Chapter 29

16.5K 2.1K 376
                                    

Vote and comments please.
***

          Nathaniel menatap handphone-nya cemas. Ini panggilan ke lima belas yang dia lakukan untuk menghubungi Sera hari ini, tapi wanita itu masih tidak terjawab, bahkan pesan yang Nathaniel berikan beberapa jam lalu hanya dibalas singkat olehnya.

Nathaniel bukan tidak tahu kebiasaan Sera yang selalu mengabaikan apapun saat sedang fokus bekerja, tapi sejak berada di London untuk pekerjaannya, perasaan Nathaniel tidak pernah tenang. Dia terus-terusan berpikir bahwa Sera bisa saja bertemu wanita lain yang mengaku-ngaku pernah memiliki hubungan dengannya, lalu kembali meninggalkannya.

Sejak dulu Sera tidak pernah tertarik apapun yang Nathaniel lakukan, meski tahu Nathaniel suka berhubungan dengan banyak wanita sekalipun Sera selalu terlihat tidak peduli, tapi minggu kemarin, untuk pertama kalinya Sera terlihat tidak senang mengetahui Nathaniel bisa saja menikah dengan seseorang.

Dan seolah-olah dia sudah tidak bisa menahan diri lagi untuk tidak kesal melihat Nathaniel bersama wanita lain, Sera menunjukan kemarahan yang membuat Nathaniel begitu bahagia sekaligus khawatir.

Nathanie sudah lama menantikannya, terlalu lama hingga dia sangat mengkhawatirkannya. Nathaniel ingin Sera menjadi miliknya dan sedikit lagi dia akan mewujudkannya, karena itu jika tiba-tiba Sera menjadi tidak peduli lagi, Nathaniel tidak tahu apakah dia bisa bertahan atau tidak.

"Sialan." Nathaniel menggeram frustasi.

"Kenapa kau tidak mengangkat telponku Sera."

Dia memijat dahinya sedikit keras, sama sekali tidak bisa berkonsentrasi pada sekretarisnya yang sedang membacakan laporan hasil peninjauan lokasi pembangunan, di depannya.

"Pak Nathaniel?" panggil sekretaris laki-laki berkacamata pada Nathaniel yang terlihat gelisah. "Anda baik-baik saja?"

"Laporkan padaku." Kata Nathaniel, masih menatap handphone-nya yang tidak menunjukan tanda-tanda pemberitahuan baru dan mengabaikan perkataan sekretarisnya.

"Maaf?"

Sekretaris itu mengerutkan dahi kebingungan, bukankah sejak tadi dia sudah membacakan laporan pada atasannya itu?

"Aktivitas Sera hari ini." Nathaniel mengangkat wajahnya, melirik dengan sorot mata tajam yang membuat sekretarisnya bungkam.

"B-baik Pak." Sekretaris itu gelagapan membuka halaman khusus untuk laporan yang diminta Nathaniel dari tabletnya.

"B-bu Sera tidak mendatangi rumah sakit pagi ini, jadwal beliau hanya mengisi seminar dan menemui beberapa professor dari Jepang untuk sesi tanya-jawab secara pribadi hingga sore, tapi beliau pulang lebih awal. Posisi terakhir Bu Sera sekarang ada di rumahnya, Pak."

"Siapa saja yang dia temui hari ini?" tanya Nathaniel.

"Dokter Ladyra Giovane, tiga dokter petinggi IDI, dan lima orang panitia acara seminar, Pak."

"Bagaimana dengan wanita yang dia temui dua hari lalu, apa kau sudah mendapatkan identitasnya?"

"Sudah Pak. Wanita itu adalah tunangan Septian Chandra, wakil presiden direktur dari PT. Sampoerna Djaya. Dia seorang dokter bedah di rumah sakit umum daerah, sekretaris bidang public relations IDI dan salah satu panitia publikasi seminar Bu Sera."

"Apa urusannya bertemu Sera?"

"Dari laporan yang saya terima, dia ingin mengajak Bu Sera untuk minum kopi bersama, Pak."

"Minum kopi bersama?" Nathaniel berdecak marah. "Kau bilang Sera syok saat bertemu dengannya kan? Cari tahu apa yang diinginkan wanita itu dan apa tujuannya."

Let's test all the BorderlinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang