Vote and comment please.
***23 tahun sebelumnya.
"Ibu guru permisi sebentar ya, ada rapat guru yang harus ibu hadiri. Kalian silahkan ringkas materi IPA (*ilmu pengetahuan alam) di halaman 25 dan 30 sampai istirahat. Besok akan dikumpulkan dan Ibu periksa."
"Baik Bu."
Murid-murid kelas 2.1 Primrose Elementary School dalam ruangan itu mengangguk patuh, meski dalam hati tersenyum senang karena dengan kepergian gurunya, mereka akan keluar dua puluh menit lebih awal dibandingkan kelas lain untuk istirahat.
"Ketua kelas, tolong jaga keamanan kelas ya." Pesan guru berambut sebahu yang merupakan wali kelas ruang itu sebelum permisi, dan beranjak keluar ruangan.
"Baik Bu."
Para murid mengangguk lagi, setelah itu beberapa murid mulai langsung berbicara dengan teman sepermainanya, berdiri dari bangku dan ada juga yang berjalan keluar ruangan kelas dengan begitu santainya karena sudah izin pada ketua kelas ingin ke toilet—padahal mereka berencana menuju kantin untuk mengambil tempat duduk sambil memesan makanan agar tidak keduluan murid lain.
Berbeda dengan citra kelas unggulan biasanya, murid-murid kelas 2.1 Primrose Elementary School adalah kelas yang paling kurang menunjukan antusiasme yang menggebuh-gebuh dalam belajar. Sebagian besar murid justru terlihat begitu santai seperti murid kelas lainnya, mereka bahkan suka sekali dengan jam kosong dan pergi ke kantin jika tidak ada guru.
Hanya ada beberapa orang saja yang terlihat sangat cocok dengan citra murid dari kelas unggulan dalam ruangan itu, dan Sera Aldarict adalah salah satunya.
Anak perempuan berusia delapan tahun berwajah manis dengan bentuk mata yang indah, serta rambut sepinggang itu sudah terkenal dengan kejeniusannya bahkan sejak TK.
Sera Aldarict yang merupakan putri sulung dari Sean Aldarict dan Hera Travoltra Aldarict—dokter bedah umum serta dokter bedah kardiotoraks yang cukup diperhitungkan di negri ini, sangat menyukai belajar.
Dia sudah bisa membaca pada umur 5 tahun ketika pertama kali masuk TK, sering memenangkan perlombaan seperti menulis, menggambar, memainkan musik sederhana, dan selalu menjadi juara satu dalam bidang pendidikan.
Perilakunya yang tenang, sopan serta jarang sekali terlihat berantakan juga menjadi nilai tambahan yang membuat semua orang begitu terkagum-kagum dengan jenis pola asuh yang diterima gadis kecil itu, sehingga dia bisa begitu sempurna—untuk ukuran manusia di usianya yang masih begitu muda.
Namun meski Sera Aldarict memang begitu mengagumkan, tapi sikapnya yang sangat dewasa mengkhawatirkan orang-orang di sekitarnya, termasuk kedua orang tuanya.
Anak perempuan itu sangat ambisius, terlalu ambisius hingga dia ingin sempurna dalam hal apapun, dingin, tidak peduli segala hal yang tidak berguna untuknya, dan begitu apatis.
Dia jadi tidak punya teman bermain, atau berbicara dengan sispapun di sekolah selain Arvino's twins dan saudara kandungnya. Orang-orang nyaris terlalu takut mendekatinya atau mencoba berbicara dengannya, karena takut Sera akan marah atau merasa tidak nyaman dengan kehadiran mereka semua.
"Hei, bangun." Panggil Sera setelah menyelesaikan tugas yang wali kelasnya berikan beberapa saat lalu, pada teman sebangkunya yang sedang tidur beralaskan kedua tangan yang terlipat di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's test all the Borderlines
RomanceArvino #01 [full 18+ chap on my KaryaKarsa] 𝐍𝐚𝐭𝐡𝐚𝐧𝐢𝐞𝐥 𝐀𝐫𝐯𝐢𝐧𝐨. Dia putri sahabat ayahku. Wanita keras kepala yang terus berkata bahwa dia membenciku. Dokter bedah umum yang angkuh, dingin dan sama sekali tidak mempunyai hati. Siapa dia...