bab 29

16 2 0
                                    

Setelah merayakan ulang tahun nya di rumah Alfath, Jia memutuskan untuk pulang dan merayakan bersama orang tuanya di rumah. Sekaligus untuk menyiapkan kekurangan untuk pernikahannya yang akan datang.

" Fat, aku pulang dulu ya??  soalnya aku mau ngerayain di rumah bareng mama sama papa. Kalau kamu mau ikut gapapa kok" ucap Jia mencium tangan bunda Alfath.

"kok buru-buru banget pulang nya nak? ada keperluan ya di rumah?"

" mama udah nyuruh aku pulang bun, buat nyari mua yang top di sini"

"owh begitu, jadinya mau pakai adat apa setelah ijab qobul? Biar bunda cariin hari ini"

"sunda aja ya Fat??? Biar kamu jadi aa sunda yang kasep pisan euy" tanya Jia melihat Alfath di sampingnya.

"jawa aja Ji, kalau sunda tuh kaya aneh banget di aku.. kaya kurang cocok aja gitu" saut Alfath.

"pleas deh, aneh darimana nya coba??? Kasep tau Fat"

"ya aneh lah, kalau jawa tuh simpel dan kelihatan elegan sayang... Kaya dari keraton tau ga??"

"Mun teu nyaho kana adat Sunda, cicing!" ucap Jia mendorong sedikit tangan Alfath.

"koen nek ga ngerti adat Jawa, yo meneng o pisan!!!" balas Alfath mendorong pelan tangan Jia.

"oh rék ngalawan? kadieu saha nu sieun" Jia melipat lengan bajunya.

"ayo kene, aku yo ga wedi" Alfath menghampiri Jia lalu menatap sinis wajahnya dengan dekat.

Bunda hanya bisa menghela nafas panjang ketika melihat kedua orang di depannya meributkan adat pernikahan apa yang akan di masukkan dalam pernikahannya.

"pake Betawi aja ga sih???" ucap Andhira yang ikut menonton mereka berdua.

"meneng!!!"......."cicing!!!" ucap Alfath dan Jia bersamaan.

"tante, aku takut... Mereka kaya orang gila tante, please tolongin aku tante" Andhira bersembunyi di balik badan bunda Alfath.

"udah-udah!! Cuma adat aja sampe ribut kaya gini, mending ga usah aja ya?" ucap bunda melerai keduanya.

"yaudah bun, mending gitu aja..." Alfath membalikkan wajahnya.

"aku juga setuju bun!! Mending ga usah aja" Jia juga ikut memalingkan wajahnya.

"nak Jia tadi katanya mau pulang? di anterin Alfath aja ya? Nanti takutnya terjadi yang enggak-enggak sama kamu"

"iya, nanti kamu luka lagi kaya waktu itu... Aku ga mau kamu luka. Bayangin aja ya kalau kamu terluka, terus nanti siapa yang lukain aku? Siapa yang aku ajak berantem nanti?" ucap Alfath sambil mengambil kunci mobil di atas meja.

"liat nih bun, Alfath malah doain aku kenapa-kenapa... Yaudah kalau gitu Jia pamit pulang dulu ya bun tunggu tanggal 27 nanti Jia tidur di sini sampe tua" Jia mencium bunda Alfath lalu berjalan keluar, di buntuti kedua temannya.

”ya engga lah gila, kita punya rumah sendiri nanti... Udah aku cariin tinggal survei aja” saut Alfath.

”SUMPAH???? KENAPA GA BILANG DARI AWAL SIH??” tanya Jia melotot ke arah Alfath.

”kan syarat dari papa kamu kaya gitu Ji, punya rumah sendiri... Terus apa ya?? Lupa aku” Alfath menggandeng tangan Jia keluar dari rumahnya

Saat Jia masuk mobil ia melihat satu kantung kresek penuh dengan tisu tapi ia tak menghiraukannya, pandangannya tertuju pada Alfath yang masih sibuk mencari sabuk pengamannya.

"kenapa Fat??? Ada yang kelupaan??" tanya Jia sambil kebingungan.

"sabuk aku mana ya? Kok dari tadi aku rasa-rasa di belakang ga ada"

ALFATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang