butuh meyakinkan dirinya sendiri, bahwa dia memang menginginkannya. Dia tidak bisa terus-terusan ragu dan mempermainkan Nathaniel dalam hubungan ini.
Empat hari kemudian berlalu.
Sera turun dari mobilnya yang dia parkirkan di basement salah satu mall Ibu kota. Wajah wanita itu agak lemas, dia memijit pelipisnya yang berdenyut karena sebelum sampai di sini, Sera baru saja menyelesaikan operasi lumpektomi (*operasi untuk mengangkat—hanya pada bagian— kanker atau jaringan abnormal dari payudara) selama tiga jam dan belum sarapan.
Ada banyak jurnal ilmiah dan literature yang harus dia review, tugas untuk pendidikan doktoral-nya juga menumpuk untuk dia kerjakan, jadwal operasinya masih cukup padat meski beberapa operasi minor (*operasi kecil / bersifat selektif hanya pada satu bagian tertentu yang presentasi kematiannya tidak besar) sudah dialihkan ke dokter yang lebih junior atas permintaan ibunya, lalu ditambah Sera sedang menyelesaikan materi untuk seminar yang harus dia isi sebentar lagi.
Kepala Sera seperti mau pecah, dia sama sekali tidak punya waktu untuk istirahat.
Dia bahkan nyaris melupakan jadwal acara yang wajib dia datangi hari ini, kalau saja ibunya tidak menelpon dan menanyakan, apakah dia jadi datang ke butik langganan ibunya untuk membeli gaun atau tidak.
"Ya Louisa?"
Sera mengangkat panggilan telpon dari adik keduanya setelah dia turun dari lift dan sudah berada di lantai lima mall yang sedang dia kunjungi.
"Big sis, kau tidak lupa kan dengan datang ke acara ulang tahun pernikahan Opa dan Oma nanti malam?" Louisa bertanya dari balik sambungan telpon.
Sera mengangguk. "Ya."
"You should come! Aku juga akan diperkenalkan sebagai CEO resmi Aldarict holding hari ini. Aku sudah memimpikan hari ini sejak umurku 21 tahun, jadi kalau kau tidak datang dan membawa bunga, aku tidak akan mau menjadi supplier wine-mu lagi."
"Iya."
"Hold on. Kau di mana sekarang? Masih di rumah sakit kan? Kenapa berisik sekali?"
"Aku di mall."
Sera memasuki butik langganan ibunya, para staff di sana langsung menyambutnya dengan senyum ramah. Dia lalu mengangkat setengah tangannya, berisyarat bahwa dia tidak ingin didampingi saat sedang berberlanja.
"Sera Aldarict, jangan bilang kau baru mau beli baju sekarang?!" Louisa berteriak sebal.
Sera tertawa tipis, mengendikan bahunya untuk menempelkan handphone-nya di telinga, sementara dia mulai memilih berbagai jenis gaun yang ada di butik itu.
"Aku sibuk."
Louisa mendengus. "Ya Tuhan, kalau kau bukan Kakak-ku, aku tidak akan mau bicara denganmu lagi sampai tahun depan! Hedylie saja sudah kembali dari New York dua minggu yang lalu dan mempersiapkan gaunnya."
"Maaf, Mama tiba-tiba menyetujui permintaan IDI agar aku mengisi seminar bulan ini dan bulan depan, pekerjaanku sangat padat." Jawab Sera lelah, memikirkan seminar yang akan dia isi sebentar lagi membuat kepalanya kembali sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's test all the Borderlines
RomanceArvino #01 [full 18+ chap on my KaryaKarsa] 𝐍𝐚𝐭𝐡𝐚𝐧𝐢𝐞𝐥 𝐀𝐫𝐯𝐢𝐧𝐨. Dia putri sahabat ayahku. Wanita keras kepala yang terus berkata bahwa dia membenciku. Dokter bedah umum yang angkuh, dingin dan sama sekali tidak mempunyai hati. Siapa dia...