Bab 38

9 1 0
                                    

Ucap Jonathan menjelaskan sedikit kisahnya dengan Jia, ia kini hanya bisa menatap Jia yang bersembunyi di balik badan Alfath. Menghela nafas panjang ia berusaha membujuk Alfath agar Jia mengenakan cincin yang ia belikan untuknya.

"Ji... Gue tau, mungkin ini juga salah gue. Karena gue ga pernah bilang ke orang rumah kalau gue punya cewe, penyesalan selalu datang di akhir kan?? Gue mohon sama lo buat pake cincin ini Ji, gue cuma bisa berharap lo masih suka sama cincinnya.... Tujuan gue udah beda dari tujuan utama. Yang awalnya gue mau ngelamar lo sekarang gue harus ngelepasin lo sama adek gue sendiri Ji" Jonathan memberikan kotak cincin yang sudah terbuka ke tangan Alfath.

"kenapa lo ga pernah bilang sama gue sih bang??? Kalau seandainya lo bilang dari awal dia cewe lo, ceritanya ga akan jadi kaya gini bang. Dia bakal tetep jadi cewe lo... Tapi mulai sekarang gue harap lo bisa lupain dia ya bang?? Kalau emang lo sayang sama Jia, please lepasin dia bahagia sama gue... Gue tau kebahagiaan dia juga kebahagiaan lo kan??" Alfath memasangkan cincin itu ke tangan Jia.

"gue ga bisa bahagiain dia Fat, jadi gue harap lo bisa bahagiain dia ya?? Btw kamu udah hamil berapa bulan?? Aku boleh sekedar denger detak jantungnya ga?? Kalau emang ga boleh juga gapapa" ucap Jonathan menatap Jia yang keluar dari balik Alfath.

Alfath menatap Jia, ia mengisyaratkan supaya Jia percaya dengan Jonathan untuk mendengar suara detak jantung anaknya yang berada di dalam rahim itu, Jia mengangguk ke arah Jonathan. Lalu membiarkan Jonathan mendengarkan detak jantung dari anak Jia bersama sang adik, ia tersenyum mendengarkan beberapa denyutan dari luar perut Jia.

"anak lo kembar Fat?? Degup jantungnya berdetak saling bersautan soalnya" tanya Jonathan bangkit sambil menatap tangan Jia yang kini sudah mengenakan cincinnya.

"iya bang, anak gue kembar... Kelaminnya cowo. Baru aja gue periksa ke ruma sakit sama Jia" Alfath mengajak Jia duduk di atas sofa di ruang tamu.

"lo bisa anggap anak gue sebagai anak lo juga kok bang, gimana pun lo tetep abang gue... Walaupun kita ga se ayah kan??" sambungnya.

"iya Fat, makasih... Oh iya bun aku mau ngasih sedikit berita duka sewaktu aku tinggal di US sama papa... Jadi berita dukanya. Papa udah meninggal Bun, makanya aku balik ke sini untuk selamanya... Perusahaan papa di sana bakalan aku kontrol dari sini" ucap Jonathan dengan nada lembut ke arah Bundanya.

Dengan wajah yang mengisyaratkan bahwa ia sangat bersedih, Jonathan langsung berdiri lalu memeluk sang ibu dengan hangat. Walaupun sudah berpisah selama puluhan tahun rasanya masih sakit ketika menerima kabar Jika mantan suaminya kini telah tiada. Jonathan mengusap-usap punggung Bunda sambil terus menguatkannya.

"Jo tau bunda pasti sedih banget, sebenernya Jo ga mau ngasih kabar ini ke bunda... Tapi kalau terus di simpen juga kan ga enak bun rasanya" ucap Jonathan melepaskan pelukannya.

"iya sayang, gapapa... Bunda juga harus belajar mengikhlaskan kepergian seseorang kan?? Bunda juga paham betul apa maksud kamu nak" ucap bunda mengusap air matanya.

Mereka menghabiskan waktu di ruang tamu, entah sekedar mendengarkan cerita Jonathan semasa ia tinggal di US bersama papanya, atau hanya sekedar saling berbagi cerita satu sama lain. Jonathan tak melepaskan pandangannya dari Jia, ia menatap Jia sambil tersenyum lalu mengalihkan pandangannya ke Alfath. Begitu pun dengan Alfath, ia tak melepaskan genggaman tangannya dari Jia.

Jonathan menatap perut Jia lalu melemparkan beberapa pertanyaan ke Alfath "itu perkiraan lahirnya bulan apa Fat??? Apa masih lama?? Ga sabar mau lihat anak-anak lo sama Jia"

"kalau perkiraan dokter ya bulan februari sih bang, masih tahun depan... Kurang 4 bulan lagi lah palingan" jawab Alfath sambil mengusap perut Jia.

"owhh gitu ya?? Kalau ada apa-apa atau sekedar butuh apa-apa jangan segan-segan buat minta tolong sama gue ya Fat, Ji?? Gimanapun juga gue abang lo berdua sekarang. Yang terbaik buat kalian berdua pasti yang terbaik juga buat gue" Jonathan hanya bisa melihat Jia dari kejauhan tanpa bisa menyentuhnya lagi.

ALFATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang