Mereka berhenti di restoran barbeque, Jia memilih tempat duduk paling ujung lalu memanggil waiters untuk memesan menu mereka, setelah waiters pergi meninggalkan mereka Jia membuka suaranya.
"fat, gue mau ngomong sesuatu boleh??? Topiknya agak sad dikit nih dari prediksi awal"
"Ya gapapa.... Emangnya lo mau ngomong apa??? Cerita aja sama gue, kalau mau di pendam sendirian juga ga enak kan??"
Jia menggenggam tangan Alfath dengan erat. "Fat.... Kalau misalnya nih ya... Masih misalnya, gue nih sakit.. terus ga ada yang bisa di lakuin lagi buat sembuhin gue selain buat gue happy sampe akhir hayat... Lo masih mau ga sama gue??? Atau lo masih mau nikahin gue ga??? Kalau seumpama gue penyakitan kaya gitu??”
"lo bercandain gue? Bercanda lo ga lucu sama sekali, kalaupun memang lo punya suatu penyakit yang ga bisa di sembuhin sekalipun... Gue bakalan terus ada di sisi lo ngasih semangat setiap harinya” Alfath tertawa geli saat Jia mengatakannya.
"fat lo seriusan ngucapin ini ga??? Nanti lo bohongin gue kaya yang lainnya lagi???” Jia memiringkan kepalanya sambil menatap mata Alfath.
Alfath terdiam lalu menggenggam balik tangan Jia. ”gue akan berusaha buat lo biar lo happy setiap harinya Ji... Dan gue juga akan cari cara supaya lo bisa sama gue setiap harinya.... Ini cuma perumpamaan kan?? Ga beneran kan??” tanya Alfath mengusap wajah Jia.
”kita ga akan tau gimana kedepannya kan Fat??? Maka dari itu gue buat perumpamaan ini... Siapa tau salah satu dari kita sakit dan ga bisa di obatin lagi kan??? Tapi siapa juga yang bisa buat perumpamaan itu jadi kenyataan??? Aku ngomong kaya gini tuh cuma antisipasi aja”
Alfath hanya terdiam, lalu tersenyum kepadanya. "Antispasi lo kelihatan aneh tau ga??? Dimana-mana tuh antisipasi tuh mencegah Ji bukan cerita konyol kaya gini tau ga??? Atau jangan-jangan lo punya penyakit kaya apa yang lo ceritain barusan ya???” tanya Alfath memiringkan kepalanya menatap Jian
Jia hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Alfath hanya bisa mencerna kata-kata yang di keluarkan Jia dari mulutnya berusaha memaklumi posisi yang di alami Jia sama seperti yang ia rasakan sekarang. Tapi ia tak seberani Jia untuk mengungkapkan cerita seperti ini. Makanan yang mereka pesan kini tiba, keduanya memakan makanan itu dengan mata yang saling menatap satu sama lain. Entah apa yang merasuki Alfath hingga ia berpindah posisi lalu memeluk Jia dengan hangat, Jia mengerti apa yang diberikan Alfath kepadanya agar dirinya tak berfikir jauh dan membuat dirinya semakin tak terkendali.
"udah selesai makannya??? Masih mau cerita lagi ga???" Alfath menatap Jia yang masih mengusap mulutnya dengan tissue.
"Engga deh... Mau langsung pulang aja ga???" Jia mengambil handphone lalu bercermin.
"hahaha... Harus banget ya habis makan pedes ngaca kaya gitu? Mau lo nahan pedes ampe ingusnya kemana-mana juga tetep cantik" Alfath terkekeh sambil meninggalkan restauran barbeque itu.
”tai lo Fat!!... Asal lo tau ya, princess secantik gue ini juga bisa jelek tau ga lo?? Kalau lagi kepedesan kaya gini bibir gue kaya habis di sulam tau ga lo??”
Alfath teringat dengan apa yang harus ia lakukan hari ini, ia menoleh ke arah Jia lalu menarik tangannya agar tidak menghalangi orang berjalan, Alfath mengeluarkan kotak cincin dari dalam sakunya lalu berlutut di hadapan jia.
"Ji... Sekarang gantian gue yang mau ngomong sesuatu sama lo, we've known each other for a long time right??? And i think 4 years is enough for us to know? now I want to be serious with you. would you exchange rings and enter into a marriage relationship with me?" Alfath berlutut ke arah Jia dengan kotak cincin di hadapannya. Semua orang melihat mereka berdua berharap Jia menjawab iya pada pertanyaan Alfath....

KAMU SEDANG MEMBACA
ALFATH
Dla nastolatków"lebih baik aku tenggelam dalam pelukmu, dari pada aku tenggelam dalam laut penyesalan. Ucapan ku memang tak semanis gula namun aku dapat menepati janjiku untuk mu" - Raden Alfath mahavira ...