Present
Mingyu Kim as Nathaniel Arvino
—
Vote and comment please.
***Keesokan harinya, Sera mengambil buku catatan IPA Nathaniel dari dalam laci meja dan langsung berdecak sambil menggelengkan kepala melihat catatan anak laki-laki itu yang tidak tersentuh.
Mungkin karena dia sudah mengatakan dia tidak perlu belajar giat untuk pelajaran IPA karena dia bukan dokter, Nathaniel benar-benar tidak mengerjakan ringkasan yang ditugaskan guru mereka kemarin.
Padahal jika dia tidak mengumpulkan pekerjaan rumahnya, dia tetap saja dihukum dan akan berpengaruh pada keseluruhan nilainya. Lalu Sera yang duduk di sebelahnya akan secara tidak langsung ikut mendapat masalah. Guru-guru akan memintanya untuk mengajari Nathaniel pelajaran tambahan sepulang sekolah, dan menyebabkan jam membacanya menjadi berkurang.
"Haa."
Sera pikir membantu Nathaniel sesekali—dan untuk jam membaca yang tidak dikurangi, sepertinya tidak masalah.
Dia lantas menulis ringkasan materi IPA yang ditugaskan guru mereka kemarin ke dalam buku Nathaniel, berusaha agar ringkasan yang dia tulis kali ini berbeda dengan ringkasan miliknya.
"Sera!"
Sera hampir menyelesaikan setengah dari ringkasannya ketika Sirenna—sahabatnya yang berbeda kelas dengannya duduk di bangku depan Sera sambil tersenyum dengan wajah sumringah.
"Sedang ap—oh? Kau mengerjakan tugas saat istirahat?" tanya Sirenna yang terkejut melihat Sera sedang membuat tugas dijam sekolah, padahal dia biasanya menyelesaikan tugas setelah pulang sekolah. "Tumben."
"Ini bukan punyaku." Jawab Sera.
Sirenna mengerutkan dahi. "Lalu?"
"Punya orang lain, aku membantunya meringkas karena dia tidak suka pelajaran IPA."
"Ohh.." Sirenna mengangguk, wajahnya yang polos terlihat sangat penasaran. "Siapa?"
Sera langsung tesentak, mendadak menghentikan tulisannya dan terdiam mendengar pertanyaan dari Sirenna. Dia dengan cepat mencari-cari nama seseorang yang cukup dekat untuk dia jadikan alasan, namun Sera benar-benar lupa, dia bahkan tidak pernah berbicara dengan ketua kelasnya sendiri.
"Em..."
"Kak Niel ya?"
Sera terkejut. "M-mana mungkin, aku saja tidak peduli padanya. Jangan bercanda Sirenna!"
Sirenna tertawa. "Tidak peduli? Kalau begitu, apa kau menyukainya?"
Sera menggelengkan wajahnya dengan panik. "Tidak! Tentu saja tidak. Kau bicara apa sih?"
"Benarkah? Lalu kenapa kau sering mengerjakan tugas Kak Niel dan mencatat ringkasan pelajaran di bukunya?"
Sera menjadi lebih terkejut lagi. Entah bagaimana Sirenna bisa tahu bahwa dia memang beberapa kali mengerjakan tugas Nathaniel, padahal dia sudah sengaja membuat tulisannya menjadi sedikit tidak bagus agar tidak dikenali.
"Tidak Sirenna, aku tidak—"
"Dua hari lalu aku meninjam buku Kak Niel dan tidak sengaja melihat tulisan yang rapi sekali, padahal tulisan Kak Nile sangat buruk sampai tidak bisa dibaca. Tapi melihat tulisanmu saat ini lucunya entah kenapa aku merasa tulisan kalian mirip, apa hanya perasaanku saja ya?"
Sirenna menghentikan perkataan Sera dan senyuman anak perempuan yang rambutnya diikat kepang dua itu semakin mengembang.
"Kau suka pada Kak Niel kan, Sera? Kau tidak bisa berbohong, kita sudah berteman sejak lahir."
Sera gugup, tidak sadar menggigit bagian tumpul pensil yang dia gunakan menulis dan memalingkan wajahnya untuk menghindari Sirenna yang menatapnya sumringah.
"Apa yang kau bicara sih Sirenna? Kita baru delapan tahun. Mana mungkin aku suka dengan Nathaniel, jangan bicara sembarangan." Ujar Sera, mencoba menjembunyikan suaranya yang gelagapan.
Sirenna menumpuhkan dagunya dengan kedua tangan di hadapan Sera, lalu membuat ekspresinya menjadi terlihat sedih.
"Aww, benarkah? Sayang sekali, padahal aku berharap kau benar-benar menyukai Kak Nathaniel."
Sera mengerutkan dahi bingung. "Kenapa kau berharap seperti itu?"
"Karena Kak Nathaniel itu kaku dan jahat di depan orang lain, tapi saat berhadapan denganmu, Kak Nathaniel jadi sangat tenang dan santai." Kata Sirenna, dia kembali tersenyum lebar.
"Aku senang melihatnya."
***
Enjoy!With love,
Nambyull
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's test all the Borderlines
RomanceArvino #01 [full 18+ chap on my KaryaKarsa] 𝐍𝐚𝐭𝐡𝐚𝐧𝐢𝐞𝐥 𝐀𝐫𝐯𝐢𝐧𝐨. Dia putri sahabat ayahku. Wanita keras kepala yang terus berkata bahwa dia membenciku. Dokter bedah umum yang angkuh, dingin dan sama sekali tidak mempunyai hati. Siapa dia...