Jia melajukan mobilnya ke arah rumah Alfath, ia tak berhenti menangis di dalam mobilnya hingga ia berhenti tepat depan rumah Alfath dengan perasaan yang masih tercampur aduk ia menarik nafas sedalam mungkin lalu mengusap air matanya dan mulai memasuki rumah Alfath dengan senyuman palsu yang ia berikan pada bunda Alfath.
"eh mantu bunda udah dateng, mana Alfath??? Katanya tadi mau jemput kamu" bunda Alfath berjalan mendekati Jia.
"waduh aku juga kurang tau tuh bun, soalnya tadi langsung kesini waktu bunda telfon... Oh iya hari ini ada acara apa ya Bun?? Kok aku ga di kasih tau sih????"
"Ada deh, Alfath suruh bunda rahasia im soalnya.... yasudah kalau begitu, ayo ke dapur bantuin bunda bikin masakan ya sayang???" bunda menarik Jia ke dapur.
"kenapa di rahasia in sih??? Kan kalau bunda kasih tau nanti aku bisa bantuin beresin meja dan sebagainya" ucapnya sembari memanyunkan bibir.
"udah ah, nurut aja sama Bunda...."
"bundaa Alfath pulang!! Bunda di mana?" Alfath membuka pintu sambil berlari ketika melihat mobil Jia sudah terparkir di teras rumahnya.
"bunda di dapur sama Jia!!, ke sini aja Fat!!" saut bunda dari dapur.
Jia menghela nafas berat sembari memotong beberapa sayur untuk di tumis bersama daging. Di sisi lain Alfath menghembuskan nafas lega, ia berjalan ke arah dapur sambil mengeluarkan cincin yang baru saja Jia berikan padanya di tepi jalan. Ia berhenti di depan meja yang di duduki Jia.
"bun, Jia ga cerita sesuatu ke bunda atau bilang apa gitu???" tanya Alfath menghampiri bundanya.
Bunda menghentikan pekerjaannya dan menatap Jia sejenak, " cerita apa memangnya? Bunda dari tadi sibuk sama Jia di dapur Fat... Tapi bunda lihat mata Jia sembab kaya habis nangis sih...."
"jadi gini bun aku cerita in dari awal ya??? Jadi ceritanya itu, tadi aku ketemu sama Aruna di pinggir jalan waktu mau ke rumah Jia, kan tadi Bunda suruh aku jemput Jia kan??? Nah dia atau si Aruna ini kena jambret kayaknya ya, aku sebagai orang baik turun lah dari mobil dan nolongin dia, tapi jambret nya keburu pergi jadi aku ga bisa ngejar jambretnya dong??? tiba-tiba Aruna megang tangan aku bun, ya aku biarin aja mungkin dia lagi takut atau shok kan kita ga ada yang tau kan??? Nah berselang 5 menit Jia dateng pake muka marah tiba-tiba nampar Aruna... Aku tau mungkin dia kesel sama Aruna atau udah bosen lihat Aruna jadinya cek-cok lag mereka di sana. Aku ajak Jia pulang ke rumah lah biar dia ga lihat Aruna... Eh malah bilang kalau aku mau ngelindungi si Aruna, cincinnya di kasih ke aku sambil marah-marah ga jelas" ucapnya sambil menatap Jia dengan menaik-naik kan alisnya.
"mangkanya dari tadi mantu bunda ini diem aja, ya ngga sepenuhnya salah Jia juga Fat, tapi ya bukan salah kamu juga. Bunda ga bisa ikut lebih jauh tentang hubungan kalian berdua... tapi kalau boleh saran, bunda cuma mau bilang seumpama ada masalah ya di selesaikan dulu, ya???? Jia kalau Alfath ada salah jangan langsung pergi gitu aja ya nak??? Bunda tau mungkin kamu lagi emosi di situ tapi kunci suatu hubungan tuh kepercayaan sayang.... tapi Alfath juga kalau sudah di beri kepercayaan sama Jia jangan kamu sia-siakan ya??? Sudah sekarang mending kalian baikan dulu ya... Bunda tinggal beli barang dulu di luar ya???"
"iya Bun... Maafin Jia ya??" saut Jia sambil menatap cincin yang di pegang Alfath.
"minta maafnya sama Alfath dong sayang, masa yang berantem kalian minta maafnya sama Bunda???" ucapnya meninggalkan Jia dan Alfath di dapur.
"masih mau pake cincinnya gak??? Atau mau di jual aja nih cincinnya??" Alfath mencoba menggoda Jia.
Jia hanya mengulurkan tangannya sambil menggerakkan jari manisnya. Alfath hanya bisa tertawa melihat tingkah laku pacarnya itu, ia memasangkan cincin itu kepada pemiliknya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFATH
Teen Fiction"lebih baik aku tenggelam dalam pelukmu, dari pada aku tenggelam dalam laut penyesalan. Ucapan ku memang tak semanis gula namun aku dapat menepati janjiku untuk mu" - Raden Alfath mahavira ...