Matahari mulai terbenam, bunda Alfath tak kunjung datang sampai terdengar suara pintu terbuka dari luar. Bunda Alfath langsung berjalan menghampiri Jia di wastafel dapur, ia menghela nafas sambil mengeluarkan se botol minyak kayu putih dan mengambil segelas air.
"masih mual? kalau masih mual sini bunda balurin minyak kayu putih" ucap bunda membawa minyak kayu putih dan segelas air.
"udah engga kok bun, tapi masih mual dikit banget. Selama Alfath ga deket-deket sama aku rasa mual nya ga akan datang lagi"
"sudah di tes??" tanya bunda sambil memberikan segelas air.
"tes apa bun?" Jia mengambil gelas yang di berikan oleh bunda Alfath, ia meminum air itu sambil mengangkat satu alis nya.
"bunda bawa ini, sekarang kamu pergi ke kamar mandi untuk tes... Cara pakainya ada di belakangnya" Bunda memberikan tespack pada Jia.
"bunda.... Aku takut" ucap Jia mengambil tespack yang diberikan bunda Alfath.
"kalau ga di coba pasti ga bakal tau kan?, Coba dulu sayang"
Jia berjalan ke arah kamar mandi, di sisi lain Alfath dan bundanya sedang menunggu hasil dari tespack Jia. Saat Jia keluar dari kamar mandi ia menunjukkan wajah sedih pada mereka berdua, bunda Alfath menghampiri Jia lalu memeluknya.
"gimana sayang hasilnya, kok wajah kamu kelihatan sedih begitu hmm....? Negatif ya?" ucap bunda sambil merapihkan rambut Jia.
"maaf ya bun, aku..." Jia menunjukkan hasil tespack pada bunda Alfath.
Bunda Alfath melepas pelukannya lalu melihat hasil tespack milik Jia, bunda Alfath menghela nafas panjang lalu memeluk Jia dengan erat kembali. Alfath menatap bingung pada dua orang tersebut perlahan ia mendekati Jia dan bundanya lalu melihat hasil tespack milik sang istri.
"are you pregnant honey? bun.... she's pregnant" Alfath mencium kening Jia lalu menggendong sambil memutar-putarkan badannya.
"fat pelan-pelan, nanti cucu mama kaget kamu gituin" bunda Alfath menepuk pelan punggung anaknya.
"temen-temen aku harus tau kalau kamu hamil sayang ku, dan temen-temen kamu juga harus tau pastinya" Alfath mengeluarkan handphone nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFATH
Genç Kurgu"lebih baik aku tenggelam dalam pelukmu, dari pada aku tenggelam dalam laut penyesalan. Ucapan ku memang tak semanis gula namun aku dapat menepati janjiku untuk mu" - Raden Alfath mahavira ...