Chapter 27

26.5K 2K 291
                                    

Vote and comments please.
***

         "Baiklah, aku mengerti. Katakan pada Helios aku yang akan mengurusnya."

Samar-samar Sera mendengar suara pria yang menggerutu di antara tidurnya. Membuatnya perlahan membuka mata dan menoleh ke arah balkon kamar hotel, tempat asal suara itu terdengar.

"Lalu, adakan rapat siang ini dengan penanggung jawab proyek pembangunan Sidney. Aku belum mendapat revisi desain arsitektur kondotel (*Kondominium hotel) di Darling Harbour sejak sepuluh bulan lalu. Bilang pada mereka kalau kali ini mereka tidak juga memberikan desain yang bagus, aku akan langsung melempar mereka semua ke jalanan."

Sera menemukan pria yang tadi malam membuatnya melewati batas berada di sana, menggunakan bathrobe hotel, membelakanginya, bersandar pada pembatas balkon dan sedang berbicara melalui sambungan telpon dengan seseorang yang sepertinya adalah bawahannya.

Dia terdengar kesal sekaligus tegas, sisi yang belum pernah Sera lihat sebelumnya, pria itu memperlihatkan dengan jelas seberapa kompeten dia pada pekerjaannya.

Tanpa sadar Sera jadi tersenyum, membalikan tubuhnya untuk menghadap Nathaniel dan semakin menatap pria itu.

Perasaan menggelitik memenuhi rongga dadanya. Semalam ada begitu banyak kejadian yang membuat Sera jadi begitu egois. Dia juga terkejut bisa berpikir bahwa Nathaniel sudah seharusnya jadi miliknya, seolah semuanya tidak nyata.

Namun Sera tidak menyesal, dia juga tidak merasa harus menyayangkan karena penantian panjang milik pria itu membuatnya terharu dan sedikit... bahagia.

Sudah berapa lama tepatnya pria itu menunggu?

Padahal Sera selalu mendorongnya menjauh dan membangun dinding yang begitu tinggi hingga nyaris tidak tertembus, tapi Nathaniel tetap saja menunggu, dia mengunggu seperti orang bodoh, atau air yang menghancurkan batu di pantai..... sangat mengagumkan.

"Baik, aku juga akan bertemu Pak Romeo sore nanti untuk membahasnya. Suruh sekretariku untuk menyiapkan laporannya."

Ketika suara Nathaniel yang berbicara dengan bawahannya mulai terdengar tenang, dia berbalik, dan terkejut mendapati Sera telah bangun dari tidurnya. Wanita itu menatap Nathaniel dengan wajah malu-malu dari atas tempat tidur.

"Apa hari ini aku ada jadwal makan malam?" Tanya Nathaniel di sambungan telpon, ujung bibirnya terangkat.

"Bisa kau batalkan? Kirimkan souvenir dan katakan kalau aku minta maaf karena tidak bisa hadir dalam perjamuan Pak Mentri, aku ada urusan penting. Aku akan ke kantor dalam dua jam, jadi persiapkan semua laporan yang lain."

Segera setelah mematikan sambungan telponnya, Nathaniel berjalan ke arah Sera. Duduk di sisi tempat tidur wanita itu dan memberikan ciuman ringan di bibir, hidung dan dahinya.

"Tidur nyenyak?" Nathaniel berujar dengan suara lembut.

Sera mengangguk, wajahnya menanas. "Hmm."

Nathaniel menunduk dan mencuri satu ciuman lagi di bibir Sera. "Sarapan? Aku sudah minta pihak hotel menyiapkannya tadi. Mau aku bawakan ke kasur?"

"Tidak, aku makan di meja makan saja."

Sera bangkit dari tempat tidur, berusaha menekan jantungnya yang berdebar keras, sampai-sampai dia takut Nathaniel bisa mendengar suara jantungnya, lalu mengambil salah satu baju yang masih berserakan di lantai dan memakainnya.

"Itu kemejaku." Kata Nathaniel sambil menaikan sebelah alisnya.

Sera mengerjapkan mata. "Jadi?"

"Such a tease."

Let's test all the BorderlinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang