Gio pulang dengan perasaan kecewa dengan dirinya sendiri, mengapa ia tak mengatakan bahwa ia sangat mencintai Jia? Jika terlambat ini adalah jawaban dari semuanya. Ia memasuki kamarnya lalu menguncinya rapat-rapat agar tak ada yang mengganggu nya sejenak, ia berjalan ke arah kaca dekat meja belajarnya. Sejenak ia menatap wajahnya di dalam kaca lalu membuang semua benda yang berada di depannya.
"LO GOBLOK BANGET GI!! GOBLOK BANGET!! Kenapa gue harus suka sama Aruna!?!? Kenapa!???" Gio menarik kaca yang ada di depannya hingga terjatuh dan pecah.
Di sisi lain Alfath telah mengantarkan Jia pulang ke rumahnya, saat perjalanan pulang ia merasa ada sesuatu yang keluar dari hidungnya. Sontak ia langsung mengambil tissue yang berada tak jauh darinya lalu mengelap darah yang keluar dari hidungnya itu. Ia seperti tak terkejut dengan apa yang baru saja ia alami itu, seperti sudah terbiasa dengan kejadian ini.
"keluar lagi ya? Pas banget Jia udah pulang" Alfath menyumbat hidungnya dengan tissue.
"andai lo tau Ji, kalau gue penyakitan wkwkwk..."
Alfath melajukan mobilnya tapi tak mengarah ke rumah, ia melajukan mobilnya mengarah ke rumah sakit. Ia memarkir mobilnya lalu berjalan kedalam rumah sakit itu dengan tenang dan tissue yang masih tertancap di hidungnya ia memasuki ruangan dokter, dengan tenang ia menyapa dokter tersebut tanpa merasa ada beban.
"hai dok, apa kabarnya? Baik kan?" Alfath duduk tepat di depan dokter tersebut.
"Alfath? Kemana saja kamu? Sudah sembuh ya mangkanya tidak pernah cuci darah lagi??? Bagaimana kabarnya??" dokter tersebut terkejut ketika melihat Alfath yang sudah duduk di hadapannya.
"mau sembuh gimana dok??? Saya kan udah ga bisa sembuh, peluangnya cuma kecil... Mads dokter lupa sih??"
"oh iya saya lupa, maaf ya?? Apa itu?? yang ada di hidung kamu??" dokter menunjuk sumpalan tissue yang menempel di hidung Alfath.
"oh ini dok? Tadi saya mau pulang tapi pas masih di jalan tiba-tiba mimisan lagi, makanya saya kesini... Kangen sama dokter soalnya wkwkwk" Alfath melepaskan sumpalan tissue itu dari hidungnya.
"Mau sampai kapan kamu kaya gini Fat?? Saya kan sudah berjanji sama papa kamu.... Kalau kamu nakal seperti ini saya jadi tidak bisa menepati janji saya Fat..." ucap dokter mulai memeriksa keadaan Alfath.
"Dok.... Kalau saya boleh tanya nih ya.... Kira-kira berapa lama lagi waktunya??? Kalau boleh tau nih dok" ujar Alfath menarik nafas panjang.
"apanya yang berapa lama lagi fat? Jadwal cuci darah??? Hari ini juga bisa kalau kamu mau" dokter berjalan ke arah rak obat.
"waktu saya hidup lah dok, masa masa jabatan dokter sih??? Emang pertanyaan saya mengarah ke mana??" tanya Alfath sembari melihat dokter mengambil beberapa jarum suntik.
"Kamu ini ngomong apa sih Fat??? Kamu tidak ingat perjuangan orang tua kamu??? Mereka berjuang supaya kamu bisa menjalani kehidupan ini bersama mereka, dan sekarang dengan gampangnya kamu bilang kaya gini??? Jangan lupakan perjuangan kedua orang tua kamu.... Buat itu sebagai inspirasi dan semangat hidup!!" Ucap Dokter tersebut sembari berjalan mendekati Alfath
"Bener juga apa kata dokter, tapi ya sebenernya saya ini capek dok kalau harus kaya gini terus... Bayangin ya dok ini semua harus saya alami dari kecil dok!!! Dari waktu saya umur 10 dok!!!" jawab Alfath sambil berusaha menenangkan dirinya.
"Terus sekarang kamu mau nyerah gitu aja??? Saya tau Fat, ini semua kelihatan berat buat kamu... Tapi ada banyak anak di luar sana yang masih semangat bahkan mereka tak menghiraukan mereka sedang mengidap penyakit berbahaya sekalipun!! Karena mereka punya semangat untuk menjalani hidup Fat.... Walaupun mereka tau kalau keadaan mereka tidak seperti yang lain" dokter mulai menyuntikkan beberapa suplemen ke Alfath, berharap semoga Alfath bisa kuat seperti sediakala.
"dok, saya ke sini cuma mau ngasih ini, sama cek kesehatan" Alfath mengeluarkan secarik kertas yang di sampul dengan amplop pink bergambar boneka beruang.
"apa ini? Mau di kasih ke siapa???" dokter menerima surat itu dengan bingung.
"kalau suatu saat saya udah ga ada, dokter tolong kasih ini ke orang yang namanya Jia "
"fat, apa kamu yakin??? Ini masih bisa di ubah Fat... kamu masih bisa bersama dengan orang-orang tersayang kamu..."
"dokter ga usah khawatir sama aku!! Dokter tuh udah kaya papa kedua aku tau ga?? Makasih ya dok... Dokter udah mau rawat aku selama 12 tahun lamanya... Bahkan dokter rela ga tidur buat jagain aku" ucap Alfath memeluk dokter tersebut.
"dengan cuci darah terus kamu pasti bisa bertahan Fat.... percaya sama saya ya???" dokter meletakkan suratnya di atas meja, lalu menatap Alfath yang sibuk mengelap darah yang terus keluar dari hidungnya.
"dok.. saya juga cape kaya gini terus, mungkin dengan ini saya bisa tenang sejenak. Menikmati hari-hari saya bersama sosok yang sangat saya sayangi"
"tapi jika kamu rajin mencuci darah bisa saja kamu akan terus bersama dengan dia Fat, ambil keputusan yang tepat"
"dok.. keputusan saya sudah bulat, kalaupun saya terus cuci darah sepanjang hidup saya, Jia pasti ga akan mau sama saya dok. Dia pasti memilih untuk meninggalkan saya" Alfath beranjak dari tempatnya mengarah ke arah pintu keluar ruangan itu.
"semoga keputusan kamu menjadi yang terbaik ya Fat?? Doa saya menyertai kamu setiap harinya"
"iya dok... Makasih ya!!"
Alfath keluar dari ruangan itu, ia berjalan menuju lobby rumah sakit. Saat berjalan ia tak sengaja bertemu dengan Fazzwan yang nampaknya baru saja keluar dari dalam kamar di rumah sakit itu.
"FAT!!! lo ngapain di sini? Keluarga lo ada yang sakit?" teriak Fazzwan dari salah satu sudut ruangan di sana.
Alfath gelagapan ketika mendengar suara Fazzwan memanggilnya, bagaimana tidak gelagapan ia masih terus mengusap darah yang masih mengalir dari hidungnya. Fazzwan berjalan ke arah Alfath yang mulai menjauhinya.
"Fat, mau kemana sih lo??? Jawab pertanyaan gue dulu!!" Fazzwan menepuk pundak Alfath.
Sontak Alfath berbalik menghadap Fazzwan yang baru saja menepuk pundaknya, ia berbalik sambil terus mengusap hidungnya dengan tissue.
"hehehehehe.... Gu-gue a-anu.... Gue jenguk adiknya bunda yang baru lahiran" ucapnya ter patah-patah melihat Fazzwan.
"Fat...bunda lo anak terakhir, mana mungkin punya adik. Lo mimisan? Sakit apa lo??? Kenapa ga pernah bilang sama gue??"
"gue ga sakit, ini tadi cuma kepentok tembok aja di depan.... masa lo ga percaya sih sama gue??? Percaya lah masa ga percaya sih???"
Fazzwan menatap curiga Alfath yang berkata gelagapan seperti sedang menyembunyikan sesuatu, ia menarik Alfath berjalan ke arah taman rumah sakit untuk berbicara.
"Fat, lo ga biasanya bohong kaya gini... Duduk sini terus cerita sama gue!! Cerita ke gue atau gue teror lo??"Fazzwan mendorong Alfath untuk menduduki kursi yang berada di belakangnya.
"huhh.... Kayaknya gue emang harus cerita sama lo deh wan, jadi gini gue kesini karena mau konsultasi sama dokter yang udah ngerawat gue dari awal gue sakit. Mungkin Lo pasti bingung gue sakit apa, sekarang gue jawab pertanyaan lo itu jadi gue kena gagal ginjal akut dari usia 10 tahun, banyak yang shok sama apa yang gue alami waktu itu tapi semua berjalan dengan baik sering waktu. Gue mau lo jaga rahasia ini dari Jia ya? Gue ga mau bikin hati dia hancur gara-gara gue wan"
"sorry ya fat kalau selama ini gue banyak salah sama lo, Gue janji bakal jaga rahasia ini dari Jia" Fazzwan memeluk sahabatnya itu dengan hangat.
"kenapa lo tiba-tiba kaya gini?? Gue masih hidup anjing!!! Belom mati!! Dan gue ga perlu lo peluk kaya anak lo sendiri kaya gini" Alfath mendorong Fazzwan menjauh darinya.
"jangan ngasih tau yang lain juga ya??? Gue mau cuma lo dama Falan aja yang tau"
"iya-iya Fat... Ga akan gue bilangin sama yang lain"
"makasih ya bro udah mau ngertiin gue, semoga aja part nya pas sama yang gue rencanain ya"
"maksud lo?" Fazzwan mengerutkan keningnya.
"suatu saat nanti lo pasti tau jawabannya" Alfath berjalan meninggalkan Fazzwan yang masih bingung dengan ucapannya, apa yang sebenarnya sedang di rencanakan Alfath? Fazzwan hanya bisa menghela nafas panjang ketika melihat Alfath berjalan meninggalkannya.
.......................

KAMU SEDANG MEMBACA
ALFATH
Teen Fiction"lebih baik aku tenggelam dalam pelukmu, dari pada aku tenggelam dalam laut penyesalan. Ucapan ku memang tak semanis gula namun aku dapat menepati janjiku untuk mu" - Raden Alfath mahavira ...